Abd. Kadir 157 DIRASAT ISLAMIYAH.

158 Dirasat Islamiyah mendapat siksa. Dengan demikian ibahah merupakan kebebasan kepada para orang mukallaf untuk memilih antara melakukan atau meninggalkannya. Tuntutan hukum ini bersifat fakultatif atau mengandung pilihan antara berbuat atau tidak berbuat. Akibat khitab ini disebut juga dengan ibahah, dan perbuatan yang boleh dipilih itu disebut mubah. Misalnya makan dan minum, atau firman Allah: إو اودﺎﻄﺻﺎﻓ ﻢﺘﻠﻠﺣ اذ Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji maka kamu boleh berburu. QS: al-Maidah:5:2. Dasar penetapan ibahah: a. Tidak diterangkan kebolehannya namun syara’ memberitahukan akan dapat memberi kelonggaran dan kemudahan bagi yang melakukan. Seperti ti- dak ditentukannya model pakaian untuk menutup aurat. b. Tidak diterangkan sama sekali baik kebolehan melakukan suatu perbuatan hal seperti ini kembali pada kaidah bara-ah al ashliyah. 4. KarahahMakruh, secara etimologi berarti sesuatu yang dibenci. Dalam istilah ushul fiqh kata makruh berarti yaitu sesuatu yang jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan jika dikerjakan maka tidak mendapat siksa. Atau dengan kata lain sesuatu yang dilarang melakukannya, namun tidak disiksa kalau dikerjakan. Dengan demikian, karahah tuntutan syara’ untuk meninggalkan sesuatu walaupun belum mencapai

H. Abd. Kadir 159

tingkatan memaksa, misalnya: berkumur dan mema- sukkan air ke hidung secara berlebihan di siang hari pada saat berpuasa karena dikhawatirkan air akan masuk ke rongga kerokongan dan tertelan, berada di hadapan massa setelah memakan makanan yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Tuntutan hukum ini untuk meninggalkan suatu perbuatan, tetapi tuntutan itu diungkapkan melalui diksi bahasa isyarat yang tidak bersifat memaksa, karena seseorang dituntut untuk meninggalkan per- buatan semacam ini supaya terhindar dari hukuman. Akibat dari tuntutan ini disebut juga karanah, missal- nya hadis Nabi: ُﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ﱡﻲِﺼْﻤِْﳊا ٍﺪْﻴَـﺒُﻋ ُﻦْﺑ ُﲑِﺜَﻛ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ِﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﻴَـﺒُﻋ ْﻦَﻋ ٍﺪِﻟﺎَﺧ ُﻦْﺑ َلﺎَﻗ َﺮَﻤُﻋ ِﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ِﺪْﺒَﻋ ْﻦَﻋ ٍرﺎَﺛِد ِﻦْﺑ ِبِرﺎَُﳏ ْﻦَﻋ ﱢِﰲﺎﱠﺻَﻮْﻟا ِﺪﻴِﻟَﻮْﻟا َلﺎَﻗ ُق َﻼﱠﻄﻟا ِﻪﱠﻠﻟا َﱃِإ ِل َﻼَْﳊا ُﺾَﻐْـﺑَأ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﻪﱠﻠﻟا ﻰﱠﻠَﺻ ِﻪﱠﻠﻟا ُلﻮُﺳَر ﻦﺑإ ﻪﺟﺎﻣ Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Ubaid al Himshi berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ubaidullah bin al Walid al Washshafi dari Muharib bin Ditsar dari Abdullah bin Umar ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah talak. HR. Ibn Majah. 160 Dirasat Islamiyah Pada umumnya makruh dibagi: a. Makruh tanzih, yaitu segala perbuatan apabila di- tinggalkan lebih baik daripada dikerjakan, seperti: meninggalkan untuk mengakhirkan waktu berbuka puasa. b. Makruh tahrim, yaitu segala perbuatan yang dila- rang, tetapi dalil yang melarangnya itu dhanni, bukan qath’i, misalnya: merokok dan memakan daging ular menurut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah. 5. TahrimHaram, secara etimologi berarti yang dilarang. Sedangkan secara terminologi kata haram berarti sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul- Nya apabila orang melanggarnyamengerjakannya dianggap berdosa, dan orang yang meninggalkannya diberi pahala. Atau sesuatu yang jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan jika dilakukan akan mendapatkan siksa. Tuntutan hukum ini adalah untuk meninggalkan suatu perbuatan dengan tuntutan yang memaksa. ٍقﻼْﻣِإ ْﻦِﻣ ْﻢُﻛَدﻻْوَأ اﻮُﻠُـﺘْﻘَـﺗ ﻻَو Jangan kamu membunuh jiwa yang telah diharamkan Allah. QS Surah al-An’am:6:151. Khitab titah ayat ini disebut dengan tahrim, dan akibat dari tuntutan ini disebut hurmah, dan perbuatan yang dituntut untuk ditinggalkan, yaitu membunuh jiwa seseorang disebut dengan haram.