Abd. Kadir 171 DIRASAT ISLAMIYAH.

172 Dirasat Islamiyah ِﻪْﻴَﻠَﻋ َْﰒِإ ﻼَﻓ ٍدﺎَﻋ ﻻَو ٍغﺎَﺑ َﺮْـﻴَﻏ ﱠﺮُﻄْﺿا ِﻦَﻤَﻓ Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang ia tidak menginginkan- nya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. QS: al Baqarah:2:173 b. Sunah seperti shalat jama’ adalah rukhshah, teta- pi apabila dikerjakan di awal waktunya jama’- taqdim maka rukhshah itu berbuah sunnah. c. Ibahah, seperti jual-beli dengan salam pesanan yang didasarkan pada sifat-sifat barang yang di pesan, sehingga jual beli ini tanpa serah terima secara langsung. G. Shah dan Bathal Amal perbuatan adakalanya shah benar dan adakalanya bathal. Secara etimologi, kata shah berarti benarvalid. Pengertian shah menurut ulama ushul fiqh adalah tercapainya sesuatu yang memberikan pengaruh secara syara’ karena dilakukan sesuai dengan syarat dan rukunnya. Perbuatan itu mempunyai akibat hukum, dan suatu perbuatan dinilai shah ketika sejalan dengan kehendak hukum. Kalau suatu pelaksanaan hukum dinilai shah maka pelakunya bebas dari tuntutan hukum itu dan tidak perlu mengulang. Shalat orang yang telah memenuhi syarat dan rukunnya, maka tidak perlu diulang maupun diganti. Sedangkan istilah bathal merupakan lawan dari shah, yakni: terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan

H. Abd. Kadir 173

yang telah ditetapkan. Misalnya: jika perbuatan yang dilakukan oleh mukallaf itu bathal, sedangkan perbuatan itu berupa pemenuhan suatu kewajiban, maka perbua- tan yang dilakukan itu tidak dapat menggugurkan kewa- jiban hukum dan tidak dapat membebaskan tanggungan serta ia tidak berhak mendapatkan pahala. Kalau suatu pelaksanaan hukum itu dianggap bathal maka pelakunya tetap mempunyai kewajiban untuk menggantinya qadla’. Puasa wajib yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya wajib diganti pada hari yang lain. H. Asas-asas Hukum Islam Hukum Islam diturunkan dan kemudian menjadi beban kewajiban manusia didasarkan kepada kemam- puan dan kapasitas manusia sendiri. Taklif beban hukum yang diterima oleh mukallaf tidaklah melampaui batas kemampuannya. Beban itu pada dasarnya dapat dilaksanakan oleh manusia normal sesuai dengan keten- tuannya. Sendainya beban itu terlalu berat bagi sebagian orang, tetapi agama pun memberikan jalan keluar de- ngan memberikan rukhsah. Hal seperti itu dimaksudkan agar semua khithab titah dan taklif beban agama itu dapat diimplementasikan secara baik oleh semua orang. Dalam sistem hukum Islam dikenal dengan: 1. Adam al kharaj Prinsip ini mengelaborasi hukum Islam dengan menghilangkan bagian-bagian yang menjadi kesu- litan dan kesempitan bagi mukallaf untuk melaksa- nakannya, karena beberapa sebab atau alasan. Bagi orang yang mempunyai keterbatasan, maka 174 Dirasat Islamiyah pelaksanaan hukum itu sesuai dengan keterbata- sannya, dalam arti orang yang mempunyai keter- batasan tidak dituntut seperti orang lainnya. ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻧﺎَﻛ ِﱵﱠﻟا َلﻼْﻏﻷاَو ْﻢُﻫَﺮْﺻِإ ْﻢُﻬْـﻨَﻋ ُﻊَﻀَﻳَو Membuang dari mereka beban-beban dan beleng- gu-belenggu yang ada pada mereka. QS: al a’raf: 7:157. 2. Taqlil al takalif, yaitu menyedikitkan beban yang menjadi tanggungan mukallaf. Mempersedikit beban yang menjadi tuntutan bagi mukallaf. Beban yang sedikit dan apalagi lebih ringan adalah lebih mudah dalam perealisasiannya, demikian sebailknya. Prinsip taqlil al takalif ini memberikan peluang yang lebih luas kepada setiap orang untuk dapat berpartisipasi dalam pelak- sanaan hukum. Mukallaf cukup melakukan apa yang tersurat dalam perintah atau larangan tanpa harus memberikan bobot yang lebih berat atau skop yang lebih luas. Beban itu cukup dilaksanakan sebagaimana adanya. ْنِإَو ْﻢُﻛْﺆُﺴَﺗ ْﻢُﻜَﻟ َﺪْﺒُـﺗ ْنِإ َءﺎَﻴْﺷَأ ْﻦَﻋ اﻮُﻟَﺄْﺴَﺗ ﻻ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ ٌرﻮُﻔَﻏ ُﻪﱠﻠﻟاَو ﺎَﻬْـﻨَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﺎَﻔَﻋ ْﻢُﻜَﻟ َﺪْﺒُـﺗ ُنآْﺮُﻘْﻟا ُلﱠﺰَـﻨُـﻳ َﲔِﺣ ﺎَﻬْـﻨَﻋ اﻮُﻟَﺄْﺴَﺗ ٌﻢﻴِﻠَﺣ ُﺤَﺒْﺻَأ ﱠُﰒ ْﻢُﻜِﻠْﺒَـﻗ ْﻦِﻣ ٌمْﻮَـﻗ ﺎََﳍَﺄَﺳ ْﺪَﻗ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻛ ﺎَِ اﻮ ٌمْﻮَـﻗ ﺎََﳍَﺄَﺳ ْﺪَﻗ َﻦﻳِﺮِﻓﺎَﻛ ﺎَِ اﻮُﺤَﺒْﺻَأ ﱠُﰒ ْﻢُﻜِﻠْﺒَـﻗ ْﻦِﻣ