Abd. Kadir 457 DIRASAT ISLAMIYAH.

458 Dirasat Islamiyah sehingga teori yang mereka bangun berbeda-beda. Kesa- maan aliran, kebudayaan dan tradisi sebagian penduduk Indonesia dengan aliran, kebudayaan dan tradisi orang- orang di luar negeri tidak menjamin bahwa Islam itu datang dari suatu kawasan, wilayah atau negara tertentu semata. Boleh jadi apa yang terjadi pada penduduk Indonesia telah mengalami perubahan sedemikian rupa. Kesamaan batu nisan kuburan penduduk Indone- sia dengan batu nisan dari Gujarat bisa berarti bahwa batu nisan dari Gujarat itu baru dikenal penduduuk Indonesia pada masa penduduk Indonesia membangun berhubungan dengan orang-orang Gujarat. Boleh jadi sebelumnya penduduk Indonesia mempergunakan nisan lain seperti perkuburan Baqi’ maupun Ma’la di Arab yang sampai sekarang masih mempergunakan nisan yang sangat sederhana berupa bongkahan batu. Tetapi pen- duduk Indonesia kemudian menggantinya dengan nisan yang lebih baik dari Gujarat. Begitu pula tradisi memperingati peristiwa Karba- la pada 10 Muharram telah mengalami perubahan dari tempat asalnya. Sebelum terjadinya peristiwa Karbala orang muslim Arab manapun tidak pernah memperi- ngati peristiwa itu, tetapi peristiwa itu dijadikan tradisi bagi pengikut aliran Syiah pada pemerintahan Yazid dari Dinasti Umayah. Sebelum itu umat Islam manapun tidak pernah bersinggungan dengan upacara seperti itu. Masuknya Islam ke Indonesia tidak harus ditandai dengan peristiwa-peristiwa budaya, tetapi sejauhmana doktrin Islam yang hakiki telah diterima oleh penduduk Indonesia sebagai agama, ideologi dan pandangan

H. Abd. Kadir 459

hidup. Sungguhpun penduduk Indonesia masih terikat dengan budaya lokal, tetapi kalau mereka sudah meyakini Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat, maka mereka sudah menerima Islam sebagai agamanya sebagaimana juga masih terlihat sampai saat ini pemeluk Islam Indonesia masih banyak yang terikat dengan budaya lokal atau menyampaikan ajaran Islam melalui budaya lokal. Ada kecenderungan sebagian orang meli- hat masuknya Islam ke Indonesia dalam bentuk negara, pemerintahan, kebudayaan, tradisi tertentu, tetapi mengabaikan Islam yang masuk ke dalam individu yang diterima secara personal dan tidak menjadi peristiwa maupun fakta yang masif adalah suatu kenaifan. Oleh karena itu teori yang ada itu memuat kebenaran dalam perspektif tertentu. Namun perkembangan Islam di Indonesia secara pesat terjadi setelah dakwah Islam terlembaga dalam suatu negara atau pemerintahan. Peristiwa dalam lembaga-lembaga itu banyak menjadi fakta sejarah yang sering diingat, dibicarakan bahkan dicatat. Dari fakta- fakta itu seseorang menyampaikan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Setelah penyebaran Islam diterima secara terbuka oleh masyarakat Indonesia, maka dinamika sosial-politik dan keagamaan berubah drastis. Konstruksi alam pikiran masyarakat Indonesia beralih ke ajaran Islam. Secara kelembagaan baik politik maupun sosial, tatanan masya- rakat di nusantara berubah dengan landasan dan legiti- masi ajaran Islam. Sejumlah kerajaan Islam atau kesul- 460 Dirasat Islamiyah tanan berdiri atau didirikan. Mereka menjadikan Islam sebagai agama resmi kesultanan; diantaranya: 1. Kesultanan Samudra Pasai Abad ke-12 M 2. Kerajaan Kesultanan Ternate Abad ke-13 3. Kerajaan Inderapura Abad ke-14 4. Kerajaan Pagaruyung Abad ke-14 5. Kesultanan Aceh Abad ke-15 6. Kesultanan Demak Abad ke-15 7. Kesultanan Malaka Abad ke-15 8. Kesultanan Banten Abad ke-16 9. Kesultanan Cirebon Abad ke-16 10. Kesultanan Mataram Abad ke-17 1. Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan yang didirikan oleh Marah Silu tahun 1267 ini disebut dengan Samudera Pasai atau Darussalam; terletak pesisir utara Aceh. Marah Silu yang bergelar Malikus Shalih ini telah menerima Islam dari para muballigh Arab Syaikh Ismail. Sebelum Syaikh Ismail itu mendarat di Aceh Sultan Malikus Shaleh bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad yang mengajarnya dua kalimah syahadah. Sebagaimana lazimnya sejarah pararaton, maka seorang raja tidak pernah ditulis oleh sejarah dalam posisi yang rendah dari siapapun dalam strara sosial- nya. Raja selalu ditempatkan dalam singgasana ter- hormat oleh para penulis sejarah kalangan istana. Dalam Hikayat Raja Pasai sebagaimana disebutkan di atas bahwa raja mendapatkan kehormatan dengan diislamkan oleh Nabi sendiri.