Beberapa artikel berkenaan dengan

12 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 13 14 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Kesimpulan: Pada empat studi, hard skills matematik siswa pada pos-tes dan N-Gain masing-masing pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Kemampuan koneksi dan berpikir kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong cukup dan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir logis matematik siswa pada kedua kelas pembelajaran masih tergolong kurang. Pada dua studi, kemampuan berpikir kritisdan kreatif matematik siswa pada kelas eksperimen tergolong sedang dan pada kelas kontrol tergolong kurang. Pada ke enam studi, tidak terdapat perbedaan soft skills matematik siswa antara kela eksperimen dengan kelas kontrol dan semuanya tergolong cukup baik. Pada tiap studi terdapat asosiasi menengah antara kedua hard skills dan antara hard skills dan soft skills masing-masing. Selain itu pada empat studi ditemukan siswa menunjukkan persepsi yang tergolong cukup baik terhadap pembelajaran inovatif yang mereka terima. DAFTAR PUSTAKA Aswandi, 2010. ―Membangun Bangsa melalui Pendidikan Berbasis Karakter‖, Pendidikan Karakter, Jurnal Publikasi Ilmiah Pendidikan Umum dan Nilai . Vol. 2. No. 2. Juli 2010. Baron, J. B. dan Sternberg, R. J. 1978 Teaching Thinking Skill . New York: W.H. Freeman and Company Berman, S. 2001 ―Thinking in context: Teaching for Open-mindeness and Critical Understan ding‖ dalam A. L. Costa,. Ed. 2001. Developing Minds . A Resource Book for Teaching Thinking . 3 rd Edition. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia USA Budiyanto, A. M. 2014. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah . Thesis at Post Graduate Study, Siliwangi School of Teascher Training and Education, Bandung. In progess. Costa, A. L. ―Habits of Mind‖ dalam A. L. Costa Ed. 2001. Developing Minds . A Resource Book for Teaching Thinking . 3 rd Edition. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia USA Costa A. L. dan Garmston R. J. ―Five Human Passion: The Origin of Effective Thinking‖ dalam A. L. Costa,. Ed. 2001. Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thingking. 3 rd Edition. Association for Supervision and Curriculum Development. Virginia USA Cotton, K. 1991. Teaching Thinking Skills . [Online] Tersedia http:www.nwrel.OrgSc PdSirs6Cu11.html. [30 April 2006] Glazer, E. 2000. Technology Enhanced Learning Environments that are Conducive to Critical Thinking in Mathematics: Implications for Research about Critical Thinking on the World Wide Web. [On Line]. Tersedia: http:www.lonestar.texas.net~mseifertcrit2.html. [24 April 2006] Ghozi, A. 2010. Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa dan Implementasinya dalam Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Dasar Guru Bahasa Perancis tanggal 24 Oktober s.d 6 November 2010 Haerudin 2014. Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui pendekatan Somatis, Auditori, Visual, Intelektual . Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung. Hassoubah, Z. I. 2004. Developing Creative Critical ThinkingSkills. Cara berpikir Kreatif Kritis. Bandung: Nuansa Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 15 Hendriana H. 2013 Membangun Kepercayaan Diri Siswa melalui Pembelajaran matematika Humani s. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, di STKIP Siliwangi Bandung. Tanggal 31 Agustus 2013 Herman, T. 2006. Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajar an Berbasis Masala. Disertai pada sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Jayadipura, Y. 2014. Mengembangkan Kemampuan BerpikirKritis dan Kreatif Matematis serta Kemendirian Belajar Siswa SMA melalui Pembelajaran Konstektual. Program Pascasarjana STKIP Bandung. Kementrian Pendidikan dan Kebudayan. 2013. Kurikulum Sekolah Menengah tahun 2013. Meissener, H. 2006. Creativity and Mathematics Education [Online]. Tersedia: www.math.ecnu.cnearcome3sym1sym104.pdf [2 Februari 2007] Mulyana, T. 2008. Pembelajaran Analitik Sintetik untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas. Desertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak dipublikasikan. Munandar, U. 1977. Creativity and Education. Disertasi Doktor . Fakultas Psikologi UI: tidak diterbitkan NCTM. 1989. Curriculum and Evalution Standarsfor school Mathematics. Reston , Virginia, NCTM. INC. NCTM [National Council of Teacher of Mathematics] 2000. Principles and standards for school Mathematics. Reston, Virginis: NCTM. Permana, Y. 2010. Kemampuan pemahaman dan Komunikasi serta Disposisi Matematik Eksperimen terhadap Siswa SMA melalui Model-Eliciting Activities . Disertasi pada sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan. Qohar, A. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching . Disertasion at the Post Graduate Program of Indonesia University of Education. Unpulished. Rachmat, U. S. 2014 Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative. Tesis pada Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasikan Ratnaningsih, N. 2007. Pengaruh pembelajaran Konstektual terhadap kemampuan Berpikir Kritis dan kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas . Disertasi pada sekolah Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan Rohaeti, E. E. 2008. Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa sekolah menengah Pertama . Disertai Sekolah pasca Sarjana UPI Bandung : tidak diterbitkan Rosliawati, Iis, S.E. 2014 Mengembangan kemampuam Penalaran dan Komunikasi serta Disposisi Matematik Siswa SMP melalui pembelajaran Berbasih masalah . Program Pasca Sarjana STKIP Siliwang Bandung. Sauri, S. 2010. Membangun Karakter Bangsa melalui pembinaan Profesianilisme Guru berbasis Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan Karakter Vol. 2, No. 2 Schafersman, S. D. 1991 An Intoduction to Critical Thinking. [Online]. Tersedia: File:C:\ Documents and Setting\Home\My Documentsa\An Introduction to Critical Thinking. [20 September 2005]. Starko, A. J. 1995. Creativity in the Classroom School of Courious Delight. USA. Longman Publisher 16 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Sugandi, A. I. 2010 Mengembangkan Kemauan berfikir tingkat tinggi Siswa SMA melalui pembelajaran bebasis masa lah dengan setting belajar Kooperatif JIGSAW . Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan. Sumarmo, U. 2012. Bahan ajar Perkuliahan Proses berpikir Matematik. Program Magister Pendidikan Matematika STKIP Bandung . Publikasi terbatas Sumarmo, U. Hidayat, W., Zulkarnaen, R., Hamidah, Sariningsih, R. 2012,b Kemampuan dan disposisi Berpikir Logis, Kritis, Kreatif dan Kreatif Matematis; Eksperiman terhadap Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Strategi Think-Talk-Write ‖. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 17 No.1, 17-33 April Sumaryati, E. 2012. Pendekatan Induktif-Deduktif disertai strategi Think-pair-Square- Share untuk meningkatkan kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA . Tesis pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak dipublikasikan Sriraman, B. 2004 ―The Characteristic of mathematical Creativity‖. The Mathematics Educator Journal . Vol. 14. No. 1 . 19-34 Supriadi, D. 2000. Perkembangan Kreativitas dan peranan faktor -faktor. William, G. 2002. ―Identifying Task the Promote Creative Thinking in Mathematics: A Tool‖. Mathematical Education Research Group of Australia Conference . Auklan New Zealand, July, 2002. MATEMATIKA PENDIDIKAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA 2014 Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Siliwangi Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 17 EKSPLORASI SOFT SKILL NASIONALISME SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA HEURISTIK DENGAN PENDEKATAN SILANG BUDAYA Heris Hendriana STKIP Siliwangi herishenyahoo.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan soft skills nasionalisme siswa melalui pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya. Subjek penelitian terdiri dari 81 siswa di salah satu SMP di kota Cimahi, dimana 40 orang siswa memperoleh pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan 41 siswa lainnya memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa diberi skala sikap untuk mengukur nasinalismenya dan skala sikap untuk melihat persepsi siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan sikap nasionalisme siswa yang yang mendapat pembelajaran matematika heuristic lebih baik daripada yang mendapat pembelajaran biasa, dan persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika heuristic dengan pendekatan silang budaya pada umumnya positif. Kata Kunci: Heuristik, Pendekatan Silang Budaya, Soft Skill Nasionalisme

1. Pendahuluan

Perkembangan pesat dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi memerlukan penguasaan ilmu yang dapat melatih berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Untuk itu diperlukan suatu perubahan paradigma dalam dunia pendidikan diantaranya orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid, metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual.Purwanto 1990:51 menyatakan bahwa supaya pembelajaran dapat mendorong siswa untuk berpikir dengan baik, maka guru perlu memberikan: a. Pengetahuan siap yakni pengetahuan yang sewaktu-waktu siap untuk dipergunakan. b. Pengertian yang berisi, yang mengandung arti tidak verbalistis dan benar-benar dimengerti oleh anak-anak. c. Latihan kecakapan membentuk skema, yang memungkinkan siswa berpikir secara teratur dan skematis. d. Soal-soal yang mendorong siswa untuk berpikir. Pembelajaran heuristic merupakan suatu pembelajaran yang sengaja dirancang untuk untuk melakukanproses pencarian solusi suatu permasalahan secara selektif, dan memanduproses pencarian tersebut sehingga solusi yang didapatkan adalah yang paling efektif dan efisien. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model dari masalah tersebut, menyelesaikannnya serta menafsirkan solusinya. Namun demikian, agar siswa merasa masalah yang dihadapinya tidak datang secara tiba-tiba maka hendaknya masalah tersebut disajikan dengan menggunakan pendekatan kebudayaan di lingkungan siswa itu sendiri. Pendekatan ini akan membuat siswa merasa bahwa masalah itu bagian dari dirinya yang membuatnya terdorong mencari cara menguasai dan memecahkan masalah tersebut secara kreatif. 18 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Pendekatan silang budaya merupakan pembelajaran yang mengintegraikan sistem tingkah laku yang tergantung pada sistem makna dan sistem nilai kebudayaan suatu bangsa. Pendekatan ini menekankan pertumbuhan, perubahan, perkembangan dan kesinambungan yang menunjukkan kebudayaan sebagai sarana komunikasi yang dinamis dan bersinergi dengan kebutuhan masyarakat informatif. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi sains tentang pola-pola berpikir seseorang yang diperlukan dalam pertukaran kebutuhan informasi dunia yang masih mencitrakan ciri pluralistik kebudayaan masyarakat penggunanya. 2. Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya Heuristik arti harfiahnya menurut Yusuf 2002 adalah membantu untuk menemukan. Dalam dunia pendidikan, metode heuristic artinya satu sistem dalam pendidikan di mana siswa dilatih untuk menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.Teknik pencarian heuristik heuristic searching merupakan suatu strategi untuk melakukanproses pencarian ruang keadaan state space suatu problema secara selektif, yang memandu proses pencarian yang kita lakukan di sepanjangjalur yang memiliki kemungkinan sukses paling besar, dan mengesampingkan usaha yangbodoh dan memboroskan waktu.Heuristik juga merupakan sebuah teknik yang mengembangkan efisiensi dalam proses pencarian,namun dengan kemungkinan mengorbankankelengkapan completeness . Untuk dapat menerapkanheuristik tersebutdengan baik dalam suatu domain tertentu,diperlukan suatu fungsi heuristic.Fungsi heuristik inidigunakanuntukmengevaluasi keadaan-keadaan problema individual dan menentukan seberapa jauh hal tersebutdapat digunakan untuk mendapatkan solusiyang diinginkan. Ada beberapa jenis Heuristic Sea rching diantaranya: a. Generate and Test. Heuristik jenis bangkitkan dan uji generate and test merupakan pendekatan yang paling sederhanadari semua pendekatan yang akan dibicarakan. Metode generate and test ini kurang efisienuntuk masalah yang besar atau kompleks. b. Hill Climbing. Heuristik Hill climbing mendaki bukit merupakan salahsatu variasi metode buat dan uji generate and test dimana umpan balik yang berasal dariprosedur uji digunakan untuk memutuskan arahgerak dalam ruang pencarian search .Dalam prosedur buat dan uji yang murni, responfungsi uji hanyalah ya atau tidak .Dalam prosedur Hill Climbing , fungsi ujidikombinasikan dengan fungsi heuristic yangmenyediakan pengukuran kedekatan suatukeadaan yang diberikan dengan tujuan goal . c. Best First Search. Pencarian terbaik pertama Best First Search merupakan suatu cara yang menggabungkan keuntungan atau kelebihan dari pencarian Breadth-First Search dan Depth- First Search . Dalam dunia pendidikan, heuristic merupakan suatu strategi untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan penyelesaian masalah tergolong kemampuan tingkat tinggi. Gagne Ruseffendi, 1988: 169 menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan tahap belajar yang paling tinggi dan lebih kompleks. Pemecahan masalah tidak sekedar mengaplikasikan suatu algoritma namun memuat pemahaman dan aktivitas intelektual yang bukan berupa kegiatan rutin. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada berbagai masalah dan harus menyelesaikannya. Demikian menurut TIM MKPBM 2001:85 Tugas utama guru adalah membantu siswa menyelesaikan berbagai masalah dengan spectrum yang luas yakni membantu mereka untuk dapat memahami makna kata-kata atau istilah-istilah yang muncul dalam suatu masalah sehingga kemampuannnya dalam memahami konteks masalah bisa terus berkembang . Dengan pendidikan heuristik yang menggunakan pendekatan silang budaya, siswa merasa bahwa masalah yang dihadapinya tidak merupakan bagian yang terpisah dari dirinya. Penggunaan Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 19 konteks yang berkaitan dengan budaya yang sudah dikenal siswanya, akan membuat siswa tidak merasa masalah itu sebagai sesuatu yang datang tiba-tiba. Dengan mengacu pada pandangan konstrukstivisme, jika siswa merasa bahwa masalah itu bagian dari dirinya maka ia akan terdorong untuk mencari cara tersendiri untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut. Pencarian itu merupakan inti pembelajaran konstrukstivis. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif dari Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif siswa ditentukan oleh manipulasi dan interaksi anak dengan lingkungannnya. Pengetahuannya datang dari tindakannya. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan diskusi membantu memperjelas pemikiran, yang pada akhirnya membuat pemikiran menjadi lebih logis. Salah satu hal yang bisa dieksplor dalam diri siswa adalah pengetahuan budaya dari negaranya serta negara lainyang dikenal dengan pendekatan silang budaya. Melalui pendekatan ini siswa dihadapkan pada masalah yang berkaitan dengan budaya negaranya dan budaya Negara lain yang mendorongnya untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang efektif dan efisien dalam memecahkan masalahnya, sehingga menjadi sarana untuk mengkomunikasikan sains dan teknologi dalam memecahkan masalahnya. Penggunaan teknologi dan komunikasi ini menjadi penting baginya untuk lebih mengembangkan daya pikirnya secara lebih optimal. Pendekatan silang budaya menurut Wurianto 2002 merupakan suatu cara pemahaman budaya sebagai keseluruhan respons kelompok manusia terhadap lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan setelah melalui rentangan proses interaksi sosial. Pokok-pokok yang terpenting adalah kebutuhan dan tujuan mempelajari budaya, lingkungan target budaya, dan interaksi sosial yang diinginkan. Dasar pemahaman yang digunakan adalah masing-masing sub etnitas budaya itu mewarisi pikiran, perasaan, makna, tanda budaya dan simbol-simbol. Pendekatan silang budaya merupakan pencitraan budaya suatu bangsa untuk membangun citra diri yang didasarkan pada yang dimilikinya dibandingkan dengan berdasar kesejatidirian. Dengan demikian upaya membangun citra diri ini lebih diandalkan pada pemilikan to have . Apabila sikap demikian menjadi suatu mentalitas dalam kehidupan trend setters suatu bangsa , maka selanjutnya dapat digambarkan dampaknya secara sosial. Mempelajari kebudayaanbangsa lain dengan pendekatan silang budaya berarti menjadikan kebudayaan sebagai sistem realittas system of reality dan sistem makna system of meaning. Oleh karena itu bagi bangsa lain pendekatan ini berarti menggali kebudayaan suatu bangsa dengan menggunakan pola-pola empatik. Pola ini digunakan untuk pemahaman kemajemukan suatu bangsa baik secara genetis maupun kultural. Konsep pendekatan silang budaya sebagai pencitraan budaya merupakan suatu konsep yang menurut Ki Hajar dewantara disebut ‗tri-kon‘ yaitu konsentrisitas, kontinuitas dan konvergensi. Konsentrisitas menekankan pada suatu inti atau sentrum yaitu dengan melihat dari mana perkembangan suatu budaya mulai digerakkan. Kontinuitas menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu yang menunjukkan bagaimana suatu kebudayaan dipelajari orang asing. Konvergensi menunjukkan gerak kebudayaan dalam ruang dimana kebudayaan tersebut bersama dengan kebudayaan lain menuju kebudayaan yang bernilai informative dan global. Lebih lanjut melalui pendekatan silang budaya maka menuntut rasa kearifan suatu bangsa dalam mempelajari kebudayaan bangsa lain yang dilandasi oleh masalah mengenai: a. Hakikat dan sifat hidup manusia suatu bangsa b. Hakikat karya manusia suatu bangsa c. Hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu d. Hakikat hubungan manusia dengan alamnya Sehingga melalui pendekatan heuristic dengan pendekatan silang budaya ini diperkirakan terjadi peningkatan soft skill kemampuan untuk menjadi manusia yang baik yang berlandaskan rasa nasionalisme siswa. Selain itu juga melalui pendekatan ini diharapkan siswa akan lebih tertarik 20 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi belajar matematika sehingga membuat persepsinya terhadap pembelajaran yang dilakukan menjadi positif. 3. Metode Penelitian Di dalam penelitian kuasi eksperimen ini terdapat dua kelas yang mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas yang satu terdiri dari dari 40 orang siswa merupakan kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, sedangkan kelas yang satunya lagi yang terdiri dari 41 orang siswa memperoleh pembelajaran biasa. Sebelum dan sesudah pembelajaran kepada seluruh siswa diberikan skala sikap untuk melihat tingkat nasionalismenya dan peningkatannya. Pada akhir pembelajaran siswa di kelas yang memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya juga memperoleh angket untuk melihat persepsi mereka terhadap pembelajaran yang dilakukan. Sehingga pada akhirnya dapat dideskripsikan bagaimana perningkatan soft skills nasionalisme siswa dan persepsi siswa terhadap pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya, yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap pengembangan soft skills siswa untuk kemudian dikembangkan dengan hard skills-nya secara bersamaan dan seimbang.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah kedua kelompok siswa memperoleh pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya serta pembelajaran biasa, soft skill nasionalisme siswa dapat dideskrpsikan sebagai berikut: Tabel 1. Deskripsi Soft Skill dan Persepsi pada kedua kelompok Siswa Variabel Dat Stat Pembelajaran Heuristik dengan Pendekatan Silang Budaya Pembelajaran Biasa N Pretes Poste s G N Prete s Poste s G Soft skills nasionalisme � 40 32,91 11,8 87,63 84,4 0,97 41 32,77 11,08 66,77 63,1 0,63 s 3,12 - 3,17 - - 3,09 - 2,91 - - Persepsi � 40 - - 97,89 78,8 - - s - - 5,96 - - Dari Tabel 1 di atas bahwa rata-rata pretest kelas yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan silang budaya dengan kelas yang menggunakan pembelajaran biasa tidak terlalu jauh berbeda yaitu 32,91 dan 32,77. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig = 0, 476 lebih besar dari α= 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan siang budaya dengan yang menggunakan pembelajaran biasa. Berarti sebelum pembelajaran dialkukan soft skill nasionalisme mereka sama. Dari hasil post test soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic silang budaya meningkat lebih tinggi dari yang menggunakan pembelajaran biasa yaitu 87,63 dan 66, 7 atau rata-rata gainnya 0,97 dan 0,63. Dengan menggunakan SPSS diperoleh sig= 0,000 dan sig=0,03 untuk gainnya, keduanya ebih ke cil α= 0,05 artinya pencapaian dan peningkatan soft skill nasionalisme siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran biasa. Berdasarkan wawancara penulis dengan siswa, siswa yang menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya selain bisa lebih memahami materi matematika yang diajarkan mereka juga bisa lebih mengetahui keaneka ragaman budaya baik dari negaranya sendiri maupun negara orang lain, dan mereka bangga bahwa kebudayaan Indonesia tidak kalah beragam dan menariknya dibandingkan dengan Negara lain, dan itu yang membuat mereka bangga sebagai bangsa Indonesia dan lebih mencintai Negara ini. Hal ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran heuristic dengan pendekatan silang budaya menjadi pembelajaran bermakna bagi siswa. Dengan menggunakan materi budaya berdasarkan teori