Abd. Kadir 359 DIRASAT ISLAMIYAH.

360 Dirasat Islamiyah harus dipecah dan dipilah menurut objek-objek tertentu, sehingga dengan demikian objek material ini mendorong perumusan filsafat menjadi sistematis. Ketika filsafat mengarahkan pandangannya pada alam, maka pemba- hasannya dipilah-pilah pada objek tertentu sesuai de- ngan terdapat klasifikasi objeknya. Walaupun demikian, pembahasan objek spesifik itu tidak pernah diputus rantai hubungannya dengan alam secara keseluruhan bahkan hubungan dengan yang ada di balik alam. Alam yang dipikirkan dalam filsafat adalah alam yang nyata dan sudah ada serta mungkin ada dalam struktur pikiran filosof. Ketika filsafat membahas suatu objek secara spesifik kadang-kadang menjadikan pembacanya bias bahwa filsafat dipengaruhi oleh objek spesifik itu, dalam artian filsafat tidak lagi menjadi subjek dari objek spesifik itu, bahkan sebaliknya, objek kajiannya dianggap subjek dan filsafat adalah objek. Ketika filsafat berbicara tentang agama bukan berarti hasil kajian filsafat didasarkan dan bersandar pada agama, tetapi bagaimana pandangan atau penilaian filsafat tentang agama. Pemikiran filsafat yang radikal dan bebas itu tidak pernah mengikuti aturan-aturan agama apalagi hasil pemikirannya harus sesuai dengan agama. Kalau ada kesesuaian hasil pemikiran filsafat dengan agama dapat diartikan bahwa paradigama agama itu sama dengan paradigma filsafat, sebaliknya kalau bertentangan berarti paradigmanya berbeda. Paradigma agama Islam mempunyai kemiripan paradigma dengan sebagian hasil pemikiran filsafat

H. Abd. Kadir 361

Islam, tetapi betolak belakang dengan hasil pemikiran metafisika filsafat Materialisme. Objek formal filsafat adalah metodologi yang dipergunakan filsafat untuk mencermati sesuatu objek. Filsafat itu tidak lahir dari ideologi, agama, kepercayaan, dogma tertentu, tetapi filsafat melihat objek itu dengan paradigmanya sendiri. Cara pandang filsafat terhadap objek itu dianggap sebagai objek formal filsafat. Suatu objek dapat dilihat dari berbagai cara pandang dan menghasilkan beberapa pemikiran filsafat tertentu. Walaupun objeknya sama tetapi apabila dilihat dengan cara pandang yang berbeda maka hasil pemikirannya juga berbeda. Objek material dan objek formal filsafat dapat diilustrasikan bahwa agama sebagai objek filsafat dalam keadaan premordialismenya berasal dari Dzat yang Mahasuci yang kesuciannya tidak pernah disaksikan dalam pengalaman empirik dan tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Karena gagasan tentang Tuhan sebagai konsern tujuan orang beragama telah menimbulkan spekulasi filosofis dalam rentang waktu yang panjang sepanjang sejarah pemikiran manusia. Di satu pihak orang beranggapan bahwa wujud Tuhan dalam kemutlakannya tidak bisa dikenal oleh siapapun, tidak bisa dipikirkan oleh nalar, tidak bisa dibayangkan oleh khayal, tidak bisa ditangkap oleh indera, dan tidak dapat dianalogkan dengan siapapun dan apapun karena yang selain-Nya berbeda dengan-Nya, sehingga tidak ada yang mengenal Tuhan kecuali diri-Nya sendiri. Pengetahuan dan pengenalan kepada-Nya hanya melalui 362 Dirasat Islamiyah identitas diri-Nya yang tidak bisa dikenal. Pada dasarnya pengenalan kepada-Nya sama sekali melampaui kemam- puan kognitif dan manusia hanya mampu membentuk gagasan-gagasan yang amat kabur dan tidak sempurna. Manusia mencoba berkomunikasi dengan-Nya melalui kitab sucinya. Firman yang tertuang dalam kitab suci- Nya menyapa manusia dengan bahasa yang kadang- kadang sulit dikenal. Untuk membumikan firman suci dalam kalimat-kalimat yang bisa dipahami mendorong manusia mempergunakan akal pikirannya dan menge- rahkan kesanggupan dalam kapasitasnya sebagai manu- sia. Dengan mempergunakan filsafat, manusia mencipta metodologi berpikir untuk mencapai makna yang terkandung dalam firman itu. Upaya itu sekedar upaya dan kebenarannya sebatas kebenaran filosofis yang kadang-kadang spekulatif. Dengan cara ini filsafat memberikan kontribusi sebagai alat analisis terhadap firman-firman-Nya. Dalam doktrin agama bahwa bebe- rapa doktrin filsafat tidak pernah sejajar dengan agama, tetapi secara metodologis filsafat membantu mencairkan doktrin agama supaya menjadi konsep jelas dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan di dunia dalam menyongsong kehidupan di akhirat. Kontribusi filsafat terhadap doktrin agama dapat dilihat dalam masalah metafisika agama. Untuk masalah ini tidak semuanya dijelaskan secara gamblang oleh agama, tetapi sebagian- nya masih menjadi masalah yang kompleks. Filsafat turun tangan menjelaskannya dalam perspektif filsafat sebagaimana bentuk praksisnya dilakukan oleh para teolog.