Deskripsi Siklus I. Prosiding Semnas STKIP 2014

474 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi matematik, memajukan penalarannya, membangun kemampuan diri, meningkatkan keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendirikan komunikasi matematik. Hasil penelitian Trends in Mathematics and Science Study TIMSS2012 yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Menanggapi hal tersebut bahwa pembelajaran matematika di Indonesia masih menekankan kepada menghapal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan, guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada. Pada umumnya, pembelajaran matematika dilakukan guru kepada siswa adalah dengan tujuan siswa dapat mengerti dan menjawab soal yang diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak pernah atau jarang sekali dimintai penjelasan asal mula mereka mendapatkan jawaban tersebut. Sehingga siswa jarang sekali berkomunikasi dalam matematika. Kurangnya kemampuan komunikasi siswa dalam belajar matematika juga dapat dilihat dalam pembelajaran di kelas, misalnya siswa dapat mengerjakan soal matematika yang diberikan, namun ketika ditanya bagaimana langkah-langkah untuk mendapatkan hasilnya, siswa menjadi bingung dan kesulitan dalam menjelaskan. Selain itu, masih seringnya ditemukan kesalahan siswa dalam menyatakan notasi matematika, symbol dan istilah. Untuk melaksanakan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan Kemampuan komunikasi Matematik dan meningkatkan keaktifan siswa maka diperlukan adanya suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa, dan memberikan ruang bagi siswa untuk berlatih mengkomunikasikan matematik dengan baik. Alternatif pendekatan pembelajaran tersebut dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Kajian Teoritis dan Pemahasan

2.1. Komunikasi Matematik

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses menyampaikan suatu pesan dari seseorang kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam komunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh orang lain. Salah satu untuk mengembangkan komunikasi tersebut yaitu dapat menyampaikan berbagai informasi diantaranya bahasa matematik. Selain itu, komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika dan pendidikan matematika. Komunikasijuga merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna dan proses komunikasi serta dapat mempublikasikan ide. Bean dan Bart Ansari, 2003: 16 mengemukakan bahwa komunikasi matematik adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk memecahkan masalah; kemampuan siswa mengkonstruksi; menjelaskan fenomena dunia nyata secara: grafik, kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik. Dalam matematika, komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi menjadi bagian yang esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi dalam matematika menolong guru memahami kemampuan siswa dalam menginterpretasi dan mengekspresikan Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 475 pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Sebagaimana dikatakan Peressini dan Bassett NCTM,1996 bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kitaakan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan proses dan aplikasi matematika. Dalam bagian lain, Lindquist NCTM, 1996 berpendapat, ―Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng- assess matematika‖.Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar, dan meng-assess matematika. Peran penting lainnya dari pemilikan kemampuan komunikasi matematik dikemukakan Asikin Yonandi, 2010 yaitu : membantu siswa menajamkan cara siswa berfikir, sebagai alat untuk menilai pemahaman siswa, membantu siswa mengorganisasi pengetahuan matematik mereka, membantu siswa membangun pengetahuan matematiknya, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, memajukan penalarannya, membangun kemampuan diri, meningkatkan keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendirikan komunikasi matematik. Greenesdan Schulman Hendriana, 2009 : 24 mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan : 1 Mengekspresikan ide-ide dengan berbicara, menulis, mendemonstrasikan dan melukiskannya secara visual dengan berbagai cara yang berbeda; 2 Memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide yang dikemukakannya dalam bentuk tulisan atau bentuk visual lainnya; 3 Mengkontruksi, menginterpretasikan dan menghubungkan berbagai representasi dari ide-ide dan hubungan-hubungan; 4 Mengamati, membuat konjektur, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi informasi; 5 Menghasilkan dan mengahadirkan argumen yang jelas. Sedangkan Indikator komunikasi matematikmenurut Sumarmo adalah: 1 Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik 2 Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan 3 Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika 4 Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis 5 Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri

2.2. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Depdiknas, 2003.Hal iniditegaskanolehHoweydalamRohayati 2005 bahwapembelajarankontekstualadalahpembelajaran yang memungkinkansiswabelajarmenggunakanpemahamandankemampuanakademiknyadalamkonteks yang bervariasi, baikkonteksitu di dalamataupun di luarsekolah. Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning merupakansuatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dan materi pelajaran yang dipelajarinya dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari konteks pribadi, social dan kultural, sehingga siswa memiliki pengetahuanketerampilan yang secara fleksibel untuk mengkontruksi sendiri pemahamannya.