Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
383
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIK SISWA PADA MATERI
INTEGRAL MELALUI PEMBELAJARAN LANGSUNG-TAK LANGSUNG
Sidik Tamsil
Mahasiswa S-2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi dikseriesyahoo.co.id
ABSTRAK
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
proses pembelajaran matematika. Namun kenyataan menunujukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa-siswa Indonesia khususnya siswa SMA masih
belum memuaskan. Penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengetahui secara komprehensif mengenai jenis-jenis
kesalahan siswa khususnya pada topik integral yaitu kesalahan konsep, kesalahan prosedural dan kesalahan teknikal serta bagaimana upaya untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang
sering dijumpai pada pokok bahasan ini. Berdasarkan identifikasi dan pengamatan kesalahan-kesalahan siswa, maka disimpulkan bahwa
pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dalam setiap proses belajar mengajar serta pendekatan pembelajaran langsung-tak langsung akan mengeliminir
berbagai jenis kesalahan yang ditemui siswa pada pokok bahasan integral.
Kata Kunci:
Berpikir Kritis, Kreatif, Pembelajaran Langsung-Tak Langsung
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dalam pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin
komplek dan kompetitif. Untuk itu masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif agar dapat menjadi bagian penting dalam menghadapi masalah dalam
berbagai situasi dan kondisi. Selain itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan melahirkan ide-ide berupa inovasi dari setiap perubahan dan perkembangan zaman yang
semakin komplek. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang
apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyak an jawaban,
fakta, atau informasi yang ada. Berpikir kritis mencakup tindakan untuk mengevaluasi situasi, masalah atau argumen dan memilih pola investigasi yang menghasilkan jawaban
terbaik yang bisa didapat Feldman, 2010 : 4. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan
dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau
komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif. Evans Siswono, 2009 menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah
suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan conections yang terus menerus
384
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
kontinu , sehingga ditemukan kombinasi yang ―benar‖ atau sampai seseorang itu menyerah.
Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif
merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.
Pada studi TIMMS terungkap bahwa siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal -soal tidak rutin yang berkaitan dengan jastifikasi atau pembuktian, pemecahan masalah yang
memerlukan penalaran matematika, menemukan generalisasi atau konjektur, dan menemukan hubungan antara data-data atau fakta yang diberikan. Sedang dalam studi PISA, siswa
Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang difokuskan pada mathematics literacy yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menggunakan matematika yang mereka
pelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari -hari. Berdasarkan fakta di atas, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan reflektif siswa pada umumnya masih rendah Noer,2009. Pada dasarnya kesulitan belajar siswa pada matematika bukan karena kebodohan siswa atau
ketidakmampuannya dalam belajar, tetapi terdapat kondisi-kondisi tertentu yang membuatnya tidak siap untuk belajar. Indikator kesulitan belajar siswa pada matematika terlihat ketika
siswa melakukan kesalahan saat melakukan proses pemecahan soal -soal matematika. Soedjadi, Nisa, 2010 mengatakan bahwa kesulitan merupakan penyebab terjadinya
kesalahan. Oleh karena itu, untuk menciptakan dan mempersiapkan pembelajaran matematika yang efektif dan efisien, para guru haruslah dapat mengidentifikasi dan menganalisis
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat melakukan pemecahan masalah matematika kemudian berusaha memberikan solusi yang tepat untuk mengatasinya.
Kesalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa saja yang banyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa. Melalui analisis kesalahan akan
diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar.adanya peningkatan kegiatan belajar dan mengajar diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar atau
prestasi belajar siswa Sahriah,dkk ,2010. Salah satu bentuk pendekatan dalam pembelajaran adalah pendekatan secara langsung yang
merupakan pendekatan yang paling umum dilakukan oleh kalangan pendidik. Pendekatan ini memungkinkan kegiatan siswa cenderung pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan,
mencatat informasi dan mengerjakan soal-soal yang diberikan guru tanpa adanya proses pembentukan konsep oleh siswa itu sendiri. Akibat dari hal tersebut maka siswa cenderung
menghafal materi atau konsep sekedar untuk bisa mengerjakan soal-soal saja. Hal ini berdampak pada tidak adanya kebebasan siswa untuk berfikir dan kurangnya kesempatan
bagi siswa untuk menggali informasi dan konsep yang dimilikinya, sehingga konsep yang diperoleh bukan merupakan hasil pengetahuan yang dibentuk oleh siswa sendiri.
Untuk menutupi kekurangan pada pendekatan langsung, maka digunakan pendekatan tak langsung. Pada pendekatan tak langsung, kompetensi siswa lebih difokuskan untuk kegiatan
dalam proses menemukan konsep, guru hanya sebagai fasil itator dan pengelola kelas agar suasana belajar tetap terjaga secara kondusif. Suasana kelas yang ditimbulkan pada
pendekatan tidak langsung akan cenderung aktif, dinamis karena siswa merupakan pusat belajar dan tidak menunggu perintah guru. Dengan suasana belajar pada pendekatan ini
diharapkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa akan tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan Peterson dan Fennema Suryadi, 2005 bahwa aktivitas yang ditimbulkan pada
pendekatan langsung cenderung akan mengaktifkan kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan aktivitas belajar yang melalui pendekatan tidak langsung cenderung akan
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan hal di atas maka perlu