Abd. Kadir 393 DIRASAT ISLAMIYAH.

394 Dirasat Islamiyah pula tidak berwujud. Segala yang termasuk mumkin al-wujud dapat dikategorikan sebagai wujud potensial. Untuk menjadi aktual atau tidak, bergantung kepada wajib al-wujud. Wajib al-wujud yang niscaya dan mandiri mendahului dan menyebabkan eksistensi yang mumkin al- wujud tidak bersifat niscaya dan hanya mengan- dung potensi kemungkinan semata. d. Esensi yang tidak dapat memiliki wujud disebut dengan mustahil wujud atau mamnu’ al-wujud impossible being. Esensi yang tak mempunyai wujud disebut mumtana’mamnu’ al-wujud, yaitu sesuatu yang mustahil ber wujud. Tuhan sebagai dzat pencipta mustahil tidak mempunyai ciptaan makhluk, atau Tuhan sebagai asal atau sumber dari segala sesuatu mustahil kemawju- dannya disebabkan oleh yang lain. 4. Teori Emanasi Tuhan itu adalah Wajib al-Wujud, yaitu sesuatu yang harus ada, dan ketiadaannya menimbulkan kemustahilan dalam nalar. Pemunculan dan mani- festasi diri-Nya pada wujud yang lain memung- kinkan kebenarannya bisa dibayangkan oleh nalar. Wujud yang lain merupakan manifestasi dari Tuhan secara emanatif. Tuhan adalah azali tanpa permulaan yang tidak memerlukan pada pencipta. Sifat dan dzat-Nya sesuai dengan kekekalan-Nya tanpa memerlukan individualitas-Nya mewujudkan diri-Nya dalam bentuk objek fenomena, dan seba- gai entitas cerminan yang mengungkapkan hakikat-

H. Abd. Kadir 395

Nya yang ada dalam pengetahuan-Nya. Pengeta- huan tentang hakikatnya oleh diri-Nya menyebab- kan sesuatu menjadi ada, sehingga pada dasarnya semua wujud berasal dari kehendak-Nya. Wujud lain pada dasarnya bersumber pada yang satu yang dapat dilihat dari kesatuannya dan bukan dari keragamannya. Dia adalah sumber segala sesuatu; mengetahui segala sifat dan hakikat-Nya. Karena Dia disebut akal murni, maka pada saat yang sama merupakan tindak penalaran, serta sekaligus men- jadi subjek dan objek nalar al Aql, al Aqil, wa al ma’qul. Dia hanya berpikir tentang diri-Nya, dan tidak mungkin berpikir tentang realitas yang bersifat sementara dan wujud yang lebih rendah. 14 Pengetahuan-Nya tentang diri-Nya -sebagai sebab pengetahuan-Nya tentang alam semesta- adalah mutlak, satu, dan sama. Maka eksistensi alam semesta adalah efek pengetahuan-Nya tentang eksistensi tersebut, sedangkan pengetahuan tentang diri-Nya adalah wujud dzat yang diciptakannya. Kepastian dari sistem emanasi sebagai suatu keha- rusan wajib al wujud dan sebagai kemungkinan mumkin al wujud adalah kebergantungan secara total wujud yang mungkin kepada Tuhan. Suatu bentuk wujud muncul dan ditopang oleh wujud yang lain, baik dalam memasuki eksistensi maupun dalam melanjutkan eksistensi pada pihak lain di bawahnya. Hirarki emanasi itu menyiratkan konti- nuitas dan kontingensi total mode emanatif yang 14 Ibid , hlm. 249. 396 Dirasat Islamiyah lebih rendah pada prinsip–prinsip terdekatnya, baik yang berada dalam tingkat pertama maupun terakhir. Wujud emanatif tidak pernah dilepaskan dari sumbernya dengan berdiri sendiri sebagai entitas yang mandiri. Wujud emanatif tetap eksis dalam ketergantungannya pada sumbernya, yaitu ketergantungan murni terhadap yang lain, karena ia tidak mempunyai realitas dalam dirinya sendiri selain sebagai subordinat dari suatu realitas. Proses emanasi tidak menyerah pada kehampaan total, tetapi ada keterkaitan tak terputus antara berbagai level wujud emanatif dengan prinsip terdekatnya. 15 Wujud emanatif tidak pernah mengalami perubahan substansi menjadi hakikat sumbernya, karena wujud emanatif mempunyai prinsip bersifat wujud mungkin dalam hubungannya dengan sumbernya; dalam pengertian secara mutlak ia bukanlah apa-apa tanpa berhubungan secara emanatif dengan sumbernya. tetapi dia menjadi wajib al wujud bilamana dilihat dari wujudnya sendiri sebagai sumber emanasi bagi wujud yang lain. Prinsip wajib al-wujud bagi dirinya sendiri dalam hubungannya dengan esensi dan tindakannya serta dengan prinsip emanatif yang lebih rendah. Dengan jalan emanasi terjadilah penciptaan dari al aql mahdlah; dan wujud emanatif level teratas ditempati oleh al-’aql al-awwal akal pertama. Akal yang merupakan substansi malaikat, dibuat dari substansi yang terpisah dari sumber segala 15 Mehdi Ha’iri Yazdi, Ilmu …., hlm. 223.