Abd. Kadir 377 DIRASAT ISLAMIYAH.

378 Dirasat Islamiyah secara gradual mempunyai volume kereng-gangan yang berbeda. Tetapi atom-atom itu akan kehilangan volume ketika alam semesta ini hancur, dan atom- atom kembali bercerai berai. Kehancuran itu hanya terjadi pada bentuk dan tidak menyebabkan materi pertama ikut hancur. Materi pertama tetap kekal karena materi pertama itu sebagai unsur penciptaan alam semesta. Kekekalan materi pertama ini didasarkan bahwa pen- ciptaan memerlukan pencipta, tanpa pencipta, maka tidak akan pernah ada penciptaan dan sesuatu yang diciptakan. Bilamana penciptanya kekal, maka yang diciptakan pun ikut kekal. Dalil-dalil semacam itu yang dipergunakan oleh al Razi untuk menyakatan kekekalan sesuatu selain Tuhan. Mereka akan bersamaan dengan Tuhan keberadaannya. Sedangkan kekekalan ruang dan masa didasarkan bah- wa setiap materi itu memerlukan ruangtempat untuk proses penyusunan atom mencari bentuk. Ruang yang ditempati sesuatu itu bersifat nisbi dan disebut dengan ruang partikular. Ruang partikular ini selalu berhubu- ngan dengan materi dan ditempati materi. Hubungan- nya dengan materi yang terbatas menyebabkan ruang itupun terbatas. Tetapi disamping ruang partikular ada ruang mutlak dan tidak berhubungan dengan materi dan tidak ditempati oleh materi serta tidak dibatasi oleh apapun. Masa absolut dianggap kekal sebagai pengejewan- tahan substansi yang mengalir yang tidak mengalami

H. Abd. Kadir 379

penggalan-penggalan dalam momen-momen terentu. Masa mutlak al-dahr merupakan masa yang tidak memiliki awal dan akhir serta bersifat universal. Masa relatif al-waqt adalah masa yang diukur dalam durasi, momen-momen tertentu atau periode-periode tertentu. Hampir senada dengan filosof lainnya al Razi mem- bagi jiwa manusia ke dalam: a. al-Nafs al-Nabatiyah wa al-Namiyah wa al-Syah- waniyyah jiwa tumbuh-tumbuhan yang mempu- nyai sifat vegetatif dan penuh syahwat. Jiwanafs ini mendorong melakukan kegiatan untuk peme- nuhan kebutuhan hidup seperti: makan, minum dan berkembang biak. b. al-Nafs al-Ghadhabiyahal al-Hayawaniyyah jiwa yang mempunyai sifat emosinal-kebinatangan. Jiwa nafs ini sebagi dorongan emosi seseorang yang menyerupai nafsu kebinatangan. c. al-Nafs al-Nathiqiyah al-Ilahiyah jiwa yang mem- punyai sifat rasional dan Ilahiyah. Dorongan dan kemampuan seseorang mempergunakan akal piki- rannya atau berpikir rasional sampai mencapai keyakinan adanya Tuhan. Sebagaimana dinyatakan oleh al Razi bahwa dengan akalnya manusia mampu mengenal Tuhannya. 2. Kenabian dalam Pemikiran al-Razi Doktrin kenabian sebagaimana menjadi keper- cayaan para penganut agama Islam ditanggapi secara berlainan oleh al Razi. Atas dasar kepercayaan 380 Dirasat Islamiyah terhadap kemampuan akal yang sangat tinggi al Razi berkeyakinan bahwa manusia akan sampai pada pengenalan kepada Tuhan melaluki akalnya. Label bahwa dia seorang rasionalis kelihatan dari pemiki- rannya ini. Tanpa harus melalui perantaran berita yang dibawa oleh para nabi manusia mampu beriman kepada-Nya melalui kecerdasan akalnya. Para filosof yang mempunyai akal yang cerdas tidak memerlukan berita-berita yang dibawa nabi dan doktrin yang disampaikannya. Dengan kemampuan akalnya pula manusia bisa menulis tulisan yang seindah al Qur-an baik dalam bahasanya maupun isinya. Maka mukjizat al Qur-an yang sering dibahas dalam doktrin agama dianggapnya isapan jempol belaka. Oleh karena itu ia lebih menyukai buku ilmiah yang membawa manfaat bagi kehidupan manusia daripada al Qur-an. Dengan akalnya pula manusia bisa meng- apresiasi perbuatan yang dikategorikan baik maupun jahat. Konsep moral dapat dikembangkan melalui analisis logis rasional. Bila manusia menempatkan rasio sebagai pengendali hawa nafsu, maka dengan sendirinya moral manusia menjadi baik. Dengan kemampuan akal sudah cukup bagi manusia untuk berbuat baik, sehingga tidak diperlukan pihak lain sebagai pemberi petunjuk. Berita-berita eskatologis yang biasa dibawakan oleh para nabi tidak mempunyai kebenaran sedikit pun karena bagi al Razi hancurnya tubuh diikuti dengan hancurnya ruh. Setelah kematian tidak ada