Abd. Kadir 207 DIRASAT ISLAMIYAH.

208 Dirasat Islamiyah yang dipandang syirik adalah semua Islam yang tidak sepaham dengan mereka bahkan orang yang sepaham dengan mereka, tetapi kalau mereka masih berdian di dar al harb tidak mau hijrah kedalam lingkungan mereka dar al Islam. Dalam pandangan mereka, orang musyrik bukan hanya orang dewasa, akan tetapi juga anak-anak dari orang-orang dewasa. Walaupun demikian, mereka berselisih dengan kelompok pendahu- lunya dan menganggap bahwa orang berbuat dosa besar tidak menjadi kafir karena dosanya. c. Al-Ibadliyah Al-Ibadilyah kelompok sekte Khawarij lainnya dalam pimpinan Abdullah bin Iyadl. Kelompok ini beranggapan anak orang kafir bukan mukmin dan bukan kafir, karena itu boleh bermuamalat dengan mereka, dan membunuh mereka adalah haram. Golongan ini dianggap paling moderat diantara golongan-golongan Khawarij. Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah musyrik akan tetapi kafir. Orang yang demikian dapat diterima syahadatnya, serta diperbolehkan melakukan pernikahan atau per- warisan dengan mereka. Mereka menganggap bahwa dar-kufr yang harus diperangi hanyalah ma’askar pemerintah. Orang Islam yang berbuat dosa besar adalah tetap dianggap muwahhid orang yang mengakui keesaan Tuhan. Kelom- pok muwahhid ini bukan mukmin, tetapi kafir al-millah yaitu kafir agama. Dengan kata lain

H. Abd. Kadir 209

mengerjakan dosa besar tidak menjadikan orang keluar dari Islam dan orang yang melakukan do- sa besar hanya dianggap sebagai kafir terhadap agama dan tidak kafir terhadap Tuhan. Ghanimah harta rampasan perang hanyalah berupa kuda dan senjata, sementara emas dan perak harus dikembalikan pada yang empunya. d. Al Najdat Sekte al Najdah muncul dengan salah satu latar belakangnya adalah ketidaksepaham di dalam aliran al-Azariqah. Najdah bin Amir al Hanafi dan dengan menggabungkan kekuatan dari pe- ngikut Abu Fudaik menjadi imam bagi kelom- pok al Najdat. Mereka berpandangan bahwa Nafi’ Bin al-Azraq khalifah golongan al- Azariqah dan semua orang yang mengang- gapnya sebagai imam mereka anggap kafir. Mereka tidak menyetujui pendapat kelompok al Zariqah tentang kewajiban hijrah dan halalnya pembunuhan terhadap anak kecil. Diwajibkan bagi tiap-tiap muslim golongan Al- Najdat untuk mengetahui Allah dan rasul-rasul- Nya, mengetahui keharaman membunuh orang Islam dan percaya pada seluruh apa yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya. Menurut mereka pada dasarnya manusia tidak berhajat pada imam untuk memimpin, adanya imam hanya perlu jika maslahat menghendaki yang demikian. Mereka dianggap sebagai golongan Khawarij pertama yang membawa paham 210 Dirasat Islamiyah taqiah, yaitu merahasiakan jati diri dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri seseorang. Menurut mereka berhijrah bukanlah suatu kewajiban akan tetapi hanyalah suatu bentuk kebajikan. Harta yang boleh dijadikan harta ghanimah adalah harta orang yang telah mati terbunuh, dan anak kecil mereka anggap tidaklah bersalah tidaklah musyrik menurut orang tuanya, tetapi dosa kecil bagi mereka akan menjadi dosa besar jika dikerjakan terus-menerus dan yang mengerjakannya menjadi musyrik. Mereka tidak pula mengakui surat Yusuf sebagai bagian dari al-Qur-an karena mengandung cerita cinta. e. Al Shufriyah Kelompok Shufriah di bawah kepemimpinan Ziad bin Ashfar menganggap bahwa orang yang tidak berhijrah tidak dianggap kafir. Mereka tidak berpendapat bahwa anak kaum musyrik boleh dibunuh. Sebagian dari mereka membagi dosa besar ke dalam dua golongan, yaitu dosa yang ada sangsinya di dunia dan dosa yang tidak ada sangsinya di dunia. Orang yang melakukan dosa besar golongan kedua mereka anggap kafir adalah. Mereka hanya memerangi ma’askar atau camp pemerintah, sedangkan anak-anak dan wanita tidak boleh dijadikan tawanan, karena mereka tidak bisa dihukumi sebagai orang musyrik maupun kafir dan mereka pun tidak kekal di neraka. Orang berbuat dosa tidak bisa