Abd. Kadir 125 DIRASAT ISLAMIYAH.

126 Dirasat Islamiyah diambil barang temuan disana kecuali untuk diumumkan dan dicari pemiliknya. Barangsiapa yang dibunuh maka keluarga korban memiliki dua pilihan apakah dia akan meminta tebusan uang atau meminta balasan dari keluarga korban. Maka berkatalah Al Abbas: Kecuali pohon Idzhir, karena pohon itu kami gunakan sebagai wewangian di kuburan kami dan di rumah kami. Maka Rasu- lullah saw bersabda; Ya, kecuali pohon Idzhir. Lalu berdiri Abu Syah, seorang penduduk Yaman dan berkata: Wahai Rasulullah, tuliskanlah buatku ? Rasulullah saw berkata: Tuliskanlah buat Abu Syah. Berkata, Al Walid bin Muslim; Aku bertanya kepada Al Awzaiy: Apa yang ia maksud dengan meminta tuliskanlah buatku wahai Rasulullah? Dia berkata: Isi khuthbah tadi yang dia dengar dari Rasulullah saw. Nabi tidak menghalangi usaha para shahabat menulis hadits secara tidak resmi selama mereka dapat menjaga ketercampuradukan antara hadits Nabi dengan al Qur-an. Larangan itu hanya berla- ku untuk orang-orang tertentu yang dikhawatirkan mencampurkan tulisan al Qur-an dengan hadits. Sedangkan izin menulis hadits Nabi diberikan kepa- da mereka yang hanya menulis hadits untuk koleksi pribadi dan mereka yang tidak kuat ingatan hapalannya. Di antara shahabat Nabi yang mencatat hadits Nabi dalam shahifah-shahifahnya adalah:

H. Abd. Kadir 127

a. Abdullah bin Amr bin Ash. Shahifahnya diberi nama ﺔﻗدﺎﺼﻟا ﺔﻔﻴﺤﺼﻟا . Menurut Ibnu al Atsir di dalam shahifah tersebut termuat sekitar 1000 hadits. Hadits-hadits Ibn Amr ini ini sekarang terhimpun dalam hadits-hadits yang disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab Musnadnya. b. Jabir bin Abdullah al Anshari, menulis hadits dengan nama Shahifah Jabir. Imam Muslim da- lam kitab shahihnya telah menghimpun hadits- hadits Jabir bin Abdullah ini dalam masalah hajji. c. Abdullah bin Abi Awfa, shahifahnya dikenal dengan nama Shahifah Abdullah bin Abi Awfa. d. Samurah bin Jundub. Shahifahnya diwarisi oleh anaknya yang bernama Sulaiman bin Samurah. e. Ali bin Abi Thalib, shahifahnya berisi hadits- hadits Nabi yang berhubungan dengan diyat. Adapun cara-cara yang digunakan para shahabat di dalam menyampaikan hadits kepada orang lain baik kepada sesama shahabat atau kepada tabi’in ialah: a. Dengan lafadz asli bi al lafdzi; yaitu menyam- paikan hadits yang diterimanya sesuai dengan redaksi ketika ia mendengarnya, yaitu hadits qauliyah b. Dengan makna secara maknawi; yakni hadits yang telah diterima oleh para shahabat disam- 128 Dirasat Islamiyah paikan subtansinya saja walaupun redaksinya berbeda dengan yang disampaikan Nabi. Sepeninggal Nabi, pelestarian hadits Nabi menjadi tanggung jawab para shahabat, terutama para khalifah pengganti Nabi. Secara umum pembinaan hadits yang dilakukan para shahabat adalah sebagai berikut: a. Sangat hati-hati dalam periwayatan hadits dengan memperhatikan rawi dan matan hadits secermat mungkin, periwayatan maupun pene- rimaan hadits. b. Taqlil al riwayah menyeditkan periwayatan. Agar hati-hati dalam periwayatan hadits teru- tama hadits-hadits yang tidak mempunyai keter- kaitan dengan hukum syar-i. Hadits-hadits yang tidak ada kaitannya dengan pembinaan syariat, atau tidak memcerminkan sunnah Nabi dilarang untuk disebarkan. c. Para shahabat banyak yang mengadakan perla- watan ke luar kotadaerah untuk mengumpul- kan dan bahkan belajar hadits. d. Periwayatan kegiatan menerima dan menyam- paikan hadits secara umum masih didominasi oleh penyampaian secara lisan melalui hafalan dan ingatan, baik bi al lafdzi, atau bi al makna; hal ini terjadi karena beberapa faktor: 1 Produk bahan keperluan tulis menulis sangat langka dan teknologinya masih sangat