Abd. Kadir 271 DIRASAT ISLAMIYAH.

272 Dirasat Islamiyah kebaikan dan keburukan yang tidak dapat dicapai oleh akal, dan hanya dapat dipe- roleh melalui wahyu. Dalam hal kewajiban melaksanakan perbuatan baik dan men- jauhi perbuatan buruk, al-Maturidi berpen- dapat, akal tidak bisa bertindak sendiri dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban. Kedua, amal itu sebagian dari iman, jika sese- orang melakukan dosa besar sedangkan ia masih beriman kepada Allah dan rasul- Nya, maka ia masih tergolong seorang mukmin. Melakukan perbuatan dosa besar itu tidak membuat seseorang abadi di dalam neraka, sekalipun ia mati sebelum bertaubat. Sebab, Tuhan akan membalas kejahatan dengan hukuman yang setimpal. Dosa yang tidak diampuni hanyalah dosa syirik. Jadi selama seseorang itu tidak syirik, maka ia tetap mukmin, dan kalaupun ke neraka tidak akan selamanya. Ketiga, Tuhan memiliki sifat dan sifat itu bukanlah dzat. Sifat bukanlah pula yang tegak atau melekat pada dzat, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa berbilangnya sifat akan mengakibatkan kepada ta’addud al-qudama’ berbilangnya yang qadim. Sifat itu bukan dzat dan bukan selain dzat, ia tidak melekat pada dzat dan tidak terpisah dari dzat. Tuhan Maha Mende- ngar bukan berarti bahwa Dia itu Maha

H. Abd. Kadir 273

Mendengar dan pendengaran-Nya itu ada- lah dzat-Nya. Juga tidak dapat dikatakan bahwa pendengaran Tuhan itu berdiri sendiri terpisah dari dzat-Nya yang meng- akibatkan berbilang yang qadim. Prinsip- nya dzat dan sifat tidaklah identik juga bukan terpisah antara keduanya. Apa yang ingin disampaikan oleh al Maturidi dengan pernyataannya seperti itu adalah betapa sulitnya mendeskripsikan tentang tanzih penyucian tentang dzat dan sifat Tuhan melalui analisis rasional, sebagaimana sulitnya aliran Mu’tazilah mendeskripsikan hal yang sama. Ketika hal ini disentuh secara rasional semata, maka ada konsekwensi irrasional dalam hasil suatu pemikiran. Untuk menghindari kesenjangan pemikiran seperti ini perlu kembali kepada petunjuk sunnah. 274 Dirasat Islamiyah