Abd. Kadir 285 DIRASAT ISLAMIYAH.

286 Dirasat Islamiyah 2. Akhlak terhadap Sesama Manusia Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan ber- bangsa-bangsa agar mereka saling kenal mengenal dan tidak bermusuhan. Sungguhpun manusia itu berbeda-beda suku, ras, kebudayaan dan agama. tetapi hubungan silaturrahmi antara satu sama lain harus tetap dijaga. Selain itu Tuhan juga meme- rintahkan supaya berbuat baik terhadap kedua orang tua, kerabat, anak yatim, tetangga, orang miskin, teman sejawat, dan hamba sahaya. Sesuai dengan Firman Allah Q.S An-Nisa’; 36 َﰉْﺮُﻘْﻟا ىِﺬِﺑَو ﺎًﻧﺎَﺴْﺣِإ ِﻦْﻳَﺪِﻟاَﻮْﻟﺎِﺑَو ﺎًﺌْﻴَﺷ ِﻪِﺑ اْﻮُﻛِﺮْﺸُﺗ َﻻَو َﷲااوُﺪُﺒْﻋاَو ِﺐ ِﺣﺎﱠﺼﻟاَو ِﺐْﻨُْﳉاِرﺎَْﳉاَو َﰉْﺮُﻘْﻟا ىِذِرﺎَْﳉاَو ِْﲔِﻜﺴَﻤْﻟاَو ﻰَﲤً◌َْﱄاَو ْﻢُﻜُﻧﺎَْﳝَأ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣَو ِﻞْﻴِﺒﱠﺴﻟا ِﻦْﺑاَو ِﺐْﻨَْﳉﺎِﺑ , َﷲا ﱠنِإ َنﺎَﻛ ْﻦَﻣ ﱡﺐُِﳛ َﻻ اًرْﻮُﺨَﻓ ًﻻﺎَﺘُْﳐ . ءﺎﺴﻨﻟا : 36 Sembahlah Allah dan janganlah kamu memper- sekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetanngga, yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan dirinya” Q.S An-Nisa’:5;36 Dalam hal ini yang menjadi sentral adalah manusia karena tidak ada manusia yang bisa hidup mandiri secara mutlak. Setiap manusia selalu dihadapkan pada saling ketergantungan antara satu dengan

H. Abd. Kadir 287

lainnya. Tanpa demikian maka tidak mungkin diha- rapkan manusia dapat meneruskan keturunannya dan tidak dapat mengimplementasikan sifat keber- samaannya sebagai makhluk sosial. Akibat mata rantai silaturrahmi yang terputus maka berita keimanan dan pengembangan kebudayaan oleh generasi berikutnyaa terputus. 3. Akhlak Manusia terhadap Lingkungannya Semua manusia mengambil tempat, waktu dan tidak satupun makhluk termasuk manusia terlepas dari tempat dan waktu. Tempat manusia pada waktu tertentu itulah lingkungannya. Dari lingku- ngannya ini manusia mengambil manfaat dan kepada lingkungannya pula mereka menuangkan kreasinya. Dengan demikian ada hubungan yang bersifat mutualis simbiosis saling mengambil man- faat antara manusia dan lingkungannya. Manusia mengambil udara, air, makanan dari lingkungan- nya, tetapi ia berkewajiban memelihara keseimba- ngan lingkungannya supaya lingkungan itu tetap memberikan kontribusi kepadanya. Bilamana supplai dari lingkungan itu mengalami hambatan maka manusia dituntut untuk mencarikan solusi bagaimana hambatan itu dapat dihilangkan tanpa harus membawa dampak negatif terhadap lingku- ngannya. Lingkungan yang rusak akibat ulah ma- nusia yang tidak mempertahankan keseimbangan dan kelestariannya akan berdampak negatif pula 288 Dirasat Islamiyah terhadap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Firman Allah QS:Surat Ar-Rum:41 ﱠﻟا َﺾْﻌَـﺑ ْﻢُﻬَﻘْـﻳِﺬُﻴِﻟ ِسﺎﱠﻨﻟﺎﯨِﺪْﻳَأ ْﺖَﺒَﺴَﻛ ﺎَِﲟِﺮْﺤَﺒْﻟاَوﱢﺮَـﺒْﻟﺎﯩِﻓ ُدﺎَﺴَﻔْﻟاَﺮَﻬَﻇ ىِﺬ َنْﻮُﻌِﺟْﺮَـﻳ ْﻢُﻬﱠﻠَﻌَﻟ اْﻮُﻠِﻤَﻋ . موﺮﻟا : 41 Telah nampak kerusakan didarat dan laut dise- babkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar. QS: al Rum:30:41. Membuat kerusakan di daratan, di laut maupun di udara adalah perbuatan tercela secara moral dan perbuatan terlarang menurut agama, karena dapat membahayakan kehidupan manusia. Banyak ayat yang mencela dan melarang berbuat kerusakan seperti: Firman Allah dalam QS:Surat Al-Baqarah2:205. ُﻪﱠﻠﻟاَو َﻞْﺴﱠﻨﻟاَو َثْﺮَْﳊا َﻚِﻠْﻬُـﻳَو ﺎَﻬﻴِﻓ َﺪِﺴْﻔُـﻴِﻟ ِضْرﻷا ِﰲ ﻰَﻌَﺳ ﱠﱃَﻮَـﺗ اَذِإَو َدﺎَﺴَﻔْﻟا ﱡﺐُِﳛ ﻻ Dan apabila ia berpaling dari muka-mu, ia berjalan dimuka bumi untuk mengadakan kerusa- kan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. QS: al Baqarah:2:205.