Abd. Kadir 127 DIRASAT ISLAMIYAH.

128 Dirasat Islamiyah paikan subtansinya saja walaupun redaksinya berbeda dengan yang disampaikan Nabi. Sepeninggal Nabi, pelestarian hadits Nabi menjadi tanggung jawab para shahabat, terutama para khalifah pengganti Nabi. Secara umum pembinaan hadits yang dilakukan para shahabat adalah sebagai berikut: a. Sangat hati-hati dalam periwayatan hadits dengan memperhatikan rawi dan matan hadits secermat mungkin, periwayatan maupun pene- rimaan hadits. b. Taqlil al riwayah menyeditkan periwayatan. Agar hati-hati dalam periwayatan hadits teru- tama hadits-hadits yang tidak mempunyai keter- kaitan dengan hukum syar-i. Hadits-hadits yang tidak ada kaitannya dengan pembinaan syariat, atau tidak memcerminkan sunnah Nabi dilarang untuk disebarkan. c. Para shahabat banyak yang mengadakan perla- watan ke luar kotadaerah untuk mengumpul- kan dan bahkan belajar hadits. d. Periwayatan kegiatan menerima dan menyam- paikan hadits secara umum masih didominasi oleh penyampaian secara lisan melalui hafalan dan ingatan, baik bi al lafdzi, atau bi al makna; hal ini terjadi karena beberapa faktor: 1 Produk bahan keperluan tulis menulis sangat langka dan teknologinya masih sangat

H. Abd. Kadir 129

sederhana sehingga menyebabkan hambatan dalam penulisan hadits. 2 Orang yang memiliki kompetensi baca-tulis amat sedikit dan sebagian besar tenaganya tercurah untuk menulis al Qur-an sehingga dikhawatirkan terjadi percampuran dengan al Qur-an 3 Tradisi saat itu mengharuskan orang mela- kukan periwayatan dengan lisan. Periwayatan dengan cara yang tidak lazim misalnya dengan tulisan akan dinilai kurang sempurna; 4 Pendokumentasian al Qur-an dipandang lebih mendesak dibanding hadits. 5 Akibat hal sebagaimana tersebut di atas maka pen- tadwinan hadits menjadi tertunda, dan eksesnya para shahabat tidak mempunyai kompilasi hadits yang cukup. Ketika Abu Bakar ingin memutuskan hukum waris bagi seorang nenek, maka ia harus bertanya kepada shahabat yang mengetahui hadits Nabi tentang itu. Walaupun sebenarnya ide penghimpunan hadits Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemu- kakan oleh Khalifah Umar bin Khattab w. 23H 644 M, namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena ia khawatir bila umat Islam 5 Al Yasa Abu Bakar, Pengantar Mata Kuliah Ushul Fiqih, Banda Aceh: IAIN Ar Raniri, 1993, hlm. 17. 130 Dirasat Islamiyah terganggu perhatiannya dalam mempelajari al Qur- an. Ekses perang Shiffin antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan pasukan Muawiyah yang disebab- kan oleh kematian Utsman bin Affan memberi dampak terhadap periwayatan hadits. Secara de facto kepemimpinan Dawlah Islamiyah akhirnya berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan khalifah pertama Dinasti Bani Ummayah setelah Ali bin Thalib lawan politiknya dibunuh oleh pihak ketiga Kaum Khawrij, sedangkan Muawiyah bin Abi Sufyan selamat dari usaha pembunuhan sema- cam ini. Kaum Khawarij yang awalnya pendukung Ali bin Abi Thalib berbalik haluan dengan memu- suhi pihak Muawiyah maupun Ali bin Abi Thalib karena ia menerima tawaran tahkim genjatan senjatan dan abitrase dari pihak Muawiyah. Kaum Khawarij ini memilki ideologi ekstrim kanan dengan memahami al Qur-an secara harfiah dan tidak mau menerima hadits kecuali yang benar- benar dari Nabi. Sedangkan kelompok lainnya dalam melegitimasi paham politik dan ideologinya tidak segan untuk meriwayatkan hadits walaupun tidak jelas sumbernya. Bahkan untuk membela pendirian masing-masing mereka membuat hadits- hadits palsu. Mulai saat itulah timbulnya riwayat- riwayat hadits palsu.