Abd. Kadir 253 DIRASAT ISLAMIYAH.

254 Dirasat Islamiyah fenomenal itu hasil formulasi madzhab Basrah Ma’mar, Abu Hudzail, dan an-Nadham dan madzhab Bagdad Bisyr bin al-Mu’tamir. Prinsip-prinsip ini ber-sifat integratif antara satu prinsip dengan prinsip lainnya dan harus di pegang teguh oleh pengikut atau penganut Mu’tazilah. Al-Usul al-Khamsah menurut urutan urgensi kedudukan di tiap dasar; al-Tawhid, al ‘Adl, al-Wa’d wa al-Wa’id, al-Manzilah bain al- Manzilatain, dan al-Amr bi al-Ama’ruf wa al- Nahy ‘an al-Munkar menge-sakan Tuhan, adil, janji dan ancaman, posisi diantara dua posisi, serta perintah terhadap yang baik dan melarang dari yang buruk . Pertama, at-Tauhid keesaan adalah prinsip yang menyatakan bahwa Allah itu esa dan tidak terbagi. Oleh karena itu Allah tidak mempunyai sifat. Pemikiran tentang sifat bagi Allah menyebabkan Allah itu terbagi menjadi dzat dan sifat, Karena Allah itu esa dan tidak mempunyai sifat maka kalam Allah al-Qur’an itu tidak aali dan tidak abadi. Kedua, al-‘Adl keadilan. Atas nama keadilan Allah, maka manusia mempunyai kebeba- san berkehendak dan tanggung jawab atas segala perbuatannya. Berdasarkan perbua- tannya itu manusia akan diberi pahala atau disiksa. Atas dasar keadilan itu maka Allah tidak akan memasukkan orang yang ber- buat baik ke dalam neraka, dan sebaliknya.

H. Abd. Kadir 255

Ketiga, al-Wa’d wa al-Wa’id janji dan anca- man. Sebagai kelanjutan dari al-‘adl, Allah akan disebut adil bila menepati janji dan ancaman-Nya. Bagi yang berbuat baik mendapat pahala, dan juga sebaliknya. Atas dasar mereka mengembangkan pa- ham al-‘adl dan al-Wa’d wa al-Wa’id, maka Tuhan selalu dituntut untuk mela- kukan hal-hal yang baik. Keempat, al-Manzilah bain al-Manzilatain posisi antara dua tempat. Prinsip ini, berkaitan dengan dosa besar, bahwa orang yang berdosa besar menempati tempat diantara surga dan neraka untuk di akhirat nanti. Pendapat mereka tentang al-manzilah bain al-manzilatain, yaitu posisi diantara dua posisi; dalam arti sebagai posisi menengah. Mereka menganggap bahwa orang yang berdosa besar bukan kafir sebagaimana yang dikatakan kelompok Khawarij, dan bukan pula mukmin sebagaimana angga- pan kelompok Murji’-ah. Akan tetapi ora- ng seperti ini adalah fasiq yang menduduki posisi diantara mukmin dan kafir. Orang Islam yang berdosa besar bukan kafir dan bukan mukmin tetapi berada di antara keduanya. Kelima, Amr Ma’ruf Nahy Munkar seruan kepa- da yang baik dan larangan untuk berbuat jahat. Dalam prinsip ini, akal manusia 256 Dirasat Islamiyah sanggup membedakan yang baik dan buruk. Kewajiban ini merupakan tugas kolektif semua orang muslim mengan- jurkan berbuat kebaikan dan melarang perbuatan jahat. Pada masa pemerintahan khilafah Bani Abba- siyah kaum Mutazilah sangat diapresiasi dan mendapatkan panggung yang sangat terhormat berupa dukungan pemerintah dengan dijadikan- nya paham Mu’tazaliah sebagai paham negara. Khalifah al-Mamun dan penggantinya Khalifah al-Mutashim, melakukan mihnah pemeriksaan paham pribadi, inquisition, dan menyiksa serta menjebloskan banyak orang, termasuk Ahmad bin Hanbal, ke dalam penjara. Salah satu masalah yang diperselisihkan ialah permasalahan apakah al Qur-an qadim atau hadits. Orang yang mengakui keqadiman al Qur-an dianggap menyalahi paham negara. Walaupun masalah ini domein ‘aqidah, tetapi dalam kenyataan sejarah bahwa masalah ini memasuki wilayah politik, seperti dukungan khalifah Bani Abbasiyah menjadikan paham ini sebagai paham negara. Hampir 22 dua puluh dua tahun gagasan Mu’tazilah tersebut menjadi madzhab resmi negara Dinasti Abbasiah. Walaupun mihnah itu berlangsung tidak terlalu lama, tetapi mihnah itu telah meninggalkan luka yang cukup dalam pada tubuh pemikiran Islam dan sampai saat ini pun masih banyak dirasakan orang-orang Islam.