Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
317 masalah matematik yang dihadapi pada soal dan materi berikutnya. Peningkatan kemampuan
komunikasi akan dibarengi dengan perkembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Masalah yang dimaksud adalah soal-soal yang harus dipecahkan oleh siswa yaitu soal yang tidak
rutin bagi siswa sehingga memerlukan keterampilan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Cooney Gani, 2004 menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan proses menerima
masalah dan berusaha untuk memecahkan masalah tersebut. Sedangkan Polya Setiawan, 2011 mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah untuk dicapai. Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa merupakan hal yang penting
dimiliki siswa terutama setelah diterapkannya kurikulum 2013 melalui pendekatan ilmiah yang diantaranya menekankan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran baik antar siswa maupun
antara siswa dengan guru, juga pentingnya pemecahan masalah sehingga siswa mampu mengatasi hal-hal yang tidak rutin yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Selain kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang harus dikuasai siswa, suatu hal yang penting untuk dipahami dan disadari dalam proses belajar dan berpikir matematis
adalah bahwa penguasaan sikap setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran, yaitu semakin meningkatnya rasa percaya pada kemampuan diri sendiri dalam menyelesaikan soal-soal yang
dihadapi. Sikap percaya diri menurut Bandura Nurasyah, 2005 adalah keyakinan seperti yang dibutuhkan untuk mengakibatkan hasil yang diharapkan. Kepercayaan diri siswa dalam
menghadapi pelajaran dapat terlihat dari sikap aktif, kreatif, dan inovatif siswa dalam menghadapi pelajaran tersebut. Keaktifan siswa akan muncul jika siswa menguasai materi dengan baik
sehingga mampu menyelesaikan persoalan yang diberikan dan mampu mengembangkan pola pikirnya, mau mengkomunikasikan ide-ide baik dalam bentuk gambar, grafik, tabel, lisan, maupun
tulisan. Suatu cara pandang siswa tentang persoalan matematika ikut mempengaruhi pola pikir tentang penyelesaian yang akan dilakukan.
Kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis perlu dikembangkan sejak dini pada berbagai tahapan usia terutama pada siswa Sekolah Menengah Atas SMA sebab pada usia
tersebut siswa mulai beranjak dewasa sehingga mampu mengkomunikasikan gagasan serta mampu mengatasi masalah sendiri. Diharapkan setelah pembelajaran, siswa lebih mampu menyampaikan
ide dan pendapatnya di hadapan orang lain serta penuh kepercayaan diri dalam menyampaikan segala solusi dalam mengadapi berbagai masalah.
Dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu metode yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sekaligus meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis
siswa sehingga memunculkan sikap percaya diri dalam menyikapi berbagai masalah. Seiring dengan pemberlakuan kurikulum 2013 di setiap sekolah, salah satu cara yang harus ditempuh guru
adalah mengkondisikan siswa untuk dapat mengkontruksi pengetahuannya dan memfasilitasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang melibatkan pemecahan masalah.
2. Pembahasan
2.1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi merupakan suatu peristiwa penyampaian informasi dalam suatu komunitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Suherman 2008 mengemukakan bahwa kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide matematis kepada orang lain dalam bentuk lisan, tulisan, atau diagram sehingga orang lain memahaminya. Berbeda
dengan pendapat Syaban Nurmayanti, 2012 yang menyatakan komunikasi merupakan refleksi pemahaman matematika dan merupakan bagian dari daya matematik. Siswa yang mempelajari
matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang sedang mereka kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, diminta untuk memikirkan ide-ide,
atau berbicara dan mendengarkan siswa lain dalam berbagai ide, pendapat, dan solusi.
318
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Dalam komunikasi matematis siswa dilibatkan secara aktif dalam berbagi ide dengan siswa lain. Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada siswa atau siswa
terlibat aktif dalam sebuah diskusi memikirkan ide-ide, menulis, berbicara atau mendengarkan siswa lain, maka pada saat tersebut sedang terjadi tranformasi informasi. Pentingnya komunikasi
matematik antara lain dikemukakan oleh Baroody Sumarmo, 2013 dengan rasional: 1 Matematika adalah bahasa esensial yang tidak hanya sebagai alat berpikir, menemukan rumus,
menyelesaikan masalah, atau menyimpulkan aja, namun matematika juga memiliki nilai yang tak terbatas untuk menyatakan beragam ide secara jelas, teliti, dan tepat. 2 Matematika dan belajar
matematika adalah jantungnya kegiatan sosial manusia. Kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa
diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerja sama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman konsep matematika. Siswa yang
diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan yang baik saat mereka saling mendengarkan ide satu sama lain.
Diskusi bersama kemudian menyusun kesimpulan. Pentingnya komunikasi juga dinyatakan oleh
National Council of Teacher Mathematics
NCTM 2004 yang menyatakan bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk: 1 Menyusun dan mengaitkan
mathematical thinking
melalui komunikasi; 2 Mengkomunikasikan
mathematical thinking
secara logis dan jelas: 3 Menganalisis dan menilai
mathematical thinking
dan strategi yang dipakai orang lain; 4 Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika.
Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis menurut NCTM diantaranya: 1 Kemampuan mengekpresikan ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya
serta menggambarkannya secara visual; 2 Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; 3
Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika, dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model situasi.
Selain itu indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Sumarmo 2013 yaitu: 1 Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; 2 Menjelaskan ide,
situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan benda nyata, grafik, dan aljabar; 3 Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; 4 Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika; 5 Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; 6 Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi; 7 Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
2.2.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah pada dasarnya juga sangat diperlukan siswa baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perlunya kemampuan pemecahan masalah menjadi
sangat penting apabila dipahami bahwa dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia akan selalu dihadapkan pada masalah yang rumit. Polya Setiawan, 2011
mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah untuk dicapai. Pendapat serupa juga
dikemukakan oleh Sumarmo 2013 yang menyebutkan bahwa pemecahan masalah adalah sebagai proses, lebih mengutamakan prosedur, langkah-langkah, strategi, heuristik yang ditempuh oleh
siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan jawaban soal.