Abd. Kadir 407 DIRASAT ISLAMIYAH.

408 Dirasat Islamiyah ditakwil sesuai dengan pengertian yang dipahami oleh filsafat; sebab ayat-ayat semacam ini dianggap sebagai ayat-ayat mutasyabihat. Penggunaan takwil disini agar ayat-ayat itu memberikan kejelasan dan tidak ambigu. b. Pengertian Qadim dan Huduts Ibn Rusyd memberikan pengertian qadim sebagai sifat Tuhan adalah dzat yang keberadaannya tanpa sebab dan tanpa permulaan sebagaimana istilah semacam ini banyak dipergunakan oleh muta- kallimin. Namun disamping itu Ibn Rusyd juga menerima arti qadim dalam perspektif filosof bahwa qadim bisa mengandung makna sesuatu yang ada sejak dahulu disebabkan olehyang qadim. Bagi Ibn Rusyd sebagaimana juga Aristoteles mem- bagi sebab itu kedalam empat kategori: 1 Material Cause ‘Illah al-Maddiyahsebab materi; 2 Formal Cause ‘Illah al-Shuwariyyahsebab bentuk; 3 Efficient Cause ‘Illah Fa`ilahdaya guna;. 4 Final Cause ‘Illah al-Ghayahtujuan.. Tetapi sebab itu dari segi dzat adalah lebih dahulu dari akibat yang disebabkan, karena sebab ada- lah sumber dari akibat; walaupun dari segi waktu keduanya ada secara bersamaan. Tidak ada kesen- jangan waktu antara kemaujudan Tuhan dan dan makhluknya. Prinsip semacam ini didasarkan pada pemikiran bahwa Tuhan tidak mengambil ruangan waktu. Seandainya Tuhan membutuhkan ruang dan waktu

H. Abd. Kadir 409

untuk keberadaannya, maka ruang dan waktu harus ada sebelum adanya Tuhan. Tetapi ruang dan waktu justru diciptakan oleh Tuhan, dengan demikian berarti Tuhan mendahului keberadaan ruang dan waktu. Maka qadim harus diartikan bukan dari segi waktu, melainkan qadimnya Tuhan adalah qadim sebagai sebagai sebab. Sebab selalu mendahului musabbab. Demikian pula bilamana Tuhan menempati ruang dan mengikuti perjalanan waktu berarti Tuhan itu berubah-ubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. Karena waktu itu senantiasa mengalami perubahan dari satu saat ke saat yang lain, maka ruang dan yang ada di dalam menjadi tidak tetap dan mengalami perubahan juga. Pemikiran semacam ini juga diterapkan untuk menjelaskan pemikiran Aristoteles lainnya tentang unmoved mover penggerak yang tidak bergerak. Oleh sebab Tuhan tidak mengambil ruang dan waktu, maka Tuhan tidak bergerak. Sedangkan ge- rak menyebabkan perubahan. Diilustrasikan dengan gerakan seseorang di suatu tempat, maka terjadi perubahan waktu antara sebelum dengan sewaktu dan sesudah gerakan itu dilakukan. Konsisten dengan pemikiran di atas bahwa penciptaan makhluk oleh Tuhan berasal dari yang ada. Tidak seperti mutakallimin yang menyatakan bahwa penciptaan itu berasal dari tiada al ibda’ min al ‘adamcretio ex nihilo. Sebagaimana keya- kinan para teolog bahwa Tuhan dalam kesendi- 410 Dirasat Islamiyah riannya tanpa bersama siapa pun dan apa pun. Kemudian Tuhan menciptakan makhluknya dari ketiadaan, karena disamping tuhan tidak sesuatu apapun. Pemikiran semacam ini dibantah oleh Ibn Rusyd bahwa tidak mungkin penciptaan itu berasal dari ketiadaan. Al adam ketiadaan tidak mungkin bisa berubah menjadi wujud mengada dalam keadaan seperti apapun. Tetapi penciptaan itu berasal dari sesuatu yang sudah ada kemudian mengalami perubahan menjadi wujud lain. Sumber wujud itu adalah Tuhan yang secara emanatif memancarkan ciptaannya. Emanasi pertama adalah materi asal yang berasal dari Tuhan bersifat qadim. Materi asal ini pada emanasi berikutnya mengalami perubahan secara alami. Dengan demikian penciptaan bagi Ibn Rusyd bisa berari menyusun sesuatu materi yang sudah ada. Ibn Rusyd menjadikan al Qur-an sebagai referensi pemikirannya: ﻰَﻠَﻋ ُﻪُﺷْﺮَﻋ َنﺎَﻛَو ٍمﺎﱠﻳَأ ِﺔﱠﺘِﺳ ِﰲ َضْرﻷاَو ِتاَوﺎَﻤﱠﺴﻟا َﻖَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا َﻮُﻫَو ِﺪْﻌَـﺑ ْﻦِﻣ َنﻮُﺛﻮُﻌْـﺒَﻣ ْﻢُﻜﱠﻧِإ َﺖْﻠُـﻗ ْﻦِﺌَﻟَو ﻼَﻤَﻋ ُﻦَﺴْﺣَأ ْﻢُﻜﱡﻳَأ ْﻢُﻛَﻮُﻠْـﺒَﻴِﻟ ِءﺎَﻤْﻟا ٌﺮْﺤِﺳ ﻻِإ اَﺬَﻫ ْنِإ اوُﺮَﻔَﻛ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﱠﻦَﻟﻮُﻘَـﻴَﻟ ِتْﻮَﻤْﻟا ٌﲔِﺒُﻣ Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata kepada penduduk Mekah: Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati, niscaya orang-orang