Abd. Kadir 129 DIRASAT ISLAMIYAH.

130 Dirasat Islamiyah terganggu perhatiannya dalam mempelajari al Qur- an. Ekses perang Shiffin antara pasukan Ali bin Abi Thalib melawan pasukan Muawiyah yang disebab- kan oleh kematian Utsman bin Affan memberi dampak terhadap periwayatan hadits. Secara de facto kepemimpinan Dawlah Islamiyah akhirnya berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan khalifah pertama Dinasti Bani Ummayah setelah Ali bin Thalib lawan politiknya dibunuh oleh pihak ketiga Kaum Khawrij, sedangkan Muawiyah bin Abi Sufyan selamat dari usaha pembunuhan sema- cam ini. Kaum Khawarij yang awalnya pendukung Ali bin Abi Thalib berbalik haluan dengan memu- suhi pihak Muawiyah maupun Ali bin Abi Thalib karena ia menerima tawaran tahkim genjatan senjatan dan abitrase dari pihak Muawiyah. Kaum Khawarij ini memilki ideologi ekstrim kanan dengan memahami al Qur-an secara harfiah dan tidak mau menerima hadits kecuali yang benar- benar dari Nabi. Sedangkan kelompok lainnya dalam melegitimasi paham politik dan ideologinya tidak segan untuk meriwayatkan hadits walaupun tidak jelas sumbernya. Bahkan untuk membela pendirian masing-masing mereka membuat hadits- hadits palsu. Mulai saat itulah timbulnya riwayat- riwayat hadits palsu.

H. Abd. Kadir 131

2. Hadits Pada priode Abad II H Masa ini dimulai pada zaman pemerintahan khalifah Umar bin Abd al Aziz dari Bani Umaiyah sampai akhir abad II H. Pada abad pertama hijrah, hadits-hadits disampai- kan dari mulut ke mulut. Masing-masing perawi meriwayatkan hadits berdasarkan hafalannya. Dengan hafalan yang kuat mereka mampu menyampaikan kembali hadits-hadits yang pernah direkam dalam ingatannya. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd al Aziz yang dinobatkan menjadi khalifah pada akhir abad pertama hijrah, yakni tahun 99 hijrah, dimulailah sebuah usaha pembukuan hadits secara resmi berdasar perintah khalifah dengan meli- batkan beberapa orang, bersifat terbuka dan untuk kepentingan publik. 6 Umar bin Abd al Azis seorang khalifah yang terkenal adil dan wara itu sangat sadar bahwa para perawi yang merekam hadits dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya karena meninggal dunia. Jumlah yang sedikit itu pula tersebar di beberapa wilayah Dawlah Islamiyah yang sangat luas. Apabila hadits tidak segera dikumpulkan dan dikodifikasi dalam bentuk kitab-kitab hadits di kemudian hari mungkin saja hadits-hadits itu akan lenyap bersama wafatnya para penghafalnya. 6 Pengumpulan hadits pada abad II H adalah masa pembukuan tadwin. 132 Dirasat Islamiyah Ide khalifah ini adalah mengumpulkan hadits-hadits Nabi yang terserak di ingatan para shahabat peng- hafal hadits yang masih hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah Umar bin Abd al Azis memerintahkah gubernur Madinah Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm supaya mengumpulkan hadits Nabi yang terdapat pada para penghafalnya dengan menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm: ﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ﺚﻳﺪﺣ ﻦﻣ نﺎﻛﺎﻣ ﺮﻈﻧا ﱐﺈﻓ ﻪﺒﺘﻛﺎﻓ ﻢﻠﺳو ﻪ ﻰﻠﺻ لﻮﺳﺮﻟا ﺚﺑﺪﺣﻻإ ﻞﺒﻘﺗﻻو ءﺎﻤﻠﻌﻟا بﺎﻫذو ﻢﻠﻌﻟا سورد ﺖﻔﺧ نﺈﻓ ﻢﻠﻌﻳﻻ ﻦﻣ ﻢﻠﻌﻳ ﱴﺧ اﻮﺴﻠﺠﺘﻟو ﻢﻠﻌﻟا اﻮﺸﻔﺘﻟو ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا اﱰﺳ نﻮﻜﻳ ﱴﺣ ﻚﻠﻬﻳﻻ ﻢﻠﻌﻟا Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadits Rasul lalu tulislah, karena aku takut akan lenyap- nya ilmu disebabkan meninggalnya ulama. Dan jangan diterima selain hadits Rasul dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu tidak sirna sampai dirahasiakan Khalifah juga menulis surat kepada gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadits. Secara khusus ia menulis surat kepada Abu Bakar Muham- mad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab al Zuhri seorang dan ahli hadits. Berdasarkan surat itu ia melaksanakan perintah khalifah itu, sehingga ia tercatat sebagai salah satu ulama pertama kali yang