Abd. Kadir 187 DIRASAT ISLAMIYAH.

188 Dirasat Islamiyah 189 A. Pengantar Al Qur-an tidak banyak membicarakan tentang Tuhan dan ketuhanan kecuali yang berhubungan dengan nama dan sifat-sifat-Nya. Subtansi pembahasan Tuhan dan ketuhanan dapat diketemukan dalam hadis-hadits qudsi yang jumlahnya sedikit, sedangkan pembaha- sannya dalam hadist-hadits nabawi lebih sedikit lagi. Oleh karena itu pembahasan ilmu ini lebih banyak didekati dari pendekatan dalil aqli rasional daripada dalil naqli nash al Qur-an maupun hadits sebagaimana ditunjukkan dalam sejarahnya. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri teologiilmu kalam masih masuk dalam rumpun kajian fiqh. Imam Abu Hanifah menyebutnya dengan fiqh al- Akbar sebagai satu bagian; dan bagian lainnya adalah fiqh al Ashghar. Fiqh al-Akbar membahas keyakinan atau pokok-pokok agama ushuluddin atau aqidahilmu tauhid; sedangkan fiqh al-Ashghar membahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah ibadah dan muamalah. Teologiilmu kalam adalah salah satu disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian keislaman. Ilmu ini mengarahkan pembahasannya BAB V ILMU KALAM 190 Dirasat Islamiyah kepada segi-segi yang berhubungan dengan Tuhan dan ketuhanan serta berbagai derivasinya; karena itu seba- gian kalangan yang menghendaki pengertian yang lebih umum menerjemahkan ilmu kalam sebagai teologia dia- lektis atau teologia rasional, karena mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang memerlukan pendekatan rasional disamping keyakinan. Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran keisla- man ilmu ini menempati posisi yang cukup terhormat. Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan beragam dari ilmu ini, yaitu sebagai ilmu al aqaid jamak akidah yang berarti simpul-simpul kepercayaan, ilmu tawhid de- ngan arti ilmu tentang keesaan Tuhan, dan ilmu ushul al-din ilmu pokok-pokok agama. Ilmu kalam sendiri dimaksudkan sebagai terjemahan istilah logos dalam bahasa Yunani yang secara harfiah berarti pembicaraan, tetapi dari kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai derivasinya. Kata Yunani logoslogika atau man- thiq dalam bahasa Arab secara khusus mengacu pada logika formal. Kalam tidaklah dimaksudkan pembicaraan biasa, melainkan pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Maka ciri utama ilmu kalam ialah rasionalitas atau pembicaraan secara logis, sehingga ilmu kalam amat erat kaitannya dengan ilmu mantiq atau logika. Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu yang mempe- lajari prinsip-prinsip teologi Islam melalui dialektika. Ilmu Kalam menjadi tumpuan pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok dalam ajaran agama Islam, yaitu simpul-simpul kepercayaan, masalah kemahaesaan

H. Abd. Kadir 191

Tuhan, Disamping itu ilmu kalam sama sekali tidak bebas dari kontroversi atau sikap-sikap pro dan kontra, baik mengenai isinya maupun metodologinya. Karena itu penting sekali mengerti secukupnya ilmu ini agar terjadi pemahaman agama yang lebih seimbang. B. Pengertian Ilmu Kalam مﻼﻜﻟا ﻢﻠﻋ dalam bahasa Arab secara harfiah bermakna ilmu tentang kata-kataperkataan. Ilmu kalam atau teologi kadang disebut juga dengan aqidah. Kata ‘ aqidah berasal dari bahasa Arab berarti sesuatu ikatan atau simpul. Secara sederhana akidah mempunyai arti kepercayaan yang tersimpul dalam hati. Disebut ilmu i’tiqadaqa’id karena ilmu ini membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keyakinan yang terpatri dalam hati. Aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat di dalam lubuk hati, sehingga tidak dapat didorong keluar. Disebut ilmu akidah pengikat karena ia banyak membahas tentang akidah agama Islam atau membahas hukum-hukum akidah yang berkaitan dengan iman. Ilmu ini dianggap mengikat seorang muslim secara mutlak tanpa kecuali untuk memegangi keimanan Islam sesuai dengan kapa- sitas ajarannya. Orang yang terlepas ikatannya dengan ajaran Islam dalam bidang akidah ini berarti ia terlepas pula sebagai orang muslim. Dalam pengertian umum ini aqidah bisa dipahami sebagai ilmu yang mengkaji persoalan keesaan dan eksis- tensi Allah berikut seluruh unsur yang tercakup di dalam- nya sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan yang 192 Dirasat Islamiyah Mahaesa dan sebagai simpul pengikat dirinya dengan ajaran Islam. Seorang muslim tidak harus terlepas simpul- nya dengan ajaran ini. Disebut ilmu ushuludin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama tentang keimanan semisal iman kepada Allah, sifat-sifat dan perbuatan-Nya, iman kepa- da hari kebangkitan dan lain-lain. Dalam pandangan ahli ushuludin bahwa keimanan merupakan inti pokok per- soalan ajaran agama dan pemeluk agama Islam. Ajaran agama Islam harus memuat keimanan dan pemeluk suatu agama harus menjadikan keimanan sebagai fondasi dari seluruh padangan hidupnya, sikap dan amalannya. Keimanan itu faktor yang menentukan keberagamaan seseorang. Seorang muslim harus mengimani ajaran keimanan dalam Islam, dan tidak dianggap sebagai seorang muslim bilamana keimanannya tidak sesuai dengan ajaran Islam, walaupun amalan dan sikapnya menunjukkan sebagaimana orang muslim. Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah dari berbagai sudut pandang dengan mencari pembenarannya dari dalil naqli maupun dalil aqli. Keislaman seseorang ditentukan pula sejauhmana ia mengimani Tuhan sebagai Dzat Yang Mahaesa. Orang yang menyimpang dari keimanan semacam ini dianggap kufur, musyrik atau murtad sesuai dengan konteksnya. Disebut dengan ilmu kalam sebagai konsekwensi pembicaraan ilmu ini yang banyak memakan energi umat Islam pada zaman klasik. Persoalaan pokoknya adalah apakah kalam Allah itu baharu huduts atau qadim dahulu. Firman itu bisa dianggap sebagai bagian