Abd. Kadir 219 DIRASAT ISLAMIYAH.

220 Dirasat Islamiyah sebagai imam kelima. Syiah Zaidiyah identik dengan pemberontakan yang mereka lakukan terhadap Dinasti Umayyah karena sikap keras- nya. Menurut keyakinan mereka bahwa untuk menegakkan kebenaran diperlukan pemberon- takan bersenjata. Pendapat mereka lebih mode- rat, tidak taassub fanatik terhadap Ali, walau- pun mereka berpendapat pula bahwa Ali lebih berhak dari pada khalifah sebelumnya. Pendapat mereka dalam hal kepemimpinan bahwa Nabi hanya menentukan ciri-ciri orang yang berhak menjadi imam dan menunjuk nama maupun personalnya. Imam haruslah memiliki syarat-syarat: a. Berasal dari ahl al-bait, baik dari keturunan Hasan maupun Husain b. Memiliki kemampuan untuk mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau menyerang. c. Memiliki intelektualitas yang tinggi. d. Menolak kemaksuman terpelihara dari per- buatan jahat imam dan memunculkan istilah imamat al-mafdhul imam yang utama. e. Dua imam pada masa yang sama dapat diterima asalkan tidak dalam daerah yang sama. f. Menolak nikah muth’ah kawin kontrak, berbeda dengan sekte-sekte Syiah lain yang memperbolehkannya.

H. Abd. Kadir 221

g. Menolak doktrin taqiyyah menyembunyikan identitas dirinya sebagai kelompok Syiah yang dilakukan oleh sekte-sekte Syiah lainnya. h. Mau menerima hadits walaupun bukan dari jalur keluarga Nabi Ahli al Bait. i. Mau menerima ijma’ dan qiyas. 5. Kaysaniyah Mukhtar bin Ubai al-Tsaqafi, budak sahaya Ali bin Abi Thalib adalah pendiri kelompok Kaysa- niah. Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib menye- babkan dia berganti majikan dan mengabdi kepada putera Ali bin Abi Thalib, yaitu Muhammad Al-Akbar, yakni Muhammad bin al- Hanafiah atau Muhammad Abu Abdullah bin Ali bin Abi Thalib putera Ali bin Abi Thalib dengan isterinya Haulah binti Ja’far bin Qais dari Bani Hanifah di Iran. kemudian ia dikenal pula dengan sebutan Muhammad al-Hanafiah dinis- batkan kepada nama kabilah ibunya. Terbunuhnya Hasan maupun Husain, ia tetap mempertahankan kepemimpinan itu berada dalam garis keturunan Ali yang yang lain, yaitu Muhammad al-Hanafiah. Bagi mereka Muham- mad al-Hanafiah pewaris kekhalifan selanjutnya baik ketika ia masih hidup maupun setelah dia meninggal dunia, karena bagi mereka dia itu masih hidup, dia hanya menyelamatkan diri ke sebuah daerah Radlwa sebuah kawasan pegu- nungan karena dikejar-kejar oleh pemerintah 222 Dirasat Islamiyah sebagai akibat visi dan perjuangannya tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah; sehingga kelompok ini tetap memperjuangkan hak kekha- lifahan bagi Muhammad al-Hanafiah. Pada wak- tunya nanti menjelang hari kiamat dia akan muncul kembali sebagai Imam Mahdi untuk menyelamatkan manusia. 6. Aliran Murjiah Asal kata murjiah ﺔﺌﺟﺮﳌا dari segi etimologi adalah kata irja yang berarti menangguhkan. Nisbah kata ini berhubungan dengan gerakan yang berpenda- pat bahwa keputusan hukum bagi orang-orang yang melakukan dosa ditangguhkan sampai datangnya keputusan Tuhan di hari kemudian. Secara teologis mereka percaya bahwa akan datang pengadilan yang akan mengadili semua persoalan dengan seadil-adilnya nanti di hari akhir, sehingga tidak pantas persoalan yang pelik dan masalah keimanan seseorang diputuskan di dunia ini. Hanya Tuhan yang bisa memutuskan iman dan tidaknya seseorang. Dengan demikian, nama Murji’ah dipakai sebagai ungkapan untuk memberi harapan bagi orang yang berdosa besar untuk menanti keputusan dari Allah; apakah Dia akan memasukkannya ke dalam surga atau tidak. Penentuan atau keputusan semacam ini tidak bisa ditentukan oleh manusia ketika masih hidup di dunia.