Abd. Kadir 131 DIRASAT ISLAMIYAH.

132 Dirasat Islamiyah Ide khalifah ini adalah mengumpulkan hadits-hadits Nabi yang terserak di ingatan para shahabat peng- hafal hadits yang masih hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah Umar bin Abd al Azis memerintahkah gubernur Madinah Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm supaya mengumpulkan hadits Nabi yang terdapat pada para penghafalnya dengan menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm: ﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ﺚﻳﺪﺣ ﻦﻣ نﺎﻛﺎﻣ ﺮﻈﻧا ﱐﺈﻓ ﻪﺒﺘﻛﺎﻓ ﻢﻠﺳو ﻪ ﻰﻠﺻ لﻮﺳﺮﻟا ﺚﺑﺪﺣﻻإ ﻞﺒﻘﺗﻻو ءﺎﻤﻠﻌﻟا بﺎﻫذو ﻢﻠﻌﻟا سورد ﺖﻔﺧ نﺈﻓ ﻢﻠﻌﻳﻻ ﻦﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﱴﺧ اﻮﺴﻠﺠﺘﻟو ﻢﻠﻌﻟا اﻮﺸﻔﺘﻟو ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا اﱰﺳ نﻮﻜﻳ ﱴﺣ ﻚﻠﻬﻳﻻ ﻢﻠﻌﻟا Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadits Rasul lalu tulislah, karena aku takut akan lenyap- nya ilmu disebabkan meninggalnya ulama. Dan jangan diterima selain hadits Rasul dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu tidak sirna sampai dirahasiakan Khalifah juga menulis surat kepada gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadits. Secara khusus ia menulis surat kepada Abu Bakar Muham- mad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab al Zuhri seorang dan ahli hadits. Berdasarkan surat itu ia melaksanakan perintah khalifah itu, sehingga ia tercatat sebagai salah satu ulama pertama kali yang

H. Abd. Kadir 133

membukukan hadits. Sedang Abu Bakar bin Muha- mmad bin Amr bin Hazm, Gubernur Madinah adalah kalangan birokrat pertama yang membu- kukan hadits Nabi. Latar belakang dan alasan untuk mengumpulkan hadits pada priode ini didasarkan pada kenyataan bahwa umat Islam yang tersebar di wilayah sangat luas itu memerlukan hadits, sedangkan kebanyakan mereka bukanlah orang pernah bertemu dengan Nabi, sehingga pengetahuan mereka tentang hadits sangat terbatas. Mereka hanya mendapatkannya dari tabiin secara lisan. Oleh karena itu, setelah al Qur-an ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula turunannya maka tidak ada keberatan untuk menulis hadits. Di antara kitab hadits yang disusun pada abad II H, dan sampai di tengah-tengah umat adalah: a. Al Muwatha’, disusun oleh Imam Malik bin Anas atas permintaan Khalifah Abu Ja’far al Manshur. b. Musnad al Syafii, disusun oleh Muhammad bin Idris al Syafii. c. Mukhtalif al Hadits, disusun Muhammad bin Idris al Syafii. d. Sirat al Nabawiyah, disusun oleh Ibnu Ishaq, berisi antara lain tentang perjalanan Nabi dan peperangan yang terjadi zaman Nabi. 7 7 Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, ….., hlm, 104. 134 Dirasat Islamiyah Dengan kegiatan pengumpulan dan pembukuan hadits secara resmi maka secara resmi pula kaum muslimin memiliki kitab-kitab hadits yang dapat dijadikan rujukan untuk belajar dan mendalami petunjuk-petunjuk Nabi. Akan tetapi kitab hadits tersebut masih dalam bentuknya yang sederhana, dengan ciri-ciri: a. Hadits yang dibukukan dalam kitabdewan hadits mencakup hadits Nabi, fatwa shahabat dan tabi’in. Kitab hadits dalam priode ini belum terpisahkan antara hadits marfu’ hadits yang disandarkan kepada Nabi, hadits mauquf hadits yang disandarkan kepada shahabt dan hadits maqthu’ hadits yang disandarkan kepada tabiin. Kitab hadits yang hanya khusus meng- himpun hadits Nabi pada saat itu adalah yang ditulis oleh Muhammad bin Hazm, Gubernur kota Madinah yang mendapat instruksi Khalifah Umar bin Abd. Aziz: و ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ لﻮﺳﺮﻟا ﺚﻳﺪﺣ ﻻا ﻞﺒﻘﺗﻻ ﻢﻠﺳ Jangan engkau terima kecuali hadits Rasul. b. Hadits yang ditulis pada umumnya belum dike- lompokkan dalam tema-tema maudhu’ tertentu. c. Hadits-hadits yang disusun dalam kitab belum dipisah antara yang shahih, hasan dan dha’if. 3. Hadits Pada priode Abad III H Periode ini dimulai sejak masa akhir pemerintahan Khalifah al Ma’mun dari Bani Abbasiyah sampai