Abd. Kadir 139 DIRASAT ISLAMIYAH.

140 Dirasat Islamiyah a. Al Muwattha’ karya Imam Malik bin Anas b. Sunan al Darimi karya Imam al Darimi c. Musnad Ahmad karya Imam Ahmad bin Hambal Walaupun kitab-kitab hadits di atas disebut sebagai kitab induk hadits, tetapi tidak semua hadits Nabi yang dihimpun di dalamnya berstatus shahih secara keseluruhan. Masih ada beberapa hadits yang kualitasnya hasan atau bahkan lemah dalam sanad tertentu. Oleh karena itu tetap diperlukan sikap kritis di dalam mempergunakannya. Tindakan se- lektif dengan memperhatikan pendapat para ulama yang tetah melakukan pengkajian dan penelitian hadits patut diperhatikan. Namun demikian, perlu diketahui pula bahwa jika terdapat suatu hadits yang lemah dari sisi sanad tertentu, masih ada kemungkinan shahih pada sanadnya yang lain. Untuk itu melakukan konfirmasi dan memban- dingkan suatu matan hadits melalui berbagai sanad yang berbeda sangat bermakna, guna menghindari sikap gegabah dalam melemahkan suatu hadits. 4. Hadits priode Abad IV H priode Penyempurnaan Sistematika Pembukuan dan Sesudahnya Priode ini dimulai pada masa pemerintahan al Muqtadir dari Bani Abbasiyah dan disebut dengan istilah priode ulama muta’akhirin. Mulai priode ini disebut sebagai masa pemeliharaan, penertiban, penambahan, penggabungan, pensyarahan dan pentakhrijan.

H. Abd. Kadir 141

Periode ini Dawlah Islamiyah sudah mulai mele- mah, namun kegiatan para ulama hadits dalam melestarikannya tetap tidak terpengaruh. Banyak para ulama hadits yang masih menekuni dan men- dalami serta bersungguh-sungguh dalam memeli- hara dan mengembangkan pembinaan ilmu hadits, sekalipun caranya berbeda dengan ulama sebe- lumnya. Rihlah perjalanan para ulama abad IV H. ini, lebih difokuskan pada pemeliharaan hadits dengan berpedoman pada kitab-kitab yang sudah ada, dengan cara: a. Mempelajari b. Menghafal c. Memeriksa dan meneliti sanad hadits d. Menyusun kitab-kitab dengan model baru de- ngan tujuan untuk memelihara, menertibkan. e. Memberikan syarah dan komentar hadits- hadits yang sudah dihimpun dalam kitab hadits yang ada. Hasil telaah kegiatan tersebut di atas adalah: a. Kitab al Shahih, karya Ibnu Huzaimah b. Al Anwa’ wa al Taqsim, susunan Ibnu Hibban c. Kitab Musnad, karya Abu Awanah d. Al Muntaqa, susunan Ibnu Jarud e. dan lain-lain Sistem baru pembukuan hadits diperkenalkan pada priode ini dengan memfokuskan pada segmen- segmen tertentu dalam telaahnya: 142 Dirasat Islamiyah a. Kitab Athraf; yaitu kitab hadits yang isinya hanya menyebut sebagian dari matan hadits tertentu, kemudian kitab itu menjelaskan seluruh sanad dari matan yang bersangkutan, baik dari sanad yang berasal dari kitab hadits yang dikutip, maupun dari kitab lain, misalnya : 1 Athraf al Shahihain, karya Ibrahin al Dimasyqy 2 Athraf al Shahihain, susunan Abu Muhammad Khallaf bin Muhammad al Wasithy 3 Athraf Kutub al Sittah, susunan Muhammad bin Thahir al Maqdisy b. Kitab Mustakhraj; yaitu kitab hadits yang memu- at matan-matan hadits yang diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim, atau salah satunya, kemudian penyusunnya meriwayatkan matan- matan hadits tersebut dengan menggunakan sanadnya sendiri yang berbeda, misalnya: 1 Mustakhraj Shahih al Bukhari, karya al Jurjany 2 Mustakhraj Shahih Muslim, karya Abu Awanah 3 Mustakhraj Bukhari-Muslim, karya Abu Bakar Ibnu Abdan al Syirazy c. Kitab al Mustadrak; yaitu kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits yang memiliki syarat tertentu sesuai dengan kaidah yang ditetapkan oleh salah seorang ahli hadits. Hadits yang me- menuhi syarat tertentu menurut seorang penyu- sun kitab hadits tetapi belum dibukukan dalam kitabnya dimasukkan dalam al Mustadrak.