Tahap Pelaksanaan Prosedur Penelitian

428 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 4 Siswa secara instrinsik termotivasi untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. b. Kekurangan Pendekatan Open-Ended 1 Membuat dan menyiapkan masalah matematika bagi siswa tidaklah mudah. 2 Mengemukakan masalah yang berlangsung dan dapat dipahami siswa sangatlah sulit sehingga siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan. 3 Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka. 4 Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

2.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sanjaya 2011:242- 243 ―pembelajaran kooperatif cooperative learnig merupakan model pembelajaran dengan sistem pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen‖. Setiap anggota kelompok akan memperoleh penghargaan reward , jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Dengan begitu setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Prosedur pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya 2011: 248-249: a penjelasan materi, b belajar dalam kelompok, c penilaian, d pengakuan tim. 2.3. Numbered Head Together NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik, dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain: a. Penomoran Numbering Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4 hingga 5 siswa dan memberi nomor sehingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor berbeda. b. Pengajuan Pertanyaan Quenstioning Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada para siswa. c. Berfikir Bersama Head Together : Para siswa berfikir bersama teman satu timnya untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. d. Pemberian jawaban Answering Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas melaporkan dan kelompok lain menanggapinya dan dilanjutkan dengan menyimpulkan pelajaran. Kelebihan Numbered Head Together NHT Menggunakan model pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together memiliki beberapa kelebihan, seperti yang diungkapkan oleh Komalasari 2010:63 bahwa ―Model pembelajaran Numbered Head Together NHT memiliki beberapa kelebihan yaitu: 1 Melatih siswa untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain, 2 melatih siswa untuk bisa menjadi tutor Sebaya, 3 memupuk rasa kebersamaan, 4 membuat siswa menjadi terbiasa dengan perbedaan‖. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 429 Kelemahan Numbered Head Together NHT Dalam menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together NHT terdapat beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, adapun kelemahan-kelemahan tersebut menurut Komalasari 2010: 65 adalah : 1 Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan, 2 Guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3 tidak semua mendapat giliran. 2.4. Kemampuan Koneksi Matematis Kemampuan koneksi matematis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan atau mengkaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari, mengkaitkan matematika dengan disiplin ilmu lain. Ruspiani Nurdin:2012 menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan siswa mengaitkan konsep-konsep matematika baik antar konsep matematika maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang ilmu lainnya di luar matematika. Pengertian itu juga sejalan dengan definisi kemampuan koneksi matematia menurut NCTM Nurdin: 2012 disebutkan bahwa koneksi matematis dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu a koneksi antartopik matematika, b koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan c koneksi dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sumarmo Nurhadyani:2011 memaparkan beberapa indikator koneksi matematis yang dapat digunakan, yaitu: 1 mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur; 2 memahami hubungan antar topik; 3 menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari- hari; 4 memahami representasi ekuivalen suatu konsep; 5 mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; dan 6 menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topik matematika dengan topik di luar matematika. Sedangkan indikator pencapaian kemampuan koneksi matematis dalam penelitian ini yaitu: 1 Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari, 2 Memahami hubungan antar topik matematika, 3 Memahami representasi ekuivalen suatu konsep.

3. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen karena subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Disain kelompok control non- ekivalen tidak berbeda dengan disain kelompok pretes - postes, kecuali mengenai pengelompokkan subjek. Pada disain kelompok kontrol non-ekivalen subjek tidak dikelompokkan secara acak. Jadi pada disain eksperimen ini ada pretes, perlakuan yang berbeda dimana yang satu tidak mendapat perlakuan atau memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan biasa sedangkan yang satu lagi memperoleh perlakuan yaitu mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended dengan setting model Cooperative Learning tipe NHT, dan ada postes. Sehingga disain penelitiannya adalah: O X O O O Ruseffendi 2005: 53 Keterangan : O : Pretest = Postest X : Pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan setting model cooperative learning tipe NHT. ------- : Pengambilan sampel tidak secara acak. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kabupatan Bandung Barat, sedangkan sampelnya di ambil 2 kelas yaitu kelas yang pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas yang 430 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi kedua sebagai kelas kontrol. Pengambilan kedua kelas tersebut ambil dengan pengambilan tidak secara acak. instrumen dalam penelitian ini adalah seperangkat soal tes koneksi matematis yang terdiri dari 5 soal. Tes kemampuan koneksi matematis yang digunakan berbentuk soa;-soal uraian yang diberikan dalam bentuk pretes dan postes, dengan pokok bahasan segitiga dan segi empat. Data hasil dari penelitian ini diolah dengan menggunakan software SPSS 18 dengan uji signifikan perbedaan dua rata-rata.

4. Hasil Penelitian dan dan Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka diperoleh data-data yang kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan data dan analisis statistik . karena rumusan masalah yang dibuat adalah data pretes, postes dan data gain yang ternormalisasi. Adapun hasilnya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1 Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Kelas Eksperimen Kontrol 6, 59 6, 68 Pretes S 2,03 2,43 N 37 37 14,16 12,89 Postes S 1,59 2,74 N 37 37 0,59 0,05 Gain S 0,11 0,17 N 37 37 Pada tabel diatas menunjukan bahwa skor rata-rata tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan, sedangkan pada tes akhir skor rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada skor rata-rata kelas kontrol. Begitupun dengan hasil analisis pada indeks gain yang ternormalisasi, menunjukan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata gain kelas kontrol. Dengan kriteria peningkatan indeks N- gain kedua kelas tersebut berada pada kategori sedang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan setting model kooperatif tipe NHT lebih baik daripada siswa SMP yang mendapatkan pembelajaran dengan metode pembelajaran biasa. Meskipun demikian hal tersebut belum cukup untuk membuktikan peningkkatan kemampuan koneksi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga untuk menguatkan anggapan tersebut maka dilakukan uji signifikan perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan bantuan software SPSS 18.

5. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan hasil penelitian, maka diperoeh kesimpulan bahwa: ―Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan pendekatan open-ended dengan seting model kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran biasa.‖