Abd. Kadir 435 DIRASAT ISLAMIYAH.

436 Dirasat Islamiyah bernama kota Madinah- dalam rangka menyelesaikan perseteruan antara beberapa suku yang sering terjadi di Madinah. Rombongan jamaah haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang ini mengikat komitmen dengan Nabi di bukit Aqabah yang kemudian disebut Perjanjian Aqabah: a. Kesediaan dan kesetiaan penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi setelah Nabi sampai di sana. b. Kerelaan mereka untuk mengurbahkan harta benda dan jiwanya untuk membela Nabi. c. Tidak akan menyekutukan Allah; d. Tidak membunuh dan berdusta; e. Bersedia membantu menyebarkan Islam. H. Hijrah ke Madinah Dengan jaminan komitmen seperti tersebut da- lam Perjanjian Aqabah Nabi memberikan respon positif terhadap undangan mereka. Dengan bekal yang terbatas Nabi merancang kepergiannya ke Madinah bersama Abu Bakar al Shiddiq al Shiddiq gelar Abu Bakar karena ia menerima dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada Nabi dan bahkan memberikan statemen- statemen yang mendukung dan membela Nabi terhadap agitasi dan propaganda penolakan dari kaum Quraisy. Rencana hijrah diketahui oleh kaum Quraisy, sehingga pada malam keberangkatannya mereka mengepung kediaman Nabi. Namun Nabi dapat menyelinap keluar dari kepungan itu dan bertemu dengan Abu Bakar. Walaupun arah Madinah itu di utara Mekah tetapi Nabi

H. Abd. Kadir 437

bersama Abu Bakar berangkat ke arah selatan menuju Gua Tsur; tiga Km dari kota Mekah. Para pengepung Nabi kehilangan jejak tanpa bisa membuntuti kepergian Nabi. Selama tiga hari tiga malam mereka berada di Gua Tsur dan pada malam keempat Nabi melanjutkan perjalanannya ke utara dengan menunggangi unta tanpa melalui kota Mekah, menyusuri Laut Merah suatu jalan yang tidak biasa ditempuh oleh kafilah manapun. Unta itu telah dipersiapkan oleh Abdullah bin Uraiqit atas perintah Abu Bakar yang disampaikan sebelum mereka pergi. Tujuh hari Nabi menempuh perjalanannya menuju ke Madinah adalah melebihi waktu yang diha- rapkan oleh penduduk Madinah. Penduduk Madinah pergi ke tempat-tempat yang tinggi dangan harapan bisa melihat jejak-jejak perjalanan Nabi. Akhir perjalanannya sampai di Desa Quba lima Km sebelum masuk kota Madinah bersamaan dengan berhentinya unta yang ditumpanginya. Di desa ini Nabi bermalam di rumah Kalsum bin Hindun dari Bani Amr bin Auf dan memba- ngun masjid di halaman rumah itu sebagai tempat kegia- tan ibadah. Masjid ini tercatat sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam. Tujuh bulan Nabi menghuni rumah itu, sementara kaum muslimin membangun masjid di Madinah yang terbuat dari adoman tanah liatlempung dan atapnya dari daun kurma di lahan kosong dekat rumah Abu Ayub. Tempat itu adalah tanah milik dua anak yatim piatu Sahal dan Suhail. Hijrah Nabi secara berangsur-angsur diikuti shahabat-shahabatnya dari Mekah. Shahabat yang ikut 438 Dirasat Islamiyah berhijrah ke Madinah ini disebut dengan Kaum Muha- jirin, sedangkan shahabat nabi yang menerima kedata- ngan Kaum Muhajirin disebut dengan Kaum Anshar. Mereka dipersaudarakan seagama oleh Nabi. Nabi mengikat persaudaraan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bekas sahayanya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab bersau- dara dengan Itban bin Malik Al-Khazraji. Kota Madinah yang dihuni paling sedikit oleh golongan: Bani Qainuqa’, Bani Quraidzah, Bani Nadzir, suku Aus dan Khazraj sejak lama merindukan pemimpin yang mampu mengayomi penduduk yang beragam suku dan agama itu. Kehadiran Nabi di Madinah sebagai pemimpin negara dan agama tampil sebagai sosok yang mampu melindungi semua penduduknya yang majemuk. Pijakan kebijakan Nabi dalam memimpin penduduk yang majemuk itu berdasar pada konsensus bersama yang tertuang dalam Shahifahwatsiqah Madinah Piagam Madinah. 1. Orang-orang Yahudi Bani Auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka dan bagi kaum muslimin agama mereka, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang Yahudi selain Bani Auf; 2. Orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung naf- kah mereka sendiri, begitu pula kaum muslimin; 3. Semua pihak harus saling membantu dalam meng- hadapi musuh yang hendak membatalkan piagam perjanjian ini;