Abd. Kadir 255 DIRASAT ISLAMIYAH.

256 Dirasat Islamiyah sanggup membedakan yang baik dan buruk. Kewajiban ini merupakan tugas kolektif semua orang muslim mengan- jurkan berbuat kebaikan dan melarang perbuatan jahat. Pada masa pemerintahan khilafah Bani Abba- siyah kaum Mutazilah sangat diapresiasi dan mendapatkan panggung yang sangat terhormat berupa dukungan pemerintah dengan dijadikan- nya paham Mu’tazaliah sebagai paham negara. Khalifah al-Mamun dan penggantinya Khalifah al-Mutashim, melakukan mihnah pemeriksaan paham pribadi, inquisition, dan menyiksa serta menjebloskan banyak orang, termasuk Ahmad bin Hanbal, ke dalam penjara. Salah satu masalah yang diperselisihkan ialah permasalahan apakah al Qur-an qadim atau hadits. Orang yang mengakui keqadiman al Qur-an dianggap menyalahi paham negara. Walaupun masalah ini domein ‘aqidah, tetapi dalam kenyataan sejarah bahwa masalah ini memasuki wilayah politik, seperti dukungan khalifah Bani Abbasiyah menjadikan paham ini sebagai paham negara. Hampir 22 dua puluh dua tahun gagasan Mu’tazilah tersebut menjadi madzhab resmi negara Dinasti Abbasiah. Walaupun mihnah itu berlangsung tidak terlalu lama, tetapi mihnah itu telah meninggalkan luka yang cukup dalam pada tubuh pemikiran Islam dan sampai saat ini pun masih banyak dirasakan orang-orang Islam.

H. Abd. Kadir 257

Puncak keemasan Mu’tazilah terjadi pada Khalifah al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid 198 813, lalu diteruskan al-Mu’tashim bin Harun ar- Rasyid 218833, dan al-Watsiq bin al-Mu’ta- shim 227842. Namun akhirnya al-Mamun membuka pintu kebebasan berpikir dan pengem- bangan ilmu pengetahuan sebagai hasil pretisius dan diakui besar sekali dalam sejarah umat manusia. 10. Aliran Ahl al Sunnah Salah satu pokok persoalan epistemolgi dalam ilmu kalam adalah penggunaan akalratio yang lebih kental dibandingkan dalam ilmu-ilmu keislaman lainnya. Namun di lain pihak ada kelompok yang tidak merasa nyaman dengan penggunaan akal rasio yang berlebihan dan ingin mengembangkan ilmu kalam dengan cara menyandingkan antara penggunaan akal dalil aqli secara proporsional disamping nash dalil naqli. Hal ini bisa dilihat dari kelompok Ahl al Sunnah wa al Jama’ah baik dari segi sejarahnya maupun ajarannya. Kelompok ini tidak secara mutlak memberikan kebebasan kepada manusia sebagaimana dipahami oleh kelompok Mu’tazilah, tetapi juga tidak menyatakan secara mutlak bahwa manusia itu terikat dengan kehendak dan kekuasaan Tuhan. Lebih daripada itu kelompok ini lebih cenderung menggunakan hadits-hadits sunnah Nabi sebagai referensi dan dasar pemikirannya. Keadaan ini yang menyebab- 258 Dirasat Islamiyah kan diidentikkannya aliran ini dengan nama aliran sunni, yaitu aliran yang setia mengikuti cara-cara yang dipakai para shahabat dan tabi’in yang setia berpegang kepada sunnah Nabi. Kelompok Ahl al Sunnah wal Jamaah berpegangan kepada pen- dapat yang berpijak pada pendapat-pendapat para shahabat yang mereka terima dari Nabi. Kelompok ini disebut juga kelompok ahli hadits dan ahli fiqih karena merekalah pendukung-pendukung dari aliran ini. Term Ahl al sunnah wa al-Jama’ah kelihatannya muncul sebagai reaksi terhadap paham-paham golongan Mu’tazilah, utamanya terhadap sikap mereka dalam menyebarkan ajaran-ajaran dan pa- ham mereka. Kaum Mu’tazilah dalam menyebar- kan ajarannya melakukan jalan pemaksaan, teru- tama ketika paham mereka dijadikan madzhab resmi pada masa kepemimpinan Bani Abbasiyah, dengan khalifahnya Al-Ma’mun. Bagi al-Ma’mun orang yang mempunyai paham syirik tidak dapat dipakai untuk menempati posisi penting dalam pemerintahannya. Oleh karena itu ia mengirim perintah kepada para gubernurnya untuk menga- dakan mihnah terhadap pemuka-pemuka pemerin- tahan dan pemuka-pemuka yang berpengaruh dalam masyarakat. Konten yang digunakan dalam mihnah ini adalah paham teologi yang dikem- bangkan oleh golongan Mu’tazilah. Istilah Ahl al Sunnah wal Jamaah mulai dikenal pada saat pemerintahan Bani Abbas dan di saat