Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
475 pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari. Sebagaimana
dikatakan Peressini dan Bassett NCTM,1996 bahwa tanpa komunikasi dalam matematika kitaakan memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam melakukan
proses dan aplikasi matematika. Dalam bagian lain, Lindquist NCTM, 1996 berpendapat, ―Jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan
terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan meng-
assess matematika‖.Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna
matematika selama belajar, mengajar, dan meng-assess matematika. Peran penting lainnya dari pemilikan kemampuan komunikasi matematik dikemukakan Asikin
Yonandi, 2010 yaitu : membantu siswa menajamkan cara siswa berfikir, sebagai alat untuk menilai pemahaman siswa, membantu siswa mengorganisasi pengetahuan matematik mereka,
membantu siswa membangun pengetahuan matematiknya, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik, memajukan penalarannya, membangun kemampuan diri, meningkatkan
keterampilan sosialnya, serta bermanfaat dalam mendirikan komunikasi matematik.
Greenesdan Schulman Hendriana, 2009 : 24 mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan :
1 Mengekspresikan ide-ide dengan berbicara, menulis, mendemonstrasikan dan melukiskannya
secara visual dengan berbagai cara yang berbeda; 2
Memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide yang dikemukakannya dalam bentuk tulisan atau bentuk visual lainnya;
3 Mengkontruksi, menginterpretasikan dan menghubungkan berbagai representasi dari ide-ide
dan hubungan-hubungan; 4
Mengamati, membuat konjektur, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi informasi;
5 Menghasilkan dan mengahadirkan argumen yang jelas.
Sedangkan Indikator komunikasi matematikmenurut Sumarmo adalah: 1
Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik
2 Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan
3 Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
4 Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
5 Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri
2.2. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa dengan penerapan dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat Depdiknas, 2003.Hal iniditegaskanolehHoweydalamRohayati 2005 bahwapembelajarankontekstualadalahpembelajaran
yang memungkinkansiswabelajarmenggunakanpemahamandankemampuanakademiknyadalamkonteks
yang bervariasi, baikkonteksitu di dalamataupun di luarsekolah. Pendekatan kontekstual
Contextual Teaching and Learning
merupakansuatu proses pendidikan yang holistic dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dan materi pelajaran yang dipelajarinya dikaitkan dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
konteks pribadi,
social dan
kultural, sehingga
siswa memiliki
pengetahuanketerampilan yang secara fleksibel untuk mengkontruksi sendiri pemahamannya.
476
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
SelanjutnyaTrianto 2007 mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,yakni: 1
konstruktivisme
constructivism
, 2 menemukan
inquiry
, 3 bertanya
questioning
, 4 masyarakat belajar
learning community
, 5 pemodelan
modeling
, 6 refleksi
reflection
dan 7 penilaian sebenarnya
authentic assessment
. Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh prinsip tersebut dalam pembelajaran.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pendekatan kontekstual Heriawan,
et.al
: 20 adalah sebagaibeikut :
1 Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilanbarunya. 2
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. 3
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. 4
Ciptakan masyarakat belajar. 5
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. 6
Lakukan refleksi di akhir pertemuan 7
Lakukan penilaian yang sebenarnya
authentic assesment
dengan berbagai cara. Karakteristik pembelajaran kontektual Depdiknas, 2003 : 1 Kerjasama; 2 Saling menunjang;
3 Menyenangkan, tidak membosankan; 4 Belajar dengan bergairah; 5 Permbelajaran terintegrasi; 6 Menggunakan berbagai sumber; 7 Siwa aktif; 8 Sharing dengan teman; 9
Siswa kritis, guru kreatif; 10 Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta- peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain; 11 Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi
hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa dan lain-lain.
3. Kesimpulan
Dari pendahuluan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual siswa memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar, guru bukan satu-
satunya sumber belajar, peserta didik berbicara mengemukakan pendapatnya, membangun pengetahuannya sendiri, berbagi pengalaman serta bekerja sama dalam suatu kelompok kecil untuk
mencari solusi serta jawaban suatu permasalahan, sehingga terjadi proses umpan balik yang aktif baik antar siswa maupun dengan guru. Dengan interaksi tersebut maka dengan sendirinya timbul
refleksi hasil pemikiran siswa ataupun kelompoknya, yang akhirnya pembelajaran kontekstual diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B.I. 2003.
Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write Disertasi Doktor pada PPS UPI
. Bandung : Tidak diterbitkan.
Depdiknas. 2003.
Kumpulan Pedoman Kurikulum 2004
. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas.2003.
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hendriana, H.2009.
PembelajarandenganPendekatan Metaphorical
Thinking untukMeningkatkanKemampuanPemahamandanKomunikasiMatematikSiswaSekolahMen
engahPertama.
Disertasi.UPI :Tidakditerbitkan Heriawan,
et.al
.2012.
MetodologiPembelajaranKajianTeoretisPraktis
. Serang-Banten : LP3G LembagaPembinaandanPengembanganProfesi guru
NCTM. 1996.
Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics
, Virginia: NCTM Inc.
NCTM. 2000.
Principles and Standards for School Mathematics
. Reston, VA: NCTM. Sumarmo, U.2010.
Berfikir dan Disposisi Matematik : Apa, Mengapa, dan Bagaimana di Kembangkan Pada Peserta Didik.
Artikel : FPMIPA UPI.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
477 TIMSS. 2012.
TIMSS 2011 International Results in Mathematics
. Chestnut Hill: TIMSS PIRLS International Study Center.
Trianto.2007.
Model-model PembelajaranInovatif.
Jakarta :PrestasiPustaka Yonandi, M. T. 2010.
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Koneksi Matematik melalui Pembelajaran Berbantuan Komputer Computer -Assited Instructions
. Makalah Seminar Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta 17 April 2010.