Abd. Kadir 155 DIRASAT ISLAMIYAH.

156 Dirasat Islamiyah Ayat itu pada dasarnya mengandung perintah, tetapi terdapat indikasi yang menunjukkan perintah itu kepada nadb, sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikutnya: ُﻪَﺘَـﻧﺎَﻣَأ َﻦُِﲤْؤا يِﺬﱠﻟا ﱢدَﺆُـﻴْﻠَـﻓ ﺎًﻀْﻌَـﺑ ْﻢُﻜُﻀْﻌَـﺑ َﻦِﻣَأ ْنِﺈَﻓ Akan tetapi, apabila sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya. QS: al-Baqarah: 283. Ayat yang kedua ini dapat dipahami bahwa menulis hutang piutang itu hanya mandub sunnat. Para ulama dalam kalangan madzhab Hanafi menyamakan arti sunat dan nafal dengan mandub, bahkan ada pula yang menyamakannya dengan mustahab. a. Sunnah muakadah sunah yang dianjurkan, yaitu perbuatan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan; walaupun tidak dikenakan siksa bagi yang mening- galkannya. Atau perbuatan yang dibiasakan oleh Rasulullah dan jarang ditinggalkannya. Contohnya perbuatan sunat yang menjadi pelengkap perbua- tan wajib seperti: shalat rawatib, azan, shalat berjamaah, shalat hari raya, berkurban dan akikah, karena perbuatan-perbuatan yang seperti itu selalu dilakukan Nabi dan jarang sekali hanya sekali atau dua kali Nabi meninggalkannya, sehingga menun- jukkan perbuatan itu bukan wajib namun digemari oleh beliau. b. Sunnah ghayr muakadah sunah biasa, yaitu sesua- tu yang dilakukan Nabi namun bukan menjadi

H. Abd. Kadir 157

kebiasaannya. Atau segala perbuatan yang dianjur- kan bagi seseorang melakukannya walaupun tidak sesering mungkin, namun tidak dicela apabila me- ninggalkannya. Dengan kata lain segala perbuatan sunat yang tidak selalu dikerjakan Nabi, misalnya: melakukan shalat sunah dua kali dua rakaat sebelum shalat dhuhur atau sebelum shalat isya’. c. Sunah al zawaid, yaitu mengikuti kebiasaan sehari- hari Rasulullah sebagai manusia: misalnya sopan santunnya dalam makan dan tidur. d. Sunah Hadyi ialah suatu perbuatan yang dianjur- kan untuk menyempurnakan perbuatan wajib seperti azan dan shalat berjamaah. Orang yang meninggalkan perbuatan yang seperti ini dikatakan tersesat dan tercela. e. Sunah al ‘ain, ialah segala perbuatan yang dianjur- kan kepada setiap pribadi mukallaf untuk diker- jakan, misalnya shalat sunat rawatib f. Sunat kifayah, yaitu segala perbuatan yang dian- jurkan untuk dilakukan oleh salah seorang atau beberapa orang saja dari suatu kelompok, seperti mengucapkan salam, mendoakan orang bersin, adzan untuk mendirikan shalat, dan lain sebagai- nya. 3. IbahahMubah, secara etimologi berarti sesuatu yang diperbolehkan atau diijinkan. Menurut para ahli ushul fiqh adalah sesuatu yang diberikan kepada orang mukallaf untuk memilih antara melakukan atau meninggalkannya. Atau sesuatu bila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika ditinggalkan tidak 158 Dirasat Islamiyah mendapat siksa. Dengan demikian ibahah merupakan kebebasan kepada para orang mukallaf untuk memilih antara melakukan atau meninggalkannya. Tuntutan hukum ini bersifat fakultatif atau mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat. Akibat khitab ini disebut juga dengan ibahah, dan perbuatan yang boleh dipilih itu disebut mubah. Misalnya makan dan minum, atau firman Allah: إو اودﺎﻄﺻﺎﻓ ﻢﺘﻠﻠﺣ اذ Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji maka kamu boleh berburu. QS: al-Maidah:5:2. Dasar penetapan ibahah: a. Tidak diterangkan kebolehannya namun syara’ memberitahukan akan dapat memberi kelonggaran dan kemudahan bagi yang melakukan. Seperti ti- dak ditentukannya model pakaian untuk menutup aurat. b. Tidak diterangkan sama sekali baik kebolehan melakukan suatu perbuatan hal seperti ini kembali pada kaidah bara-ah al ashliyah. 4. KarahahMakruh, secara etimologi berarti sesuatu yang dibenci. Dalam istilah ushul fiqh kata makruh berarti yaitu sesuatu yang jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan jika dikerjakan maka tidak mendapat siksa. Atau dengan kata lain sesuatu yang dilarang melakukannya, namun tidak disiksa kalau dikerjakan. Dengan demikian, karahah tuntutan syara’ untuk meninggalkan sesuatu walaupun belum mencapai