Abd. Kadir 161 DIRASAT ISLAMIYAH.

162 Dirasat Islamiyah E. Hukum Wadl’i Hukum wadl’i ialah hukum yang berhubungan dengan sebab, syarat atau mani’ penghalang untuk dijadikan sebagai faktor terimplementasinya dari sesuatu perintah atau larangan. Hukum wadl’i adalah ketentuan syari’at dalam bentuk penetapan sesuatu sebagai sebab, syarat dan mani’ perintah atau larangan. 1. Macam-Macam Hukum Wadl’i a. Sebab Sebab menurut bahasa berarti sesuatu yang bisa menyampaikan seseorang kepada sesuatu yang lain atau dengan perkataan lain adalah sesuatu yang bergantung kepadanya suatu hukum. Secara terminologi sebab: sesuatu yang dijadikan oleh syari’at sebagai tanda bagi adanya hukum, dan tidak adanya sebab sebagai tanda bagi tidak adanya hukum. Oleh karena itu, keberadan sebab dijadikan tanda adanya hukum dan ketiadaan sebab dijadikan tanda tidak adanya hukum, atau sebab sebagai latar belakang untuk melakukan atau meinggalkan tindakan hukum. Misalnya akad nikah menjadi sebab halalnya hubungan suami isteri; sebab masih usia menjadi sebab tidak wajibnya khitab titahperintah agama padanya. Dengan lantaran adanya sebab maka timbul akibat hukum. Sebaliknya, ketiadaan sebab menyebabkan ketiadaan akibat hukum. Apabila sesuatu adatampak, maka menjadi tanda ada- nya hukum yang berhubungan dengan sebab itu.

H. Abd. Kadir 163

a. Sebab kadang-kadang menjadi sebab pada timbulnya hukum taklifi. Misalnya: sebab meminjam sesutu kepada orang lain, maka wajib barang itu dikembalikan. b. Kadang-kadang sebab itu menjadi sebab untuk menetapkan kepemilikan, atau sebalik- nya. Seperti jual beli sebagai sebab kepemili- kan sesuatu dan atau kehilangan kepemilikan: membayar untuk kemerdekaan seorang budak menjadi sebab kepemilikan bagi pembelinya tetapi juga menggugurkan kepemilikan bagi penjualnya. c. Kadang-kadang sebab itu berupa perbuatan yang mampu dirancang dan dilakukan orang mukallaf, seperti membunuh secara sengaja menjadi sebab kewajiban qishash. d. Kadang-kadang sebab berupa sesuatu yang kondisi tanpa rekayasa manusia. Sebab dalam kategori ini sebagai sunnatullah fi khalqih ketetapan Allah terhadap makhluknya hu- kum alam. Misalnya, sebab adanya kelahiran anak sebelum shalat id al fitri maka timbul kewajiban mebayar zakat fitrah. 2. Syarat Syarat menurut bahasa adalah sesuatu yang meng- hendaki adanya sesuatu yang lain atau sebagai tanda. Sedangkan menurut istilah ushul fiqh: syarat adalah sesuatu yang tergantung kepadanya adanya sesuatu yang lain, dan sesuatu yang lain itu berada 164 Dirasat Islamiyah di luar dari hakikat sesuatu itu. Dalam kalimat lain syarat ialah sesuatu yang harus ada untuk terlak- sananya hukum syara’ karena terlaksananya hukum syara’ bergantung kepadanya. Adanya yang disya- ratkan menjadikan tuntutan adanya syarat, tetapi adanya syarat belum tentu menjadikan adanya yang disyaratkan, seperti: wudlu’ menjadi syarat bagi sahnya shalat, dan orang yang akan melak- sanakan shalat harus berwudlu’ terlebih dahulu, namun adanya wudlu’ belum pasti adanya shalat, orang berwudlu tidak harus melaksanakan shalat. a. Syarat syar’i, yaitu syarat yang datang langsung dari syariat sendiri, seperti orang mau melaksa- nakan shalat harus melakukan wudlu’ terlebih dahlu sebagai syaratnya. ْﻢُﻜَﻫﻮُﺟُو اﻮُﻠِﺴْﻏﺎَﻓ ِةﻼﱠﺼﻟا َﱃِإ ْﻢُﺘْﻤُﻗ اَذِإ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ ِْﲔَـﺒْﻌَﻜْﻟا َﱃِإ ْﻢُﻜَﻠُﺟْرَأَو ْﻢُﻜِﺳوُءُﺮِﺑ اﻮُﺤَﺴْﻣاَو ِﻖِﻓاَﺮَﻤْﻟا َﱃِإ ْﻢُﻜَﻳِﺪْﻳَأَو َﺳ ﻰَﻠَﻋ ْوَأ ﻰَﺿْﺮَﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْنِإَو اوُﺮﱠﻬﱠﻃﺎَﻓ ﺎًﺒُﻨُﺟ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْنِإَو َءﺎَﺟ ْوَأ ٍﺮَﻔ اﻮُﻤﱠﻤَﻴَـﺘَـﻓ ًءﺎَﻣ اوُﺪَِﲡ ْﻢَﻠَـﻓ َءﺎَﺴﱢﻨﻟا ُﻢُﺘْﺴَﻣﻻ ْوَأ ِﻂِﺋﺎَﻐْﻟا َﻦِﻣ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ٌﺪَﺣَأ ُﻪْﻨِﻣ ْﻢُﻜﻳِﺪْﻳَأَو ْﻢُﻜِﻫﻮُﺟُﻮِﺑ اﻮُﺤَﺴْﻣﺎَﻓ ﺎًﺒﱢﻴَﻃ اًﺪﻴِﻌَﺻ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat