Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
89 mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi. Proses penyadaran kemampuan kognitif ini merupakan upaya secara metakognitif. 1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebagai berikut:
a. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?
b. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional?
1.3. Hipotesis
Dalam penelitian ini, penulis mengajukan 2 buah hipotesis. Kedua hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional b.
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara
konvensional
2.
Metodologi Penelitian
2.1. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif
Variabel terikat : Kemampuan komunikasi matematis siswa
2.2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan yaitu: Tes matematika kemampuan komunikasi matematis. 2.3.
Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Pretest
–
Postest Control Group Design
yang melibatkan dua kelompok siswa, yaitu kelompok eksperimen yang akan memperoleh perlakuan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dan kelompok kontrol yang mendapat
pembelajaran secara konvensional. Diagram dari desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Kelompok Eksperimen
R O
X O
Kelompok Kontrol R
O O
R = Pemilihan sampel secara random terhadap kelas XI SMA O = Tes Awal dan tes akhir kemampuan komunikasi Matematis
2.4. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan pada siswa SMA Negeri 15 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 15 Bandung. Dipilih siswa kelas XI dengan asumsi bahwa mereka
tidak disibukkan oleh persiapan ujian akhir seperti kelas XII. Siswa kelas XI dianggap cukup mengenal situasi pembelajaran di sekolah dan memiliki kemampuan yang cukup terhadap materi
yang akan disampaikan. Melalui pemilihan kelompok secara acak terpilih kelas XI IPA 1 38 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan XI IPA 2 36 siswa sebagai kelompok kontrol, sehingga tehnik sampling yang dilakukan adalah
Cluster Random Sampling
Fraenkel, 1990
90
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Untuk tes awal kemampuan komunikasi matematis diperoleh t
hitung
= 0,27 sedangkan t
tabel
= 2,381. Dengan kriteria t
hitung
t
tabel
terpenuhi, berarti H diterima, dengan demikian kemampuan awal
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metkognitif dan siswa yang belajar secara konvensional mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang sama.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Skor Tes
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelompok
Eksperimen Kontrol
t
hitung
t
tabel
Keterangan �
s
2
� s
2
Tes Awal 6,710
5,346 6,860
5,894 0,270
2,381 H
diterima Tes Akhir
33,970 25,053
38,690 14,847
5,064 H
1
ditolak
Tetapi untuk tes akhir, diperoleh t
hitung
= 5,064 sedangkan t
tabel
= 2,381. Dengan demikian kriteria t
hitung
t
tabel
tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H ditolak dan H
1
diterima, ini berarti bahwa kemampuan akhir komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif lebih
baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Perbedaan Rata-rata Gain Ternormalisasi
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelompok
Eksperimen Kontrol
t
hitung
t
tabel
Keterangan �
s
2
� s
2
Kemampuan Pemahaman
Matematis 0,634
0,095 0,506
0,055 2,560
1,667 Lebih Baik
Tes awal kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh t
hitung
= 2,003 sedangkan t
tabel
= 1,667. Dengan demikian kriteria t
hitung
t
tabel
tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan H ditolak dan
H
1
diterima. Artinya nilai rata-rata gain kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol atau peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan
metakognitif lebih baik daripada siswa yang belajar secara konvensional.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan metakognitif dan siswa yang belajar secara
konvensional diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
secara konvensional.
2 Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.
b. Saran
Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Menengah Atas.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
91
DAFTAR PUSTAKA
Cai, J.L, dan Jakabcsin, M.S. 1996. The Role of Open-Ended Tasks and Holistic Scoring Rubrics: Assessing Stu
dents‘ Mathematical Reasoning and Communication. Dalam Portia C. Elliot Eds.
Communication in Mathematics K-12 and Beyond
. Virginia: NCTM. Cochran, R. et al.2007.
The Impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and Classroom Practice
.[Online]. Tersedia: http:www.rume.orgcrume2007paperscochran- mayer-mullins.pdf.
Depdiknas. 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
. Jakarta: Depdiknas. Fraenkel,J.R. dan Wallen, N.E.1993. Second Edition.
How to Design and Evaluate Research in Education
. Singapore: Mc-Graw Hill International. Gulo. W. 2008.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Grasindo. Hake,
R.R. 1999.
Analyzing ChangeGain
Scores. [Online].
Tersedia: http:www.physics.indiana.edu sdiAnalyzingchange-Gain.pdf.
NCTM. 2000.
Princip And Standards For School Mathematics
. Reston : Virginia. Ruseffendi, H. E. T. 1993.
Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan
. Cetakan Pertama. Bandung : IKIP Bandung Press.
Saragih, S. 2007.
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Pendekatan Matematika Realistik.
Disertasi. UPI: Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. 2002.
Alternatif Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.
Wahyudin. 2008.
Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran
. Bandung: UPI. Widdiharto. R. 2004.
Model-Model Pembelajaran Matematika SMP
. Yogyakarta: PPPG Matematika.