Keterampilan Proses Kajian Teoritis
196
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
terlihat di LS I sebesar 88 pada LS II sebesar 90 pada LS III sebesar 90 dan pada LS IV 95, menganalisis data mengalami peningkatanterlihat di LS I sebesar 88 pada LS II sebesar 88
pada LS III sebesar 90 dan pada LS IV 95, mengkomunikasikan mengalami peningkatanterlihat di LS I sebesar 89 pada LS II sebesar 90 pada LS III sebesar 95 dan pada
LS IV 95, menyimpulkan mengalami peningkatanterlihat di LS I sebesar 80 pada LS II sebesar 90 pada LS III sebesar 95 dan pada LS IV 100. Setiap aspek dari keterampilan proses yang
Peningkatan kemampuan prosesmahasiswa pendidikan matematika melalui implementasi
lesson study
disebabkan adanya sifat kolaborasi dan kolegalitif yang terdapat dalam prinsip-prinsip pelaksanaan
lesson study
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai model bimbingan untuk pembelajaran mahasiswa sebagai calon guru. Penerapan
lesson study
dapat dijadikan sebagai praktik mahasiswa sebagai calon guru untuk menerapkan kemampuan dasar mengajarnya sehingga
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Mahasiswa sebagai guru model pelaksanaan
lesson study
mendapatkan adanya umpan balik langsung dalam kegiatan refleksi sehingga dapat belajar dari pengalaman
untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik. Menurut Lewis 2002 bahwa
lesson study
dapat meningkatkan keprofesionalan guru karena dengan
lesson study
guru melakukan pengkajian kurikulum, merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai, dan
menentukan media.
Tabel 1. Data Kemampuan proses mahasiswa calon pendidik
Lesson study
Nilai Kategori
I 87
Baik
II
90 Baik
III
93 Baik
IV 97
Baik
Rata-rata 92
Baik
Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa terjadi peningkatan kegiatan dari LS I sampai LS IV. Pada LS I mahasiswa mendapat nilai 87 dengan kategori Baik, LS II mahasiswa mendapat nilai 90
dengan kategori Baik, LS III mahasiswa mendapat nilai 93 dengan kategori Baik, dan pada lS IV mahasiswa mendapat nilai 97 dengan kategori Baik. Setiap siklus LS mahasiswa mendapat nilai
yang relatif meningkat dengan kategori baik. b.
Pembahasan
Pelaksanaan
Lesson Study
dalam penelitian ini dilakukan sebanyak empat kali siklus. Tahapan
Lesson Study
yang dilakukan peneliti adalah
plan
yang terdiri dari
chapter design
dan
lesson design
kemudian tahap
do
dalam hal ini praktek mengajar yang dilaksanakan oleh guru model mahasiswa pendidikan matematika lalu tahap
see
. Observer pada penelitian ini sebanyak Sepuluh orang yaitu Sembilan dari mahasiswa pendidikan matematika dan satu observer adalah dosen mata
kuliah kapita selekta matematika.Pada tahap
plan
seluruh mahasiswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok untuk mengamati dan menyusun sistematika urutan materi sekolah menengah
kemudian menyusun rencana pembelajaran yang akan dipraktekkan oleh salah seorang guru model. Setelah semua mahasiswa berdiskusi secara kelompok, siswa kembali berdiskusi kelas dan
mempresentasikan dari kegiatan
chapter
dan
lessondesign
yang telah dibuat. Pada tahap
do
guru model melaksanakan pembelajaran dengan mengacu pada perangkat pembelajaran yang telah dibuat oleh tim. Pada tahap ini para observer mengamati dan mencatat
aktivitas siswa selama pembelajaran dan mengisi lembar observasi. Setelah proses pembelajaran selesai dilakukan
see
, para observer memberikan hasil pengamatannya dan saran untuk perbaikan pembelajaran di pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh fakta bahwa
pembelajaran dari tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Begitupun pada siklus III
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
197 ke siklus IV. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran mengalami
peningkatan. Kegiatan
Lesson Study
di kelas selama proses pembelajaran, catatan hasil observasi dari observer membantu guru untuk refleksi, sehingga kualitas semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Widhiartha 2008 observer mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan memfokuskan pada kinerja siswa sehingga permasalahan yang terjadi di kelas dapat dianalisis dan
dicarikan solusi yang tepat, dengan demikian masalah yang terjadi di kelas pada saat kegiatan pembelajaran dapat dipecahkan secara bersama-sama dan kegiatan belajar selanjutnya dapat
berjalan dengan baik dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Keterampilan proses yang diukur dalam penelitian ini yaitu mengamati, mengumpulkan data,
menganalisis data, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Berdasarkan hasil analisis data, keterampilan proses mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, siklus II ke III, siklus II ke
siklus IV. Peningkatan dapat dilihat dari setiap aspek, mengamati mengumpulkan data 6,9, menganalisis, mengkomunikasikan, menyimpulkan. Aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
bertambah aktif, siswa melakukan kegiatan mengobservasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Zaini, dkk 2008 bahwa belajar aktif dapat mengajak peserta didik untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan
fisik. Siswa menjadi terlatih untuk bertanya dan berusaha menjawab pertanyaan melalui proses diskusi.
Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan karena mahasiswa telah melakukan pembelajaran dengan baik, karena pada setiap pertemuan aktivitas guru semakin meningkat dalam membimbing
dan memberikan penguatan motivasi kepada mahasiswa, membuat mahasiswa lebih terpacu dalam proses pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran berjalan baik, mahasiswa akan aktif
dalam belajar, mudah memahami materi, dan mudah menjawab soal-soal pada waktu tes. Upaya meningkatkan keterampilan proses juga dapat meningkatkan penguasaan konsep yang diukur
dengan hasil belajar mahasiswa. Nurhadi 2004 menyatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut
berhubungan dengan kemampuan siswa untuk melakukan proses ilmiah sebagaimana cara ilmuan bekerja untuk membentuk pemahaman atau aspek kognitifnya terlebih dahulu.