Abd. Kadir 251 DIRASAT ISLAMIYAH.

252 Dirasat Islamiyah kan perbuatan itu Tuhan memberi kekuatan dan daya kepadanya manusia. Al-salah wa al-aslah 10 bagian dari pendapat mereka , dalam arti Tuhan wajib mewujudkan yang baik bahkan yang terbaik untuk kemasla- hatan manusia. Menurut Abu al-Huzail Tuhan sebenarnya dapat bertindak dhalim dan ber- dusta kepada manusia, tetapi mustahil Tuhan bertindak demikian karena perbuatan demikian mengandung arti tidak baik, dan Tuhan sebagai dzat yang Mahasempurna tidak bisa berbuat yang tidak baik. Perbuatan-Nya semua wajib bersifat baik. Mereka beranggapan pula bahwa Al-Qur-an dalam gaya dan bahasanya tidak mempunyai mukjizat, Al-Qur-an merupakan mukjizat hanya dari dalam isinya. Menurut Al-Nadham, salah seorang murid dari Abu al-Huzail jika sekiranya Tuhan tidak menyatakan sebagaimana disebut- kan dalam firman-Nya bahwa tidak ada manusia yang akan sanggup membuat karangan seperti al-Qur-an, mungkin bisa saja nanti akan ada manusia yang dapat membuat tulisan yang lebih bagus dari al-Qur-an dalam gaya dan susunan bahasanya. Mereka juga tidak mempercayai wujud arsy, kursi, malaikat pencatat amal Kiraman Katibin, adzab siksa kubur, maka mereka tidak 10 Al-Syahrastani, Al-Milal wan Nihal ,…., hlm. 35.

H. Abd. Kadir 253

mempercayai mi’raj Nabi ke Sidrah al Muntaha, tetapi mereka dapat menerima Isra’ Nabi ke Bait al Maqdis. Disamping itu, mereka tidak mem- percayai mizan timbangan amal, hisab per- hitungan amal, shirath al mustaqiim titian, haudl kolam di akhirat dan syafaat nabi di hari kiamat. Siksaan di neraka dan kenikmatan di surga menurut pendapat mereka tidak kekal. Bahkan mereka mengatakan bahwa surga dan neraka belum mempunyai wujud sekarang, karena masa untuk masuk surga atau neraka saat ini belum tiba. Dengan demikian seandainya surga dan neraka saat ini sudah ada, maka keberadannya tidak efektif. Mereka berpendapat bahwa Tuhan tidaklah mungkin serupa dengan makhluk-Nya atau menolak paham yang dikenal dengan anthro- pomorphism itu. Tuhan tidak dapat dilihat manusia dengan mata kepalanya. Mereka mempunyai pedoman dan pegangan akidah yang disebut dengan a l-Ushul al-Kham- sah, atau lima dasar yang menjadi pegangan kaum Mu’tazilah, Lima prinsip dasar ini seluruh- nya menjadi pegangan kelompok Mu’tazilah. Orang yang menerima sebagian saja dari dasar- dasar tersebut tidak dapat dipandang sebagai orang Mu’tazilah. Rumusan ushul al khamsah di- ramu sedemikian rupa dan menjadi lima prinsip yang dipegang teguh oleh mereka. Pemikiran Mu’ta-zilah ushul al-khamsah yang sangat 254 Dirasat Islamiyah fenomenal itu hasil formulasi madzhab Basrah Ma’mar, Abu Hudzail, dan an-Nadham dan madzhab Bagdad Bisyr bin al-Mu’tamir. Prinsip-prinsip ini ber-sifat integratif antara satu prinsip dengan prinsip lainnya dan harus di pegang teguh oleh pengikut atau penganut Mu’tazilah. Al-Usul al-Khamsah menurut urutan urgensi kedudukan di tiap dasar; al-Tawhid, al ‘Adl, al-Wa’d wa al-Wa’id, al-Manzilah bain al- Manzilatain, dan al-Amr bi al-Ama’ruf wa al- Nahy ‘an al-Munkar menge-sakan Tuhan, adil, janji dan ancaman, posisi diantara dua posisi, serta perintah terhadap yang baik dan melarang dari yang buruk . Pertama, at-Tauhid keesaan adalah prinsip yang menyatakan bahwa Allah itu esa dan tidak terbagi. Oleh karena itu Allah tidak mempunyai sifat. Pemikiran tentang sifat bagi Allah menyebabkan Allah itu terbagi menjadi dzat dan sifat, Karena Allah itu esa dan tidak mempunyai sifat maka kalam Allah al-Qur’an itu tidak aali dan tidak abadi. Kedua, al-‘Adl keadilan. Atas nama keadilan Allah, maka manusia mempunyai kebeba- san berkehendak dan tanggung jawab atas segala perbuatannya. Berdasarkan perbua- tannya itu manusia akan diberi pahala atau disiksa. Atas dasar keadilan itu maka Allah tidak akan memasukkan orang yang ber- buat baik ke dalam neraka, dan sebaliknya.