Abd. Kadir 197 DIRASAT ISLAMIYAH.

198 Dirasat Islamiyah tetentu. Dari persolan ini berkembang menjadi aliran- lairan teologi dalam Islam lahir disertai dengan konflik politik yang berkepanjangan. Beberapa prinsip yang menjadi dasar perkem- bangan aliran teologi berkenaan dengan qadla qadar dan keadilan Tuhan, yang dihubungkan dengan asas taklif, pahala dan siksa; serta mereka pun berselisih dalam menentukan fungsi perbuatan manusia. Di satu pihak sebagian mereka beranggapan bahwa Tuhan adalah pencipta segala sesuatu termasuk di dalamnya perbuatan manusia itu sendiri, Tuhan juga bersifat Maha Kuasa dan memiliki kehendak yang bersifat mutlak dan absolut, tetapi di pihak lain mereka berpendapat yang sebaliknya. Manusia terikat secara total pada kehendak dan kekuasaan Tuhan yang absolut. Manusia itu mene- rima kodratnya yang telah ditentukan oleh Tuhan sejak zaman azali. Manusia tidak bisa menghindar dari keten- tuan itu. Usaha manusia untuk menghindar atau menuju pada ketentuan itu adalah bagian dari ketentuan itu sendiri. Pemikiran semacam ini untuk menunjukkan kekuasan dan kehendak mutlak Tuhan bahwa kekuasaan dan kehendaknya tidak bisa diintervensi oleh siapapun dan oleh apapun. Demikian pula banyak ayat al Qur-an yang mengisyaratkan bahwa manusia itu dikuasai sepe- nuhnya oleh Tuhan. Batas-batas ketergantungan manusia pada kehen- dak dan kekuasaan mutlak-Nya dalam menentukan per- jalanan hidupnya oleh sebagian lainnya dianggap mem- belenggu kebebasan manusia untuk mengatur hidupnya. Berbagai ayat al Qur-an yang menunjukkan kebebasan

H. Abd. Kadir 199

manusia melakukan perbuatannya dijadikan dasar pemi- kirannya, sehingga manusia dibebani tanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Karenanya mereka berhak memperoleh pahala atau menerima siksa, dipuji atau dicela. Tuhan itu Mahaadil dan keadilan-Nya ditandai dengan janji dan ancaman. Tuhan akan menepati janji- nya dengan memasukkan ke surga orang yang berbuat baik dan memasukkan ke neraka orang yaang berbuta jahat. Bila terjadi sebaliknya maka Tuhan tidak adil. Para ahli agama, mutakalimin dan filosof aktif membahas apakah manusia bebas berbuat sesuatu dengan kehendaknya atau kehendaknya itu disebabkan oleh sesuatu yang di luar dirinya. Paksaan dan kebeba- san untuk berkehendak, pelaku dosa besar, dan keqadi- man al-Qur-an merupakan hal yang aktual dalam diskusi dan perdebatan mereka. Menanggapi pertanyaan-perta- nyaan tersebut maka muncullah beberapa paham yang saling bertolak belakang dan saling mengkafirkan berkai- tan dengan perbuatan manusia. Sebagian lainnya menyerahkan penentuan hukum orang-orang yang berselisih itu kepada Tuhan. Lebih lanjut kelompok ini menganggap bahwasanya pembunu- han dan pertumpahan darah yang terjadi di kalangan kaum muslimin sebagai suatu kejahatan yang besar. Namun mereka menolak menimpakan kesalahan kepada salah satu di antara kedua kelompok yang saling ber- perang. Secara umum, beberapa paham tersebut paradoks dan kontradiktif. Satu pihak meyakini bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya untuk melakukan perbua- 200 Dirasat Islamiyah tannya, karena perbuatan manusia telah ditentukan oleh Tuhan sejak zaman azali, tetapi pihak lain mengarahkan manusia untuk lebih dinamis dan kreatif. Manusia mempunyai kebebasan dan kehendak untuk melakukan perbuatan sendiri. Dan manusia juga berhak akan segala konsekwensi dari apa yang mereka perbuat sendiri. Pemikiran demikian memberikan dorongan per- kembangan pemikiran lebih lanjut bagi kaum muslimin yang lain bahwa masalah dosa besar, kafir, murtad tidak bisa dihukumi ketika masih hidup di dunia. Konsekwensi dosa besar, kafir maupun murtad hanya diketahui setelah manusia kembali kepada-Nya dan menerima im- balan perbuatan dan keyakinannya. Maka semua yang diperbuat dan diyakini oleh seseorang harus dikemba- likan kepada-Nya. Perkembangan pemikiran semacam ini berlanjut terus dan lebih serious dan membawa konsekwensi-konsekwensi logis baik bagi yang menerima atau menolaknya. Dalam rangka mencari legitimasi pemikirannya ini maka masing-masing kelompok me- ngembangkan pemikiran teologisnya lebih lanjut. D. Aliran-aliran Ilmu Kalam Perkembangan pemikiran sebagaimana tersebut di atas menimbulkan friksi-friksi di kalangan umat Islam. Mereka sama-sama mengembangkan pahamnya masing- masing dengan mencari argumentasi dan metodologinya untuk memperkuat atau melegitimasi pahamnya, sehing- ga tumbuh dan berkembanglah aliran-aliran yang berdiri sendiri. Perkembangan pemikiran aliran-aliran ini dido- minasi oleh pemikiran orang Islam sendiri dan sebagian