Abd. Kadir 239 DIRASAT ISLAMIYAH.

240 Dirasat Islamiyah mewujudkan perbuatan-perbuatan itu. Manusia tidak lagi seperti bayang-bayang yang mengikuti pergerakan bendanya, sebab tenaga yang dicip- takan Tuhan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan- nya. Dengan demikian, Tuhan tidak terpaksa dan tidak dipaksa untuk menciptakan perbuatan manusia, sebab kehendak dan pengetahuan-Nya karena diri-Nya sendiri dan bukan karena yang lain. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat, akan tetapi mungkin saja Allah akan mengalihkan kekuatan dalam hati manusia yang berupa ma’rifah ke dalam mata, sehingga manusia akan mengenal-Nya melalui mata. 8. Aliran Qadariyah Dari segi bahasa, qadariah berasal dari kata qadara yang berarti berkuasa atau memutuskan to decree, to concide. Sedang menurut pengertian termino- logi, aliran qadariyah adalah suatu aliran ilmu kalam yang tidak mengakui adanya qadar dari Tuhan. Istilah al Qadariyah yang dinisbatkan kepada suatu kelompok teologis sebenarnya adalah suatu nama atau istilah yang tidak dikehendaki oleh kelompok itu sendiri, namun orang yang be- rada di luar kelompok itu menamainya demikian. Kelompok Qadariah muncul sebagai aliran teologi yang mempercayai kebebasan dan kekuatan ma- nusia dalam mewujudkan perbuatan. Pada saat Nabi masih hidup paham sebagaimana diperkenal-

H. Abd. Kadir 241

kan kelompok Qadariyah sudah ada dan Nabi pernah melarang dua shahabat yang mempunyai kecenderungan berpikir berbeda dan tengah men- diskusikan ayat-ayat takdir. Nabi mempersilahkan keduanya untuk melakukan yang termudah bagi dirinya masing-masing. Agama Masehi Nestoria yang ada sejak sebelum Islam memberikan kontribusi terhadap perkem- bangan kelompok Qadariyah. Hal ini ditandai dengan munculnya kalangan muslim di Irak yang berasal dari pemeluk agama Nasrani muallaf memperkenalkan paham kebebasan bagi manusia. Orang-orang muallaf dari kelompok Nasrasi ini kemudian kembali ke dalam agamanya semula tetapi pahamnya telah diterima oleh Mabad bin Khalif al-Juhani al-Basri dan Ghailan al-Dimasyqi. Ghailan al-Dimasyqi Abu Marwan Gailan bin Muslim adalah penyebar paham Qadariyah di Damaskus. Dia seorang orator, maka banyak orang yang tertarik pada isi orasinya dan mengikuti pahamnya. Dalam menyebarkan pahamnya, dia mendapatkan tantangan dari Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Setelah khalifah mangkat dia menerus- kan penyebaran pahamnya hingga pada akhirnya dia dihukum bunuh oleh Khalifah Hisyam bin Abd al-Malik bin Marwan. 5 Paham Qadariyah muncul sebagai reaksi terhadap paham Jabariyah dan merupakan upaya protes ter- 5 Al-Syahrastani, Al-Milal wan Nihal ,…., hlm. 114. 242 Dirasat Islamiyah hadap tindakan-tindakan penguasa Bani Umayah yang bertindak atas nama Tuhan. Tantangan dan hambatan banyak dialami kelompok ini ketika mereka menyebarluaskan pahamnya. Paham yang kontradiktif dengan paham Jabariah yang sudah mendapatkan tempat di hati terutama para pe- nguasa dan generasi terakhir para shahabat, seperti Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, Abu Hurairah, Ibn Abbas, Anas bin Malik dkk. Para penguasa merasa nyaman dengan paham Jabariyah sebagai tempat berlindung secara teo- logis bahwa kekuasaan mereka berdasarkan takdir Tuhan dan bukan atas kehendak dirinya sendiri. Implikasi hukum juga ditimpakan oleh para penguasa terhadap para pengikut kelompok Qada- riyah agar tidak menyembahyangkan jenazah- jenazahnya dan tidak membesuknya jika mereka sakit. Generasi penerusnya dihimbau agar tidak mengikuti paham Qadariyah. 6 Mereka juga mele- gitimasi gerakan menentang paham Qadariyah berdasarkan haditsatsar yang diterimanya, bahwa kaum Qadariyah merupakan majusi umat Islam, dalam arti golongan yang tersesat. Paham Qadariyah yang pernah disampaikan oleh Ghailan al-Dimasyqi bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk memilih perbuatannya. Manusia mempunyai kekuasaan dan kehendak untuk me- nentukan perbuatan-perbuatannya. Bila manusia 6 Ibid.