Abd. Kadir 181 DIRASAT ISLAMIYAH.

182 Dirasat Islamiyah ُﺔَﺛﻼَﺛ ﱠﻦُﻬُـﺗﱠﺪِﻌَﻓ ْﻢُﺘْﺒَـﺗْرا ِنِإ ْﻢُﻜِﺋﺎَﺴِﻧ ْﻦِﻣ ِﺾﻴِﺤَﻤْﻟا َﻦِﻣ َﻦْﺴِﺌَﻳ ﻲِﺋﻼﻟاَو َأ ﱠﻦُﻬَﻠَْﲪ َﻦْﻌَﻀَﻳ ْنَأ ﱠﻦُﻬُﻠَﺟَأ ِلﺎَْﲪﻷا ُتﻻوُأَو َﻦْﻀَِﳛ َْﱂ ﻲِﺋﻼﻟاَو ٍﺮُﻬْﺷ اًﺮْﺴُﻳ ِﻩِﺮْﻣَأ ْﻦِﻣ ُﻪَﻟ ْﻞَﻌَْﳚ َﻪﱠﻠﻟا ِﻖﱠﺘَـﻳ ْﻦَﻣَو Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi monopause di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu tentang masa iddahnya maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu pula perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandu- ngannya. Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemuda- han dalam urusannya. QS: al Thalaq:4. Seandainya secara teknis ayat ini memerlukan penjelasan lebih lanjut dari hadits hal itu bukan berarti ayat itu kehilangan status awalnya. Pengambilan hukum fiqh tetap berdasar nash yang jelas, karena baik al Qur-an maupun hadits tetap berfungsi sebagai sumber hukum Islam. Kecuali keduanya perlu didialogkan dengan dengan ijma maupun kias. 2. Hukum fiqh yang diambil berdasarkan nash al Qur- an maupun hadits yang masih sulit untuk dipahami pelaksanannya. ٍءوُﺮُـﻗ َﺔَﺛﻼَﺛ ﱠﻦِﻬِﺴُﻔْـﻧَﺄِﺑ َﻦْﺼﱠﺑَﺮَـﺘَـﻳ ُتﺎَﻘﱠﻠَﻄُﻤْﻟاَو

H. Abd. Kadir 183

Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri menunggu tiga kali quru’. QS: al Baqarah:2: 228. Pengertiaan quru’ dalam ayat itu tidak akrab bagi sebagian besar umat Islam sehingga perlu diberi penjelasan lebih lanjut oleh ilmu fiqh. 3. Hukum fiqh yang diambil berdasarkan ijma kese- pakatan ulama ahli fiqh. Ketika gagasan Umar bin Khattab tentang pengumpulan al Qur-an disam- paikan pada Abu Bakar pada mulanya antara keduanya terjadi perbedaan pendapat. Tetapi sete- lah diskusi mendalam dan melibatkan pihak ketiga diperoleh kesimpulan pentingnya menhimpun al Qur-an. Mulai dari perencaan sampai pelaksanaan dan hasilnya tidak seorangpun yang menentang. Dengan demikian dicapai kesepakatan secara bulat antara pemuka tokoh-tokoh ahli fiqh pada masa itu. Begitu pula ketika gagasan itu dikembangkan lebih lanjut oleh Utsman bin Affan juga tidak diperoleh sanggahan-sanggahan sedikitpun, walau- pun Abdullah bin Mas’ud punya mushhaf sendiri yang berbeda susunannya dengan al Qur-an Utsmani. 4. Hukum fiqh yang diambil berdasarkan pada hasil ijtihad ulama fiqh. Umar bin Khattab tercatat sangat banyak melakukan istinbath hukum melalui ijtihad. Ia tidak memotong tangan pencuri karena terpaksa. Dan tidak membagikan harta rampasan kepada prajurit yang ikut berperang, tetapi tanah pertanian yang seharusnya menjadi harta rampasan perang dikembalikan kepada penduduk setempat. 184 Dirasat Islamiyah K. Perkembangan Hukum Islam 1. Periode Abad I H. Ketika Nabi masih hidup persoalan hukum yang dihadapi umat Islam ditentukan sendiri oleh Nabi berdasarkan apa yang diterimanya dari Allah. Atau Nabi menetapkan sendiri hukum yang menjadi kebutuhan umat Islam pada waktu itu. Nabi menjadi tokoh sentral dalam merespon semua permasalahan agama yang dihadapi umat. Tidak ada pihak manapun yang mewakili Nabi dalam penetapan hukum. Hal ini ditopang oleh keter- bukaan Nabi dan kedekatannya dengan umat. Semua orang boleh beraudensi dengannya dan menanyakan segala sesuatu kepadanya hattapun hal itu yang bersifat privat, rahasia dsb. Sumber hukum yang berupa al Qur-an maupun hadits terputus sepeninggal Nabi. Al Qur-an mau- pun hadits ketika Nabi masih hidup bersifat aktif menjadi sumber hukum, kini para shahabat hanya mengandalkan peninggalan Nabi yang berupa al Qur-an dan Hadits dalam menetapkan keperluan hukum yang berkembang di kalangan umat, de- ngan cara mereka mereproduksi ingatannya terha- dap isi al Qur-an atau haditsnya. Bila tidak mampu melakukannya mereka bertanya kepada shahabat lain, sampai akhirnya tidak ditemukan jejak-jejak hukum dalam al Qur-an maupun hadits. Dalam keadaan seperti ini sebagian shahabat melakukan musyawarah untuk mencapai kesepakatan dalam bentuk ijma’ kesepakatan para ulama untuk