Abd. Kadir 69 DIRASAT ISLAMIYAH.

70 Dirasat Islamiyah sesuai dengan kriteria permintaan Utsman dan memper- banyak hasilnya untuk dikirim ke setiap ibu kota propinsi Dawlah Islamiyah: Kufah, Basra, Damaskus, Mekah dan satu ditinggal di Madinah dipelihara oleh Utsman. Mushhaf yang ditinggal di Madinah ini kemu- dian dikenal dengan nama Mushhaf al Imam. Naskah asli mushhaf itu dikembalikan pada Hafshah dan khalifah Utsman memerintahkan bahwa semua tulisan al Qur-an lainnya baik tertulis dalam naskah fragmentaris atau seluruh salinan naskah yang ditulis sebelumnya harus dibakar. al Qur-an yang ada seperti saat ini telah selesai dan dipergunakan tanpa banyak perselisihan yang signifikan. G. Naskah al Qur-an kuno Walaupun al Qur-an sudah terkumpul menjadi mushhaf pada era pemerintahan Abu Bakar dan diverivikasi kembali pada era pemerintahan Utsman bin Affan, namun sebagian mushhaf yang pernah dihimpun dan ditulis secara pribadi oleh beberapa shahabat masih dipertahankan keberadannya oleh sebagian shahabat sebagai koleksi pribadi. Dua orang yang mempertahan- kan kepemilikan al Qur-an itu sebagai koleksi pribadinya itu ialah Abdullah bin Mas’ud dan Ubay bin Kaʿb. Naskah Ibn Mas’ud -seorang muallaf awal yang menjadi pelayan pribadi Muhammad- menulis ayat-ayat yang didengarkan langsung dari Nabi. Tujuh puluh surat di- antaranya didengar langsung dari Nabi. Ia mempunyai kompetensi dalam bacaan al Qur-an dan Hadits sehingga Nabi mengangkatnya sebagai salah satu guru

H. Abd. Kadir 71

pertama bacaan Al-Qur-an. Ibnu Mas’ud menolak untuk membakar salinan al-Qur-an koleksi pribadinya dan dia juga tetap mengajarkannya. Urutan surah dan beberapa macam pembacaan dalam mushhaf Ibn Mas’ud berbeda dengan mushhaf Utsmani. Al-Qur-an koleksi Ibn Mas’ud itu tidak memuat surah Fatihah surah pembuka dan Surah al Muawwid- zatayn surah al Falaq dan al Nas. Perbedaan lainnya hanya pada penulisan morfologinya. Sebagai contoh Ibnu Mas’ud menulis kulla ma sebagai dua kata ﺎﻤﻠﻛ satu kata dan ﺎﻣ ﻞﻛ dua kata. Ubay bin Kab -seorang muslim Madinah yang menjabat sebagai sekretaris Nabi dan mempunyai kompetensi menghafal ayat-ayat mengenai masalah hukum- tetap mempertahankan naskan koleksi pribadinya. Namun ketika Mushhaf Utsmani diterima mayoritas kaum muslimin mereka berdua tidak pernah mengajukan keberatan dan kritik terhadap Mushhaf Utsmani itu sungguhpun Utsman telah meninggal dunia dan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib. H. Penyempurnaan Tulisan al Qur-an Tulisan Arab seperti yang dikenal sekarang belum dikenal pada zaman Nabi dan al Qur-an ditulis dalam bentuk tulisan yang terdiri dari garis-garis sederhana. Oleh karena tulisan itu tidak bisa dibedakan antara vokal dan konsonan sebagai akibat tidak adanya tanda diakritik syakal. Harakat atau syakal utuk menandakan bacaan harakat fathah, kasrah, dlammah maupun tanwin dan syiddah tidak dikenal, maka kemungkinan perbedaan membaca dan bacaan antara 72 Dirasat Islamiyah satu sama lain susah dihindari. Kebingungan menimpa umat Islam yang berada di bawah Dawlah Islamiyah yang semakin luas, karena leterasi tulisan Arab bukan hanya untuk kepentingan penulisan al Qur-an, tetapi juga untuk kepentingan administrasi negara. Banyak orang tidak bisa membedakan antara kalimat aktif bina’ ma’lum dengan kalimat pasif bina’ majhul. Dalam al Qur-an banyak orang membaca نﻮﻠﺘﻘﻳو نﻮﻠﺘﻘﻴﻓ fa yaqtuluna wa yuqlataluna bentuk aktif dan pasif, tetapi yang lain membaca sebaliknya نﻮﻠﺘﻘﻳو نﻮﻠﺘﻘﻴﻓ fa yuqtaluna wa yaqtuluna bentuk pasif dan aktif. Tetapi sejalan dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam, maka turut berkembang pula literasi tulisan Arab. Pada era pemerintahan Abdul Malik bin Marwan 65685-86705 khalifah kelima dari Dinasti Umayyah datanglah seorang ahli tata bahasa Arab dengan konsep barunya tentang penulisan al Qur-an, yaitu Abu al Aswad al-Duali wafat 688. Dia memperkenalkan sistem literasi bahasa Arab dengan menempatkan titik-titik berwarna yang besar untuk menunjukkan tanda tertentu pada masing-masing huruf. 5 Titik di atas huruf dibaca fathah, di bawah huruf dibaca kasrah dan disela-sela huruf atau di akhir huruf dibaca dlammah dan titik dua berarti sukun. Kemudian karya al Duali ini disempur- nakan kembali oleh al Khalil bin Ahmad al-Farahidi wafat 786 dengan mengganti titik-titik itu. Titik di atas diganti dengan huruf alif yang dimiringkan dan tetap dibaca fathah, alif yang dimiringkan di bawah huruf 5 Manna’ Khalil al Qaththan, Mabahist …., hlm. 78.