Abd. Kadir 365 DIRASAT ISLAMIYAH.

366 Dirasat Islamiyah bahasa ini sebenarnya merupakan bahasa asal filsafat Yunani sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kemampuannya dalam penguasan bahasa Arab ini ditunjukkan dengan penerjemahan istilah Yunani ke dalam bahasa Arab. 1. Pemikiran Filsafat al-Kindi Al Kindi sangat mengapresiasi keberadaan filsafat Islam dalam khazanah kebudayaan Islam. Ia sangat peduli dalam mempertahankan keberadaan filsafat Islam dari kritik lawannya dan ia membangun filsafat yang mempunyai karakter sendiri, yaitu filsafat yang tidak bertentangan dengan isi al al Qur-an. Filsafat dan al Qur-an yang selalu mendorong untuk memper- gunakan akal pikiran sebagai bukti kompromi keduanya. Setiap filosof dalam pandangan al Kindi menjadikan alam supranatural sebagai orientasi utama kinerjanya. Kebenaran yang bersifat supranatural dan lepas dari pengalaman inderawi bersifat abadi dan ada di alam idea. Mencapai kebenaran berarti pula mencapai pula kesempurnaan. Kebenaran yang seperti itu menjadi tujuan para filosof dalam berteori, yaitu teori yang yang mungkin ditindaklanjuti dengan amal perbuatan. Oleh karena itu, al Kindi membagi telaah keilmuan ke dalam telaah teoritis: kajian fisika, matematika dan metafisika, dan telaah praktis: etika, ekonomi dan politik.

H. Abd. Kadir 367

a. Metafisika dalam Pemikiran al-Kindi Al Kindi berkeyakinan bahwa alam ini baharu dalam arti diciptakan. Dalil baharunya alam telah dikenal oleh para mutakallimin yang juga berupaya merasionalisasikan keberadaan Tuhan. Namun de- mikian perbedaan antara argumentasi mutakallimin dengan al-Kindi sebagai filosof muslim tentang isi dan kandungan dalil itu. Bagi al Kindi kebenaran itu dicapai melalui akal. Anugerah akal bagi manusia sebagai instrumen untuk mendapatkan kebenaran. al Qur-an pun menegaskan perlunya memanfaatkan akal sebagai sarana berpikir mencapai kebenaran. Secara akali sifat Tuhan itu bagi al Kindi adalah azali tidak berpermulaan dan berakhir, tidak ada yang men- dahului-Nya dan tidak pula mengakhiri-Nya. Al- Kindi mengemukakan bukti atas kemustahilan akali apabila alam ini ada tanpa ada yang mendahului- nya. Adanya alam secara langsung memastikan adanya penyebab yang menjadikan alam itu ada. Argumentasi ini didasarkan pada keyakinannya bahwa gerak dan waktu berada dalam keterbata- san eksistensial. Pandangannya tentang keterbata- san gerak dan waktu menjadi dasar dalil baharunya alam, sedangkan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Seandainya Tuhan dibatasi oleh ruang dan waktu, maka hal ini mengandung mak- na bahwa ruang dan waktu mendahului adanya Tuhan. Demikian pula realitas alam tidak mungkin menjadi sebab bagi wujud dirinya. Keberadaan 368 Dirasat Islamiyah segala sesuatu mesti didahului oleh sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab itu tidak lain adalah Tuhan sendiri yang tidak berpermulaan dan tidak akan berakhir. Dalil semacam ini dapat meneguhkan pemikiran Aristoteles tentang causa prima. Causa prima bagi Aristoteles adalah rangkaian sebab akibat yang tidak berakhir. Sebab yang tidak berakhir ini adalah mustahil bagi akal, maka sebab akibat itu harus diakhiri pada satu sebab sebagai sebab pertama. Sebab pertama itu tidak lain adalah Tuhan. Selain itu untuk pembuktian keberadaan Tuhan al Kindi mengajukan pemikiran keragaman dan kesa- tuan alam. Sesuatu yang terdapat dalam alam tidak mungkin memiliki keragaman tanpa keseragaman; dan adanya keseragaman tanpa keragaman. Hu- kum keseragaman dan keragaman ini bukan meru- pakan sebuah kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Penyebabnya ini mesti sesuatu yang tidak dapat di- sebabkan, yaitu Tuhan. Keteraturan hukum-hukum alam, sehingga alam ini terpelihara sedemikian rupa disebabkan alam berjalan di atas hukum- hukumnya. Wujud pengendali alam yang meme- liharanya tentulah wujud yang tidak sama dengan yang dikendalikannya. Jika alam dan hukum- hukum alam adalah baharu, maka pengendali tidaklah baharu. Jika alam dan hukum-hukumnya merupakan hasil ciptaan, maka pengendali alam ini bukanlah wujud yang diciptakan. Sesuatu yang mengendalikan mesti berbeda dengan yang diken-