Abd. Kadir 433 DIRASAT ISLAMIYAH.

434 Dirasat Islamiyah nya Muhammad lah yang memindahkannya dari selen- dang ke tempatnya semula. Menjelang usianya yang keempatpuluh Muham- mad mulai senang melakukan takhannus mencari ke- baikan dengan cara uzlah ke Gua Hira. Dan akhirnya di Gua itu Muhammad bertemu dengan Malaikat Jibril yang menurunkan wahyu lima ayat pertama Surat al Alaq. Turunnya wahyu itu sebagai pertanda bahwa Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul. G. Dakwah Nabi Muhammad Sebagai rasul ia menyampaikan risalah islamiyah kepada keluarga dekatnya, dan Khadijah adalah orang pertama yang merima dakwah itu dan meyakini kebena- ran kerasulan Nabi. Dari kalangan anak-anak dakwah itu diterima dengan penuh keyakinan oleh Ali bin Abi Tha- lib -anak pamannya-, sedangkan dari kalangan dewasa adalah Abu Bakar. Dakwah yang disampaikan oleh Nabi itu masih beredar dalam kalangan terbatas dari keluarga dekatnya. Nabi mengumpulkan sanak kerabatnya dan menyampai- kan dakwahnya di hadapan mereka. Namun sambutan yang diberikan oleh Abu Lahab -saudara kandung ayah- nya- bersifat negatif. sampai akhirnya turun ayat: ﲔﻛﺮﺸﳌا ﻦﻋ ضﺮﻋأو ﻮﻫ ﻻإ ﻪﻟإ ﻻ ﻚﺑر ﻦﻣ ﻚﻴﻟإ ﻲﺣوأ ﺎﻣ ﻊﺒﺗا Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpaling- lah dari orang-orang musyrik. QS: al An’am6:106.

H. Abd. Kadir 435

Abu Lahab inilah yang bersekongkol dengan Abu Jahl –saudara ayahnya yang lain- untuk mengha- lang-halangi dakwah Nabi itu dengan berbagai strategi dan cara termasuk menghasud orang Quraisy untuk memusuhi Nabi. Hasudan itu cukup berhasil sehingga banyak orang yang membenci dan memusuhi Nabi. Nabi dihina bahkan dilempari kotoran unta ketika berkunjung ke Thaif. Perkembangan dakwah Islam di Mekah sangat lambat bila dibandingkan dengan kece- patannya ketika Nabi berdakwah di Madinah. Mema- suki usianya yang ke 50 Nabi mengalami beberapa peristiwa yang menimpa dirinya: 1. Nabi berduka cita atas wafat isterinya yang tercinta; pendukung setia perjuangannya dan disusul oleh wa- fat pamannya Abu Thalib -saudara kandung ayahnya- sebagai orang orang melindungi Nabi dari berbagai ancaman, fitnah dan intimidasi kaum Quraisy walau- pun Abu Thalib belum menerima Islam sebagai aga- manya. Tahun wafatnya dua kerabat Nabi ini dikenal dengan sebutan ‘Am al Khuzn tahun dukacita. 2. Nabi dipanggil oleh Allah dalam perjalanan isra’ perjalanan malam dari Masjid al Haram menuju masjid al Aqsha di Yerusalim, kemudian dilanjutkan dengan mi’raj pendakian Nabi menuju Sidrah al Muntaha untuk menerima perintah shalat wajib lima kali sehari semalam. 3. Nabi mendapat kunjungan dari perwakilan masyara- kat Madinah ketika mereka selesai melakukan mana- sik haji di Ka’bah. Mereka mengundang Nabi untuk hijrah ke kota Yatsrib -sebutan untuk kota itu sebelum 436 Dirasat Islamiyah bernama kota Madinah- dalam rangka menyelesaikan perseteruan antara beberapa suku yang sering terjadi di Madinah. Rombongan jamaah haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang ini mengikat komitmen dengan Nabi di bukit Aqabah yang kemudian disebut Perjanjian Aqabah: a. Kesediaan dan kesetiaan penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi setelah Nabi sampai di sana. b. Kerelaan mereka untuk mengurbahkan harta benda dan jiwanya untuk membela Nabi. c. Tidak akan menyekutukan Allah; d. Tidak membunuh dan berdusta; e. Bersedia membantu menyebarkan Islam. H. Hijrah ke Madinah Dengan jaminan komitmen seperti tersebut da- lam Perjanjian Aqabah Nabi memberikan respon positif terhadap undangan mereka. Dengan bekal yang terbatas Nabi merancang kepergiannya ke Madinah bersama Abu Bakar al Shiddiq al Shiddiq gelar Abu Bakar karena ia menerima dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada Nabi dan bahkan memberikan statemen- statemen yang mendukung dan membela Nabi terhadap agitasi dan propaganda penolakan dari kaum Quraisy. Rencana hijrah diketahui oleh kaum Quraisy, sehingga pada malam keberangkatannya mereka mengepung kediaman Nabi. Namun Nabi dapat menyelinap keluar dari kepungan itu dan bertemu dengan Abu Bakar. Walaupun arah Madinah itu di utara Mekah tetapi Nabi