Abd. Kadir 361 DIRASAT ISLAMIYAH.

362 Dirasat Islamiyah identitas diri-Nya yang tidak bisa dikenal. Pada dasarnya pengenalan kepada-Nya sama sekali melampaui kemam- puan kognitif dan manusia hanya mampu membentuk gagasan-gagasan yang amat kabur dan tidak sempurna. Manusia mencoba berkomunikasi dengan-Nya melalui kitab sucinya. Firman yang tertuang dalam kitab suci- Nya menyapa manusia dengan bahasa yang kadang- kadang sulit dikenal. Untuk membumikan firman suci dalam kalimat-kalimat yang bisa dipahami mendorong manusia mempergunakan akal pikirannya dan menge- rahkan kesanggupan dalam kapasitasnya sebagai manu- sia. Dengan mempergunakan filsafat, manusia mencipta metodologi berpikir untuk mencapai makna yang terkandung dalam firman itu. Upaya itu sekedar upaya dan kebenarannya sebatas kebenaran filosofis yang kadang-kadang spekulatif. Dengan cara ini filsafat memberikan kontribusi sebagai alat analisis terhadap firman-firman-Nya. Dalam doktrin agama bahwa bebe- rapa doktrin filsafat tidak pernah sejajar dengan agama, tetapi secara metodologis filsafat membantu mencairkan doktrin agama supaya menjadi konsep jelas dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan di dunia dalam menyongsong kehidupan di akhirat. Kontribusi filsafat terhadap doktrin agama dapat dilihat dalam masalah metafisika agama. Untuk masalah ini tidak semuanya dijelaskan secara gamblang oleh agama, tetapi sebagian- nya masih menjadi masalah yang kompleks. Filsafat turun tangan menjelaskannya dalam perspektif filsafat sebagaimana bentuk praksisnya dilakukan oleh para teolog.

H. Abd. Kadir 363

E. Sejarah Perkembangan Filsafat Islam Perkembangan pemikiran filsafat Islam dapat ditelusuri dari perkembangan filsafat Yunani. Perkemba- ngan filsafat Yunani dimulai dari mitos berkembang menjadi filsafat. Setelah menjadi filsafat banyak orang yang mengadopsi dan mempelajarinya secara seksama. Transfer filsafat dari guru ke murid Socrates, Plato sam- pai ke Aristoteles menunjukkan dinamika perkemba- ngan yang cukup signifikan. Pemikiran filsafat yang diterimakan dari seorang guru ke seorang murid berkem- bang terus dalam pemikiran seorang murid. Perkem- bangan filsafat dari tiga orang tersebut adalah perkem- bangan dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi. Generasi berikutnya yang menerima pemikiran filsafat Aristoteles adalah Alexander 356 SM- 323 putera seorang raja Fillipus dari Makedonia. Dalam usianya yang ke 13 ia telah belajar filsafat pada Aristoteles selama tiga tahun. Ketika ayahnya melakukan penaklukan ke Byzantium 340 SM ia mendapat amanat untuk mengendalikan pemerintahan Makedonia pada usianya yang ke 16. Ketika usianya 20 tahun ia menjadi raja Makedonia menggantikan ayahnya yang terbunuh oleh orang yang tidak dikenal. Selama 10 tahun dia bersama prajuritnya terlibat dalam berbagai peperangan untuk meluaskan wilayah kekuasaannya hingga mencapai Mesir, Babilonia, wilayah pegunungan Himalaya di India. Raja Darius III dari Persia tidak dapat menahan serangan tentara Alexander ini ketika dia melakukan invasi ke Persia. Kebijakannya yang ditentang oleh prajurit-prajuritnya dalam invasinya ke Persia ini 364 Dirasat Islamiyah adalah menadopsi budaya Persia dan mengintegrasikan prajurit-Persia kedalam kesatuan prajurit-prajuritnya. Namun kebijakan yang bisa dilakukan adalah melakukan perkawinan massal antara perwira-perwiranya dengan perempuan bangsawan Persia. Walaupun dia seorang raja yang bergelut dalam kekuasaan politik, tetapi dia mempunyai kepedulian terhadap filsafat. Kepedulian itu ditunjukkan ketika dia memper- luas wilayah kekuasaannya justeru salah satu misinya adalah memperkenalkan filsafat ke daerah-daerah jaja- hannya. Tadisi periwayatan filsafat dilanjutkan walau- pun dia lebih merupakan raja daripada seorang filosof. Invasinya ke wilayah Timur bukan semata perluasan kekuasaannya, tetapi juga disertai tujuan juga menyemai hasil kebudayaan Yunani di wilayah Timur. Hal ini mendorong berkembangnya pusat-pusat kajian kebuda- yaan Yunani di Timur Tengah: Mesir, Suriah, Irak dan Iran. Tatkala dakwah Islam sampai ke wilayah-wilayah bekas jajahan Alexander ini ummat Islam menemukan budaya yang berasal dari Yunani dan mempelajarinya dengan seksama. Motivasi mempelajari budaya Yunani didukung oleh para penguasa dawlah Islamiyah seperti Khalifah Khalid bin Yazid 704 M dari Dinasti Umayah, khalifah al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah, Harun al- Rasyid tahun 786-809 M. al-Ma’mun 813-833 M. Salah satu dukungan yang cukup memonjol dari khalifah tersebut adalah berdirinya perpustakaan dan pusat penerjemahan Bait al-Hikmah di Baghdad, yang secara berganti-ganti dipimpin oleh Yuhanna bin Masawaih dan Hunain bin Ishaq. Dari perkembangan penerjemahan