Abd. Kadir 439 DIRASAT ISLAMIYAH.

440 Dirasat Islamiyah I. Perang Melawan Kabilah Quraisy Dua tahun Nabi tinggal di Madinah tantangan perang datang dari pihak Quraisy untuk melampiaskan rasa dendam dan kebencian sejak Nabi di Mekah. Perang itu kemudian terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H.; bertepatan 5 Januari 623 M. di dekat sumber mata air milik seorang bernama Badar, sehingga perang ini pun disebut dengan Perang Badar. Dengan jumlah pasukan 313 orang Nabi memimpin pasukannya melawan pihak Quraisy dengan pasukan berjumlah 1000 orang yang dipimpin oleh Abu Jahal dan Abu Sufyan. Dalam perang yang dimenangkan oleh umat Islam itu menelan korban meninggal dunia sebanyak 14 orang muslim dan 70 orang pihak Quraisy termasuk Abu Jahal; dan 70 orang lainnya dari pasukan Quraisy menjadi tahanan pasukan muslim. Setiap orang tahanan dibebas- kan bilamana mereka mampu mengajar baca tulis Arab kepada 10 orang muslim yang masih buta huuruf. Na- mun akhirnya semua tahanan dibebaskan, sebagaimana disebutkan al Qur-an. ضﺮﻋ نوﺪﻳﺮﺗ ضرﻷا ﰲ ﻦﺨﺜﻳ ﱴﺣ ىﺮﺳأ ﻪﻟ نﻮﻜﻳ نأ ﱯﻨﻟ نﺎﻛ ﺎﻣ ﻢﻴﻜﺣ ﺰﻳﺰﻋ ﷲاو ةﺮﺧﻵا ﺪﻳﺮﻳ ﷲاو ﺎﻴﻧﺪﻟا Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki pahala akhirat untukmu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS: al Anfal:8:67.

H. Abd. Kadir 441

Belum berselang satu tahun dari perang Badar Nabi menghadapi Perang Uhud yang berlangsung bulan Sya’ban tahun 3 H. bertepatan dengan bulan Januari 625 M di sebuah perbukitan bernama Uhud. Pasukan Islam pimpinan Nabi pada awalnya berjumlah 1000 orang, tetapi 300 orang membelot karena hasutan Abdullah bin Ubay. Sedangkan pasukan Quraisy yang dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah berjumlah 3000 orang dan 200 orang diantaranya adalah pasukan kaveleri pasukan berkuda. Tiga ribu pasukan ini dipimpin Khalid bin Walid –seorang panglima perang yang tangguh, dan setelah masuk Islam pernah diserahi untuk memimpin pasukan oleh Abu Bakar tetapi Umar bin Khattab mencopatnya dari jabatannya sebagai pang- lima, karena kekhawatiran Umar terhadap keselamatan pasukan muslim di bawah komando panglima yang sangat pemberani ini. Abu Sufyan dan istrinya Hindun ikut dalam rombongan pasukan Quraisy. Pada mulanya perang ini hampir dimenangkan oleh pasukan Nabi. Sebagian pasukan Islam meninggalkan strategi yang dirancang Nabi untuk tidak meninggalkan posisi di puncak bukit Uhud, tetapi pasukan muslim mengabaikan strategi itu. Posisi pasukan yang berada di puncak bukit untuk mengawasi mobilitas musuh tidak dilakukan dan mereka turun ke bawah ikut serta mengambil harta ram- pasan perang ghanimah. Posisi strategis puncak Bukit Uhud diganti pasukan musuh dan melepaskan anak panahnya ke pasukan muslim yang sedang mengum- pulkan ghanimah rampasan perang. Korban meninggal dari pihak Quraisy berjumlah 23 orang dan dari pihak 442 Dirasat Islamiyah pasukan Islam berjumlah 70 orang, termasuk Hamzah bin Abd al Muthalib saudara kandung ayah Nabi terbunuh dan isi tubuhnya dikoyak-koyak oleh Hindun isteri Abu Sufyan. Tiga tahun setelah terjadinya perang Uhud Syawal 5 H atau Maret 627 M., Nabi menghadapi tan- tangan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar dan bersekutu dengan masyarakat Mekah. Atas usulan Salman al Farisi, strategi yang dilakukan Nabi untuk menghadapi musuh-musuhnya ini dengan mem- buat parit khandaq yang mengelilingi perbatasan kota Madinah. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Khandaq, teapi ada juga yang menyebutnya dengan Perang Ahzab sekutu beberapa suku. Perang yang terjadi di sebelah utara Madinah dipimpin oleh Kaab bin Asad dari Bani Quraidhah dengan jumlah pasukan 10.000 orang, dan di phak pasukan muslim hanya berjumlah 3.000 orang di bawah pimpinan Nabi dan Ali bin Abi Thalib. Akibat adanya parit ini pasukan musuh tidak bisa memasuki kota Madinah dan bertahan di luar kota. Tetapi mereka mengepung pasukan Nabi dan kota Madinah sebulan lamanya. Penduduk Madinah tidak bisa beraktivitas secara bebas dan suplai komoditas barang dan konsumsi terhenti. Hanya saja cuaca dan ba- dai angin kencang tidak mendukung aksi pengepungan mereka. Mereka kedinginan dan kekuarangan logistik setelah tenda-tenda yang mereka dirikan berterbangan disapu badai.