Simpulan, Saran dan Rekomendasi

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 55 dimiliki oleh guru sekolah dasar. Data penelitian diperoleh pada tahun 2014 dari 22 guru sekolah dasar di Kota Cimahi dan sekitarnya.

2. Metodologi Penelitian

Data penelitian terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan memberikan tes uraian untuk materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui pengisian skala disposisi matematis terhadap guru-guru sekolah dasar. Data penelitian diperoleh dari dua puluh dua guru sekolah dasar di wilayah Kota Cimahi dan sekitarnya.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data kemampuan guru sekolah dasar dalam menguasai materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan dilakukan dengan memberikan dua soal sebagai berikut. Soal 1. Diketahui persamaan 3 2n - 729 = 0. Berapakah nilai n yang memenuhi persamaan tersebut? Soal 2. Berapakah nilai x yang memenuhi persamaan : Rekapitulasi jawaban yang diberikan oleh dua puluh dua guru sekolah dasar di wilayah Cimahi dan sekitarnya disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Rekapitulasi Jawaban Guru Sekolah Dasar Rata-rata 19,205 0,640 Nilai maks 25,500 0,850 Nilai min 11,250 0,375 SD 3,972 0,132 Skor Maksimal Ideal = 30 Tabel 3.1 di atas memberikan informasi bahwa normalisasi rata-rata kemampuan guru dalam menyelesaikan aljabar sekolah adalah 0,640 atau setara dengan 64 untuk skala penilaian 1 sampai 100. Dari skor ini, tampaknya kemampuan guru dalam penguasaan materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan, harus terus-menerus ditingkatkan, baik melalui studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi ataupun melalui workshop-workshop. Walaupun memang, tidak seluruh responden merupakan guru matematika, tetapi sebagian besar dari responden merupakan guru kelas yang tentunya juga mengajar pelajaran matematika di sekolah dasar. Sesuai dengan tema seminar yang menyoroti tentang kemampuan softskill dan hardskill, maka pada makalah ini dibahas kemampuan afektif guru, yakni kemampuan disposisi matematis. Pengukuran disposisi matematis yang dimiliki oleh guru sekolah dasar dilakukan dengan menggunakan enam aspek sebagai berikut: percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas matematika aspek 1; gigih dan tekun dalam mengerjakan tugas-tugas matematika aspek 2; fleksibel dan terbuka dalam melakukan eksplorasi ide dan mencoba metode- metode penyelesaian matematis aspek 3; mempunyai rasa ingin tahu untuk menemukan hal baru dalam menyelesaikan masalah matematis aspek 4; melakukan monitoring dan refleksi terhadap proses berpikir dan kinerja aspek 5; menghargai kegunaan matematika, baik peranan matematika dalam disiplin ilmu lain maupun peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari aspek 6. Tabel 3,2 menampilkan data disposisi matematis dari dua puluh dua guru sekolah dasar yang berada di Kota Cimahi dan sekitarnya. 4 5 x 3 x 8 4    56 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Tabel 3.2. Data Disposisi Matematis Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5 Aspek 6 Skor Maksimal Ideal 29 27 19 27 23 16 Jumlah Responden 22 22 22 22 22 22 Kumulatif SMI 638 594 418 594 506 352 Skor Kumulatif Disposisi 401 404 280 382 350 292 Normalisasi TK 0,629 0,680 0,670 0,643 0,692 0,830 Data pada Tabel 3.2 di atas dapat direpresentasikan secara visual dengan diagram sebagai berikut: Gambar 3.1. Disposisi Matematis Guru Sekolah Dasar Gambar 3.1 di atas menunjukkan bahwa prosentase disposisi matematis tertinggi berada pada aspek keenam sebesar 20,02 dengan nilai normalisasi disposisi matematis sebesar 0,830. Hal ini berarti bahwa guru sekolah dasar di Kota Cimahi dan sekitarnya memiliki sikap yang tinggi terhadap kegunaan matematika, baik peranan matematika dalam disiplin ilmu lain maupun peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari . Akan tetapi, dengan melihat nilai aspek 1 sebesar 0,622 nampaknya percaya diri guru dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika harus ditingkatkan lagi. Karena rasa percaya diri guru dalam menyelesaikan tugas matematika akan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam matematika. Hal ini senada dengan pepatah sunda uyah mah tara tees ka luhur ; ing ngarsa sung tulada dari Ki Hadjar Dewantara ; bagaimana mungkin bayangan akan lurus, apabila tongkatnya saja bengkok dari Imam Al- Gazali . Adakah hubungan antara kemampuan guru dalam penguasaan materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan dengan disposisi matematis yang dimiliki oleh guru sekolah dasar? Terhadap permasalahan tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: H : Tidak ada korelasi antara dua variabel H 1 : Ada korelasi antara dua variabel dengan dasar pengambilan keputusan adalah: Jika propbabilitas 0,025 maka H diterima; Jika propbabilitas 0,025 maka H ditolak Ringkasan hasil uji korelasi antara data kemampuan guru dalam penguasaan materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan dengan data disposisi matematis, dengan menggunakan software SPSS disajikan pada tabel sebagai berikut: Aspek 1 15,17 Aspek 2 16,42 Aspek 3 16,17 Aspek 4 15,52 Aspek 5 16,70 Aspek 6 20,02 Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 57 Tabel 3.3. Korelasi Kemampuan Menguasai Materi Perpangkatan dan Penarikan Akar Bilangan dan Disposisi Matematis Guru Sekolah Dasar Correlations Aljabar Disposisi Spearmans rho Aljabar Correlation Coefficient 1,000 ,320 Sig. 2-tailed . ,146 N 22 22 Disposisi Correlation Coefficient ,320 1,000 Sig. 2-tailed ,146 . N 22 22 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai sig = 0,146, lebih besar dari 0,025. Hal ini berarti hipotesis H diterima. Dengan demikian tidak ada korelasi signifikan antara penguasaan materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan dengan disposisi matematis guru sekolah dasar. Tetapi, dengan memperhatikan koefisien korelasi sebesar 0,320, hal ini memberikan makna bahwa sebenarnya ada korelasi positif antara kemampuan penguasaan materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan dan disposisi matematis guru sekolah dasar. Walaupun nilai korelasinya relatif kecil, dan secara statistik korelasinya tidak cukup signitikan.

4. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan guru sekolah dasar dalam menguasai materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan hendaknya terus ditingkatkan lagi. Disposisi matematis yang dimiliki oleh guru boleh dikatakan berada dalam level sedang. Dari hasil uji statistik dapat diketahui bahwa kemampuan guru dalam menguasai materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan berkorelasi positif walaupun tidak cukup signifikan dengan disposisi matematis yang dimiliki guru. Semakin tinggi kemapuan guru dalam menguasai materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan maka semakin tinggi pula disposisi matematis yang dimiliki guru, dan juga sebaliknya semakin tinggi disposisi matematis yang dimiliki guru maka semakin tinggi pula kemapuan guru dalam menguasai materi perpangkatan dan penarikan akar bilangan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Kamus Daring Babasan Paribasa Sunda . [Online]. Tersedia: http:angade.my.idkamus-daring-babasan-paribasa-sunda [20 November 2014]. Anonim. 2014. Ki Hadjar Dewantara. [Online]. Tersedia: http:id.wikiquote.orgwikiKi_Hadjar_Dewantara. [20 November 2014] Anonim. 2014. Pemikiran Imam Ghazali. [Online]. Tersedia: http:darunnajah.ac.id20140412pemikiran-imam-ghazali [20 November 2014]. Cai, J. dan Knuth, E. 2011. Early Algebraization: A Global Dialogue from Multiple Perspectives pp. 25 –41. New York: Springer. Katz, V. J. 2007. Algebra: Gateway to a Technological Future. Columbia: University of the District of Columbia. National Council of Teachers of Mathematics [NCTM]. 2008. Algebra and Algebraic Thinking in School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Santoso, S. 2011. Mastering SPSS Versi 19 . Jakarta: Gramedia.