Abd. Kadir 31 DIRASAT ISLAMIYAH.

32 Dirasat Islamiyah H. Islam sebagai Doktrin Islam sebagai pengejawantahan kesempurnaan agama yang diturunkan melalui wahyu. Adalah suatu kewajaran bilamana Islam menjadi agama pilihan karunia-Nya. Sebagai agama pilihan, maka dengan sen- dirinya menjadi kewajiban bagi semua memeganginya dengan komitmen yang kuat. Walaupun demikian kon- sekwensinya adalah mendapatkan jaminan kenikmatan dan pencerahan kehidupan di dunia menuju kehidupan akhirat. Bukan hanya Tuhan yang berperan aktif mendo- rong manusia menganut Islam melalui firman-firmannya, para nabi pun banyak mengajak dan mendorong umat manusia membangun komitmen kepada Islam. Perintah, pernyataan, ataupun ajakan sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an maupun hadits mendapat respon positif de- ngan kerelaan dan kesediaan manusia menerima Islam. Banyak sekali hamba-hamba-Nya menyatakan komit- men sebagai orang muslim. Ada sebagian orang menya- takan dalam do’anya dan lainnya sebagai pernyataan diri. Hal sebagaimana tersebut di atas terekam dalam al Qur-an. Islam sebagai doktrin mengandung padangan hidup, norma, ritual dan etika. Islam sebagai pandangan hidup memberikan wawasan, bimbingan dan petunjuk yang menyeluruh kepada umatnya tentang segala yang ada mawjud. Wawasan tentang mawjud itu berhu- bungan dengan dirinya sendiri, lingkungan material maupun lingkungan sosial, bahkan dalam hubungannya dengan pencipta-Nya. Lingkungan material berupa

H. Abd. Kadir 33

materi hidup maupun mati, serta lingkungan sosial dan non material seperti: kehidupan masyarakat dengan ber- bagai pranatanya, norma-norma, hukum-hukum, adat istiadat dan lain sebagainya. Wawasan itu membentuk suatu prilaku dan sikap muslim dalam kehidupannya. Namun demikian, prilaku dan sikap hidup itu tidak se- mata berasal dari hasil wawasan dan pemikiran manusia semata, tetapi juga berasal dari apresiasi seorang muslim terhadap ajaran Islam yang dikenal melalui berbagai pranata agama Islam maupun pranata sosial. Seorang muslim dituntut untuk menjalankan ajaran Islam secara konsisten dan istiqamah, sehingga imple- mentasi ajaran Islam itu memberikan kontribusi terhadap wawasan, prilaku dan sikapnya. Seorang muslim harus mengenal ajaran-ajaran Islam yang tersebar dari ber- bagai wacana dan praktik keislaman masa lalu, masa kini bahkan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi pada masa datang. Pengenalan ajaran Islam itu harus didekati dari segi proses maupun produk. Dari segi proses adalah bagaimana seorang muslim dapat menerima pandangan dan ajaran Islam sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dirinya. Dalam hal ini seorang muslim mengenal Islam dari segi pendekatan, strategi, metode dan teknik memperoleh ajaran Islam. Dari segi produk seorang muslim seharusnya tahu bahanmateri apa saja yang bersangkut paut atau berhubungan dengan kewajiban dan tanggung jawabnya. Pengenalan diskursus keislaman maupun Islam implementatif merupakan bagian dari kewajiban dan tanggung seorang muslim. Tanpa demikian, maka 34 Dirasat Islamiyah seorang hanya mangaku sebagai muslim tanpa identitas pengenalan praktik Islam. Identitas seorang muslim ditandai dengan kemampuannya menjalankan ajaran Islam dan paling tidak sekedar mengetahui doktrin Islam dalam wacana. Namun identitas terakhir ini tidak menyebabkan ia sebagai seorang muslim yang esensial, kecuali hanya bisa disebut sebagai ahli agama Islam kalau kemampuan pengetahuannya melebihi rata-rata orang muslim. Doktrin Islam tidak berupa pengetahuan atau ilmu semata yang sudah banyak dikuasai oleh muslim sendiri bahkan orang non muslim, tetapi juga doktrin yang impelementatif atau amal. Hal terakahir ini yang membedakan antara seorang muslim dengan ahli agama Islam. Doktrin Islam itu tersebar di berbagai ilmu keislaman yang bersumber pada al Qur-an dan al-Hadist. Dalam rangka mengelaborasi nilai-nilai dan ajaran Islam dari segi pandangan hidup maupun doktrin, maka seorang muslim perlu mengenal skop dan sekuen ajaran Islam secara menyeluruh dan komprehensif. I. Islam Demografis dan Geografis Ketika N. Muhamad pulang dari Gua Hira, beliau menceritakan pengalaman barunya bertemu dengan malaikat Jibril. Isterinya yang dinikahinya 15 tahun sebelumnya memberikan respon positif terhadap berita itu, bahkan ia mengimani apa yang telah disampaikan oleh suaminya itu. Dengan demikian, isteri Nabi Siti Khadijah adalah orang yang pertama kali masuk Islam atas bimbingan N. Muhammad sendiri.