Abd. Kadir 205 DIRASAT ISLAMIYAH.

206 Dirasat Islamiyah sangat ekstrim dan eksklusif, keberadaannya sulit terdeteksi, tetapi dalam perjalanan sejarah pemi- kiran dan pengaruhnya tetap saja menjadi bagian pemikiran teologi Islam. Namun doktrin mereka tidaklah sama persis antara satu kelompok dan kelompok lainnya, maka mereka terpecah menjadi beberapa sekte. Delapan sekte dari yang tergabung dalam kelompok mereka, yakni al-Muhakkimah, al-‘Azariqah, an- Najdah, al-Baihiah, al-Ajaridah, as-Sa’alibah, al- Ibadiyah dan as-Sufriyah. Beberapa tokoh kunci- nya, antara lain; ‘Abdullah bin Wahab al-Rasyidi, ‘Abdullah bin Kawa dan ‘Urwah bin Jarir, Nafi’ bin al-‘Azraq, ‘Athiyah bin al-Aswâd, ‘Abd al-Karim bin Ajrad, ‘Abd Allah bin ‘Ibad, dll. a. Al-Muhakkimah Kelompok Khawarij yang pertama adalah al- Muhakkimah disebut juga dengan SyurahHaru- riyyah, yaitu pengikut Ali yang memisahkan diri karena tidak setuju dengan perdamaian perang Siffin. Pemuka-pemuka mereka adalah Abdullah bin Kawa’, Abdullah bin Wahb al Rasi, Urwah bin Jarir, Yazid bin Abi Ashim al Muharibi. Pandangan mereka bahwa arbitrase yang dilaku- kan oleh Ali bersama Muawiyah adalah menya- lahi hukum al Qur an dan Sunnah. Mereka menganggap Ali dan orang-orang yang menye- tujui perdamaian tadi adalah berdosa besar dan orang-orang yang berdosa besar adalah kafir dan halal darahnya.

H. Abd. Kadir 207

b. Al-Zariqah Sedangkan kelompok lainnya sekte adalah sekte al Zariqah sebagai pengejewantahan lebih lanjut setelah kelompok al Muhakkimah hancur. Nama kelompok ini dinisbatkan pada pemim- pinnya Abi Rasyid Nafi’ bin al Azraq. Faham teo- logisnya bahwa imam boleh dipilih dari suku apa saja asal ia sanggup menjalankannya. Mereka menentang hadits Nabi yang berbunyi al aim- matu min Qurasyin imam itu harus berasal dari suku Quraisy. Mereka lebih mengedapankan faham demokrasi liberal dan egalitarian sebagai kaum badiah dengan karakter bebas. Keluar dari imam dan tidak mentaatinya menurut mereka adalah wajib, apabila imam tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Paham seperti yang men- dorong mereka untuk memisahkan diri dari kelompok Ali, yaitu kelompok yang semula mereka dukung. Atas dasar doktrin Dar al Islam dan Dar al harb, maka mereka mengembangkan paham bahwa orang yang tidak sepaham dengan mereka bahkan anak istrinya boleh dita- wan, dijadikan budak atau dibunuh. Anggapan kelompok ini bahwa hukum rajam yang pernah dilakukan pasa zaman Nabi dibatalkan karena tidak ada dalam al-Qur-an dan anak-anak orang kafir orang yang tidak sejalan dengan pikiran mereka berada di neraka. Orang yang berdosa besar dianggap syirik atau musyrik bukan term kafir lagi. Selanjutnya orang 208 Dirasat Islamiyah yang dipandang syirik adalah semua Islam yang tidak sepaham dengan mereka bahkan orang yang sepaham dengan mereka, tetapi kalau mereka masih berdian di dar al harb tidak mau hijrah kedalam lingkungan mereka dar al Islam. Dalam pandangan mereka, orang musyrik bukan hanya orang dewasa, akan tetapi juga anak-anak dari orang-orang dewasa. Walaupun demikian, mereka berselisih dengan kelompok pendahu- lunya dan menganggap bahwa orang berbuat dosa besar tidak menjadi kafir karena dosanya. c. Al-Ibadliyah Al-Ibadilyah kelompok sekte Khawarij lainnya dalam pimpinan Abdullah bin Iyadl. Kelompok ini beranggapan anak orang kafir bukan mukmin dan bukan kafir, karena itu boleh bermuamalat dengan mereka, dan membunuh mereka adalah haram. Golongan ini dianggap paling moderat diantara golongan-golongan Khawarij. Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah musyrik akan tetapi kafir. Orang yang demikian dapat diterima syahadatnya, serta diperbolehkan melakukan pernikahan atau per- warisan dengan mereka. Mereka menganggap bahwa dar-kufr yang harus diperangi hanyalah ma’askar pemerintah. Orang Islam yang berbuat dosa besar adalah tetap dianggap muwahhid orang yang mengakui keesaan Tuhan. Kelom- pok muwahhid ini bukan mukmin, tetapi kafir al-millah yaitu kafir agama. Dengan kata lain