Abd. Kadir 23 DIRASAT ISLAMIYAH.

24 Dirasat Islamiyah E. Konsep Tuhan dalam Islam Pokok utama yang menjadi perhatian orang Islam adalah Allah yang kadang-kadang orang Indonesia menyebutnya dengan Tuhan. Kata Tuhan merujuk pada sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, Maha Esa dan sebagainya. Kata Tuhan umumnya dipakai untuk merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, pencipta dan memelihara manusia dan alam semesta. Keberadaan-Nya membuat alam semesta ada. Dia sumber segala yang ada; kebajikan yang terbaik dan tertinggi. Nama Tuhan dikenal dengan banyak konsep yang kadang-kadang bertentangan antara satu dengan lainnya, maka kepercayaan kepada-Nya ada dalam semua agama, kebudayaan dan peradaban bahkan mempunyai nama yang sama, tetapi berbeda dalam konsep dan definisinya. Secara filsofis pencarian tentang Tuhan hanya sam- pai pada konsep eksistensi Tuhan sebagai Dzat Mutlak, sehingga tidak ada bandingan apalagi yang menyamai- Nya. Memperbandingkan dan penyamaan Tuhan dengan sesuatu yang lain, akan menyalahi sifat kemutla- kannya. Oleh karena itu, Tuhan bersifat unik, dan Dia satu-satunya. Walaupun demikian, gagasan tentang Tuhan telah menimbulkan spekulasi filosofis dalam rentang waktu yang panjang sepanjang sejarah pemikiran manusia. Sebagian orang beranggapan bahwa wujudTuhan dalam kemutlakannya tidak bisa dikenal oleh siapa pun, tidak bisa ditangkap oleh indera, dan tidak dapat dianalogkan

H. Abd. Kadir 25

dengan siapa pun dan apa pun, tidak bisa dipikirkan oleh nalar, tidak bisa dibayangkan oleh khayal. Kebera- dannya berbeda dengan yang selain-Nya, baik dari segi sifat apalagi dzat-Nya. Dia dikenal oleh Diri-Nya sendiri, sehingga tidak ada yang mengenal Tuhan kecuali diri- Nya sendiri. Pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan hanya melalui identitas diri-Nya yang tidak bisa dikenal. Ketinggian, kemutlakan, dan keesaan-Nya berada di atas jangkauan pengertian, pengetahuan, dan intuisi manusia, sehingga tidak seorang pun yang mampu mendeskripsikan dan memberikan definisi tentang Tuhan yang mutlak itu. Tuhan tidak memerlukan identitas dan realitas yang bisa didefinisikan. Pada dasarnya pengenalan kepada-Nya sama sekali melampaui kemampuan kognitif dan manusia hanya mampu membentuk gagasan-gagasan yang amat kabur dan tidak sempurna. Manusia hanya memberikan gagasan awal melalui petunjuk-Nya yang bisa dimengerti oleh manusia bahwa wujud tunggal-Nya yang mandiri adalah esa, mendahului segala yang ada dan tanpa batas akhir. Pengetahuan-Nya tentang diri-Nya sebagai sebab pengetahuannya tentang alam semesta adalah mutlak, satu, dan sama. Gagasan-gagasan itu pula yang ditam- pilkan sebagai konsep bahwa Tuhan itu adalah Wajib al Wujud wajib ada, yaitu keberadaannya menjadi keharusan dan ketiadaannya menimbulkan kemustahilan dalam pkikiran. Kepastian ada-Nya disebabkan oleh Dzatnya sendiri, maka yang pasti ada oleh dzatnya sendiri mustahil tidak ada. 26 Dirasat Islamiyah Pihak lain beranggapan bahwa Tuhan dapat dike- nal melalui atribut-atribut yang disandangnya. Pikiran manusia mencoba membedakan antara esensi dan eksistensi-Nya, walaupun dalam realitasnya adalah satu dan sama. 3 Melalui eksistensi-Nya itu manusia menge- nal-Nya sebagai wujud mutlak. Wujud mutlak mengung- kapkan dan memanifestasikan dirinya sendiri. Pengeta- huan tentang diri-Nya oleh diri-Nya memanifestasikan wujud yang diciptakan, sehingga pada dasarnya semua wujud berasal dari-Nya. Wujud yang lain bersumber pada yang satu yang hanya dapat dilihat dari kesa- tuannya dan bukan dari keragamannya. Maka eksistensi alam semesta adalah efek pengetahuan-Nya. Tuhan sebagai realitas sederhana dikenal melalui kebesaran-Nya yang memanifestasikan diri sebagai sumber wujud. Manifestasi diri-Nya pada wujud yang lain memungkinkan bisa dibayangkan oleh akal pikiran. Sifat dan dzat-Nya sesuai dengan kekekalan-Nya tanpa memerlukan individualitas-Nya mewujudkan diri-Nya melalui cahaya-Nya dalam bentuk objek fenomena. Hal ini merupakan entitas cerminan pengungkapan pengeta- huan-Nya yang dikaitkan dengan ciptaan fenomena. Rasionalisasi sebagaimana tersebut di atas justeru ingin mendekatkan dan memastikan bahwa Tuhan sebagai asal dan sumber segala sesuatu yang lain-Nya. 4 Suatu konsep ketuhanan yang dielaborasi dari sebuah 3 Mir Valiudin, Tasawuf dalam Qur an, penterj.: Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hlm. 58. 4 Hosen Nashr, An Introduction to Islamic Ontological Doctrines , New York: State University, 1993, hlm. 18.