Abd. Kadir 37 DIRASAT ISLAMIYAH.

38 Dirasat Islamiyah 10-20. Sekitar 13 Muslim tinggal di Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar, 25 di Asia Selatan, 20 di Timur Tengah, dan 15 di Afrika Sub-Sahara. Sedangkan kelompok muslim minoritas da- lam satu negara ditemukan di Cina, Rusia, dan Amerika. 39 A. Pengantar Manusia biasa bukanlah penutur asli al Qur-an dan bukan pula penerima langsung. Manusia biasa tidak mengetahui dan memahami suasana kejiwaan dan konteks ketika ayat demi ayat al Qur-an turun kepada penerimanya Nabi Muhammad. Manusia biasa adalah pihak ketiga dari komunikasi penyampaian dan pene- riman al Qur-an. Kompleksitas suasana al Qur-an ketika sedang diturunkan sulit disentuh dengan berbagai instru- men pengetahuan manusia biasa, karena ia tidak ikut serta dalam peristiwa itu. Namun demikian manusia dituntut untuk memahami isinya dan melaksanakan ajarannya sebagaimana dimuat di dalamnya agar al Qur- an itu tetap memberi petunjuk dan menjadi pedoman dalam kehidupannya. Sesuatu yang bisa dipahami manu- sia adalah al Qur-an dalam konteks kekiniannya. Untuk memahami isi al Qur-an perlu memahami karakter al Qur-an yang sedang dihadapi dengan menelaahnya secara seksama. B. Pengertian al Qur-an Tidak mudah memberikan arti apalagi mendefi- nisikan al Qur-an. Di satu sisi al Qur-an itu sebagai kalam BAB II STUDI AL QUR-AN 40 Dirasat Islamiyah Allah yang tentunya sifat kemutlakan-Nya sifat kalam atau mutakalim melekat pada diri-Nya. Manusia hanya bisa memberikan gagasan yang sangat kabur tentang makna sifat-sifat itu, karena sifat itu berada di atas kemampuan penginderaan maupun persepsi rasional manusia; dalam arti apa yang bisa diindera maupun dipikirkan belum bisa mempresentasikan dan merepre- sentasikan makna sifat itu. Kemudian al Qur-an yang supranatural dan suprarasional itu mengejewantah dalam wahyu yang diterimakan kepada N. Muhammad dan terkodifikasikan dalam mushaf. Memberikan arti dan atau definisi al Qur-an lebih merupakan preposisi yang bisa diwacanakan daripada memberikan makna subtansial atau hakikatnya. Dengan demikian arti dan definisi yang diberikan kepada al Qur-an hanya pada makna yang berhubungan fakta empirik, historis mau- pun rasional, dalam arti hanya makna-makna empirik dan historis al Qur-an itu yang bisa diandalkan selama fakta-fakta empirik dan kesejarahan itu bisa diterima secara rasional. Al Qur-an memang sulit diberi batasan dengan definisi-definisi logika untuk menjadikannya lebih konkrit. Hanya kekonkritannya bagi manusia biasa dibuktikan bilamana al Qur-an itu ditunjukkan dalam bacaan datau bentuk mushhaf. 1 Secara etimilogi al Qur-an berasal dari bahasa Arab dengan kata dasar qaraa, yaqra-u, qiratan wa qur-anan ًةَءاَﺮِﻗ ُأَﺮْﻘَـﻳ َأَﺮَـﻗ ًنآْﺮُـﻗَو yang berarti sesuatu yang dibaca ُءْوُﺮْﻘﻤَﻟْا . Makna lain bahwa al Quran sama dengan al-jam’u atau 1 Manna’ Khalil al Qaththan, Mabahist fi Ulum al Qur-an , Maktabah al Maarif li al Nashr: 2000, hlm 21.

H. Abd. Kadir 41

mengumpulkan. Pengertian ini sama dengan bentuk mashdar yakni al qiraatu ُةَءاَﺮِﻘْﻟا yang berarti al dlammu wa al jam’u ُﻊْﻤَْﳉاَو ﱡﻢﱠﻀﻟاmenghimpun dan mengumpulkan. Al-Qur-an dalam bentuk mushhaf menghimpun bebe- rapa huruf untuk menjadi kata, menghimpun beberapa kata untuk menjadi kalimat, menghimpun beberapa kalimat untuk menjadi ayat, menghimpu beberapa ayat menjadi surat dan menghimpun beberapa surat untuk menjadi mushhaf. Hubungan antara kata dengan kata yang lain maupun kalimat dengan kalimat yang lain serta hubungan surat dengan surat yang lain tersusun dalam konfigurasi yang indah, sehingga antara yang satu dengan yang lain mewujudkan jalinan yang erat, ter- susun rapi dan memudahkan dibaca secara tartil. Oleh karena itu, al-Qur-an secara verbatim harus dibaca dengan benar huruf demi huruf, kata demi kata sesuai kaidah- kaidahnya, dipahami, dihayati, dan dijiwai makna-makna yang terkandung di dalamnya kemudian diamalkan. Secara terminologis al-Qur-an sebagaimana yang disepakati oleh para ulama dan ahli ushul fikih adalah sebagai berikut : ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا َِﰎﺎَﺧ ﻰَﻠَﻋ ُلﱠﺰَـﻨُﻤْﻟا ُﺰِﺠْﻌُﻤْﻟا ِﷲا ُم َﻼَﻛ ِﺔَﻄِﺳاَﻮِﺑ َْﲔِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟاَو ﺎَﻨْـﻴَﻟِإ ُلْﻮُﻘْـﻨَﳌْا ِﻒِﺣﺎَﺼَﻤْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُبْﻮُـﺘْﻜَﻤْﻟا مﻼﺴﻟا ﻪﻴﻠﻋ َﻞْﻳِْﱪِﺟ ِْﲔِﻣَﻷْا ِسﺎﱠﻨﻟا ِةَرْﻮُﺴِﺑ ُﻢَﺘَﺘْﺨُﻤْﻟا ِﺔَِﲢﺎَﻔْﻟا ِةَرْﻮُﺴِﺑ ُءْوُﺪْﺒَﳌاِ ِﻪِﺗَوَﻼِﺘِﺑ ُﺪﱠﺒَﻌَـﺘُﻤْﻟا ﺮُﺗاَﻮﱠـﺘﻟﺎِﺑ 2 Al-Qur-an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat sesuatu yang luar biasa yang melemahkan 2 Abd al Wahhab al Khallaf, ‘Ilm Ushul al Fiqh, Jakarta: Majlis al A’la al Indonesy li al Da’wah al Islamy, hlm. 23. 42 Dirasat Islamiyah lawan diturunkan kepada pungkasan para Nabi dan Rasul saw yaitu Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang tertulis pada mushhaf, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dinilai ibadah mem- bacanya, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah al-Nas. Al Qur an adalah firman Allah yang diturunkan melalui Ruh al Amin Jibril kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam mem- bacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang dimulai dengan surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat al Nas dan dinyatakan kepada kita dengan jalan mutawatir. 3 al Qur-an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan membacanya sebagai suatu ibadah. 4 Dengan demikian ciri-ciri al-Qur-an itu paling tidak: 1. al-Qur-an adalah kalam Allah firman Allah atau kalam Allah, Jibril hanya penyampai kalam itu, bukan sabda Nabi Nabi hanya sebagai subjek penerima wahyu al-Qur-an, atau perkataan makhluk lainnya. 2. Al-Qur-an hanya diturunkan kepada satu-satunya orang dikenal dengan sebutan Nabi Muhammad saw. 3 Ibid . hlm 42. 4 Manna’ Khalil al Qaththan , Mabahist… hlm. 26.