Abd. Kadir 73 DIRASAT ISLAMIYAH.

74 Dirasat Islamiyah tumbuh sejak Nabi masih hidup. Pada zamannya Nabi membiarkan berbagai kabilah membaca al Qur-an menurut dialeknya, sehingga tumbuh berkembang ber- bagai macam qiraah. Untuk membatasi berkembangnya jumlah qiraah Abu Bakar bin Mujahid hanya memilih tujuh guru al Qur-an terkenal dan menyatakan bahwa bacaan mereka shahih karena diterima dari Nabi dengan sanad muttashil rangkaian periwayatan yang bersam- bung. Ibnu Mujahid memilih bacaan yang diriwayatkan oleh: a Nafi ʿ meninggal 169785, b Ibnu Katsir wafat 120737, c Abu ʿ Amr meninggal 154770, d Ibnu ʿ Amir meninggal 118736, e Asim wafat 127744, f Hamzah meninggal 156772, dan g al-Kisaʾi meninggal 189804. Tetapi ada pula yang menambahkan lebih dari tujuh, yaitu: i Hafsan Asim. j. Abu Ali Muhammad bin Muqla wafat 940, 75 A. Pengantar Tidak ada perbedaan pandangan di kalangan umat Islam bahwa Nabi adalah figur utama, teladan, maksum dan segala ucapan dan perbuatannya bukan didasarkan pada hawa nafsu melainkan mendapatkan tuntunan dari Allah. Dari pandangan semacam ini maka figur Nabi itu selalu memberikan inspirasi kepada ummat Islam bahwa ucapan dan prilakunya patut ditiru, ditela- dani, diikuti dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari; baik yang berhubungan ibadah, muamalah, akidah, akhlaq dan lain sebagainya. Lebih dari itu Nabi adalah penerima langsung al Qur-an dari penutur asli- nya, sehingga lebih memahami konteks yang melatar- belakangi turunnya ayat al Qur-an dan ketika ayat demi ayat al Qur-an itu diturunkan kepadanya. Nabi sebagai orang yang lebih paham terhadap isi sumber utama ajaran Islam itu, karena ia ikut larut dalam suasana batin dan menghayati suasana kejiwaan ketika al Qur-an itu diterimakan kepadanya. Dengan demikian seluruh ucapan dan perbuatan Nabi –yang sering dikenal dengan hadits- dijadikan hujjah, dasar dan sumber hukum dan inspirasi kehidupan ummat Islam. BAB III STUDI AL-HADITS 76 Dirasat Islamiyah B. Beberapa Pengertian 1. al Hadits Kata ḥadits ﺚﻳﺪﺣ dalam bahasa Arab berasal dari َثَﺪَﺣ ًﺔﺛَاَﺪَﺣَو ﺎًﺛْوُﺪُﺣ ُثُﺪَْﳛ , jamaknya ﺚﻳدﺎﺣأ berarti sepotong informasi yang disampaikan dalam jumlah besar atau kecil. Sedangkan makna yang lain berarti jadid ﺪﻳﺪﺟ yang berarti baru; dan merupakan antonim dari kata qadim dahulu. Kata hadits yang seperti ini sama dengan ُةﱠﺪِْﳉا dalam arti sesuatu yang ada setelah tidak ada; atau sesuatu yang wujud setelah tidak ada. Makna seperti terakhir ini sering dipergunakan dalam teologiilmu kalam dan bukan dalam kontek ilmu hadits. Makna lain dari kata hadits ﺐﻳﺮﻗ berarti dekat; diambil dari kalimat hadits al ahdi fi al Islam ﺚﻳﺪﺣ ﻟا مﻼﺳﻻا ﰲ ﺪﻬﻌ berarti orang yang baru masuk Islam. Sinonim muradif kata hadits yaitu: sunah, khabar, dan atsar. Makna-makna etimologis semacam ini lebih ba-nyak dipergunakan dalam ulumul hadits; karena hadits diartikan juga al-ikhbar pemberi- taan kemudian artikulasi maknanya difokuskan untuk perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad. Pemberita- an yang merupakan makna dari kata hadits sudah dikenal orang Arab sejak zaman Jahiliyah, yaitu untuk menunjuk hari-hari yang populer dan berse- jarah yang sering mereka kenang dengan nama al ahadits. Makna yang lain merujuk pada perkataan,

H. Abd. Kadir 77

perbuatan, ketetapan, yang bersumber dari Nabi secara valid. Dari segi terminologi makna hadits: ْوَأ ًﻼْﻌِﻓ ْوَأ ً ﻻْﻮَـﻗ َنَﺎﻛ ٌءاَﻮَﺳ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﱢِﱮﱠﻨﻟا ِﻦَﻋ َءﺎَﺟﺎَﻣ اًﺮْـﻳِﺮْﻘَـﺗ Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa per- kataan atau perbuatan dan atau persetujuan. Sesuatu yang disampaikan oleh Nabi Muhammad berupa pernyataan, perbuatan, ketetapan atau kri- tik secara lisan atau melalui perbuatannya semasa hidup Nabi. Istilah hadits mengacu pula pada per- nyataan atau tindakan Nabi, atau persetujuan atau diamnya Nabi terhadap sesuatu yang dikatakan atau dilakukan di hadapannya. ﺎﻣ ﺮﻳﺮﻘﺗ وا ﻞﻌﻓ وا لﻮﻗ ﻦﻣ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻲﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﱄا ﻒﻴﺿا ﺔﻔﺻ وا Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi, seperti ucapan, perbuatan, ketetapan dan sifatnya. Hadits dapat dinyatakan segala yang datang atau disandarkan kepada Nabi baik berupa ucapan, per- buatan, ketetapan dan sifatnya. Walaupun umat Islam menerima al Qur-an maupun hadits dari Na- bi, tetapi hadits tidak diterimakan melalui malaikat Jibril dan secara material hadits tidak terdapat 78 Dirasat Islamiyah dalam al Qur-an. Perkataan, tindakan, persetujuan atau penolakan Nabi terhadap sesuatu yang dike- tahuinya dengan cara mendiamkannya termasuk dalam kategori hadits. Berdasarkan definisi di atas hadits merupakan sumber berita yang datang dari Nabi dalam segala bentuk baik berupa perkataan qawli, perbuatan fi’li, dan sikap persetujuan taqriri. Tetapi di antara ulama memasukkan juga sifat washfi sebagai bagian dari hadits, baik sifat fisik khalqiyah maupun sifat perangai khuluqi- yah. Sifat fisik seperti tinggi badan Nabi warna kulit Nabi, berambut agak panjang, berjenggot dan lain-lain. Sedang sifat perangai mencakup akhlak- nya, misalnya sayang terhadap fakir miskin, men- cintai anak yaitim dan lain-lain. Selain itu ada juga orang yang mengaitkan hadits degan sejarah tarikhi hidup Nabi baik sebelum atau setelah menjadi rasul. Namun sebagian orang tidak sepen- dapat dengan pernyataan tersebut di atas, karena sejarah kehidupan Nabi sebelum bi’tsah diutus menjadi rasul tidak bisa menjadi pedoman hukum. Hal demikian yang dipegangi oleh banyak ulama fiqh, tetapi sebagian ulama hadits dapat menerima bahwa hadits itu batasannya seluruh sejarah kehi- dupan Nabi. Ada juga yang memasukkan cita-cita hammi Nabi sebagai bagian dari hadits. Sesuatu yang dicita-citakan Nabi sekalipun baru rencana dan belum terlaksana tetap dimasukkan hadits, karena Nabi tidak merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan dicintai dalam agama, dituntut