Abd. Kadir 401 DIRASAT ISLAMIYAH.

402 Dirasat Islamiyah ‘amali akal praktis. Sedangkan kemampuan yang bersifat rasional disebut dengan kemampuan nadhari teoritik; ada pada al-‘aql al-nadhari akal teoritik. Proses mengingat, berfantasi, dan mempersepsi um- pamanya, mempunyai makna parsial, bersumber dari persepsi stimulus inderawi. Semuanya merupa- kan proses sensorik dari stimulus indera eksternal, seperti yang terjadi pada hewan dan manusia. Gam- baran yang dipersepsi oleh daya inderawi yang bersifat parsial ditangkap oleh khayal fantasi dan wahm imajinasi di bawah operasional akal. Objek- objek itu tertampung dalam al-hiss al-musytarak indera kolektif. Indera kolektif adalah daya tem- pat semua objek inderawi yang berasal dari indera berkumpul untuk dipersepsi. Makna-makna parsial yang tersimpan dalam daya konsepsi dan daya me- mori dilakukan penyimpulan untuk mencapai mak- na yang lebih universal. Sebaliknya akal praktis memerlukan fantasi dan wahm imajinasi dalam melepaskan makna-makna universal dari hal-hal yang parsial -makna yang dipersepsi oleh daya inde- rawi- dengan cara menampilkan keduanya pada gambar inderawi. Bila objek-objek rasional yang diketahui melalui akal -dalam berhubungan dengan badan diperan- kan oleh akal praktis yang bersifat partikular-, maka yang lainnya oleh akal teoritis. Ia dapat menangkap hal-hal yang rasional dan menangkap dirinya tanpa menggunakan alat. Akal ini berfungsi untuk mem-

H. Abd. Kadir 403

persepsi stimulus-stimulus rasional yang bersifat uni- versal dan abstrak. Akal dalam merambah jalan peningkatan dan per- kembangannya melalui fase-fase yang satu sama lain saling menopang karena pada awalnya ia me- rupakan akal potensial, tetapi jika ia telah telah terlatih sedemikian rupa maka posisinya meningkat menjadi akal in habitu. Demikian selanjutnya bila ia mampu mempersepsi sebagian besar pengetahuan yang umum dan realitas-realitas yang universal, maka ia akan menjadi Akal Aktual. Pengetahuan yang didapat melalui indera dan akal sebagaimana tersebut di atas adalah pengetahuan yang terbatas, karena indera dan akal lebih ber- kompeten menghadapi objek-objek materi. Bila batas pandangannya melampaui yang partikular, maka ia meningkat menuju tahapan tertinggi yang bisa dicapai melalui derajat Akal Mustafad Acqui- red IntelectAkal Limpahan. Jika seseorang sampai pada tahap pemikiran kontemplatif secara intens, sangat mungkin untuk mencapai tingkat kejernihan dan kepekaan prima, lalu mengadakan kontak-kon- tak dengan perantara-perantara intelektual yang lebih tinggi. Ketika stimulus rasional hadir di dalam akal secara aktual, kemudian akal menelaahnya dengan nyata dan memikirkan bahwa ia memikir- kannya dengan aktual, maka akal berubah menjadi akal mustafad. 25 25 Muhammad ‘Utsman Najati, Jiwa ..., hlm. 157-233. 404 Dirasat Islamiyah J. Ibn Rusyd Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rusyd adalah nama asli dari seorang yang sering dipanggil Ibn Rusyd. Orang Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Aver- roes. Ia dilahirkan di Cordova, Andalusia Spanyol tahun 520 H. dan wafat 595 H. 1198 M. Dari keluarga cendikiawan muslim yang ahli dalam bidang fikih seba- gaimana dibuktikan oleh ayah dan kakeknya yang menjabat sebagai hakim agung di Andalusia. Keluarga yang mempunyai apresiasi besar terhadap ilmu agama ini menjadi lingkungan utama bagi Ibn Rusyd muda untuk berkembang dengan memperlajari: al-Qur-an, tafsir, hadits, fiqih, kedokteran, matematika, astronomi, logika serta filsafat. Apresiasinya terhadap filsafat Aristoteles menye- babkan ia banyak memberikan komentar terhadap karya- karya filosof Yunani klasik itu. Sungguhpun ia bermukim di Barat, tetapi referensi yang dipergunakan untuk mengembangkan filsafatnya di ambil dari Timur. Ia seorang filosof yang pernah memberikan respon terhadap kitab Tahafut al Falasifah karya al Ghazli melalui karyanya Tahafut Tahafut. Sedangkan karya al Ghazali ini merupakan respon terhadap karya filosof sebelumnya. Sebagai seorang yang pernah belajar ilmu fikih ia mempunyai keompetensi dalam bidang ilmu itu, maka kompetensinya diwujudkan dengan menulis kitab Bida- yah al Mujtahid yang berisi berbagai pandangan ulama tentang hukum fikih. Kompetensinya dalam bidang filsa- fat dan agama ini kemudian dipadukan dalam karyanya