Abd. Kadir 137 DIRASAT ISLAMIYAH.

138 Dirasat Islamiyah Kodifikasi hadits pada priode ini dapat dikla- sifikasikan ke dalam tiga bentuk: a. Kitab Shahih, yaitu kitab hadits yang disusun dengan cara menghimpun hadits-hadits yang berkualitas shahih, sedang hadits-hadits yang berkualitas tidak shahih tidak dimasukkan ke dalam kitab. Bentuk penyusunan kitab shahih termasuk bentuk mushannaf. Seperti al Jami’ al Shahih, karya al Bukhari, dan al Jani’ al Shahih karya Imam Muslim. b. Kitab Sunan, yaitu kitab hadits yang memuat hadits-hadits tentang hukum Islam dengan berkualitas shahih, hasan dan dha’if, tetapi tidak mencapai kualitas mungkar dan terlalu lemah. Untuk hadits yang berkualitas tidak shahih biasa- nya diterangkan kelemahannya oleh penyusun- nya. Kitab sunan termasuk disusun dengan metode mushannaf, seperti Kitab Sunan Abu Dawud, Sunan Al Turmudzi, Sunan al Nasa’i, Sunan Ibnu Majah dan Sunan al Darimi. c. Kitab Musnad, yaitu kitab hadits yang disusun dengan menggunakan nama-nama perawi perta- manya rawi dari kalangan shahabat Nabi sebagai tema bab. Misalnya hadits-hadits yang diriwayatkan A’isyah, dihimpun di bawah tema A’isyah. Hadits-hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas dihimpun di bawah bab Ibnu Abbas dan seterusnya. Kitab musnad ini berisi hadits yang berkualitas shahih dan tidak shahih, tetapi tidak dijelaskan kualitasnya oleh penyusunnya, seperti

H. Abd. Kadir 139

Kitab Musnad karya Ahmad bin Hambal, Kitab Musnad karya Abu al Qasim al Baghawi, Kitab Musnad karya Utsman bin Abi Syaibah. 9 Akhirnya ulama-ulama sebagaimana disebutkan di atas berhasil menyusun berbagai kitab hadits. Dengan kesungguhan mereka dalam melakukan kegiatan penyaringan hadits, mereka telah berhasil membukukan hadits-hadits yang shahih, atau kitab- kitab yang isinya lebih banyak memuat hadits shahih. Kitab-kitab yang sangat populer pada perkembangan selanjutnya dikenal al kutub al sittah enam kitab induk dan ditambah dengan tiga kitab lainnya sehingga menjadi sembilan kitab dan dikenal dengan al kitab al tis’ah sembilan kitab induk. Al Kutub al Sittah terdiri kitab-kitab shahih dan kitab-kitab sunan: a. Al Jami’ al Shahih karya Imam al Bukhari b. Al Jami’ al Shahih karya Imam Muslim c. Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud d. Sunan al Turmudzi karya Imam al Turmudzi e. Sunan al Nasa’i karya Imam al Nasa’i f. Sunan Ibnu Majah karya Imam Ibnu Majah Sedangkan tiga kitab lainnya untuk melengkapinya sehingga menjadi al Kutub al Tis’ah adalah: 9 Fathurrahman, Ikhtisar Mushthalah Hadits, Bandung: al Ma’arif, 1985, hlm, 39. 140 Dirasat Islamiyah a. Al Muwattha’ karya Imam Malik bin Anas b. Sunan al Darimi karya Imam al Darimi c. Musnad Ahmad karya Imam Ahmad bin Hambal Walaupun kitab-kitab hadits di atas disebut sebagai kitab induk hadits, tetapi tidak semua hadits Nabi yang dihimpun di dalamnya berstatus shahih secara keseluruhan. Masih ada beberapa hadits yang kualitasnya hasan atau bahkan lemah dalam sanad tertentu. Oleh karena itu tetap diperlukan sikap kritis di dalam mempergunakannya. Tindakan se- lektif dengan memperhatikan pendapat para ulama yang tetah melakukan pengkajian dan penelitian hadits patut diperhatikan. Namun demikian, perlu diketahui pula bahwa jika terdapat suatu hadits yang lemah dari sisi sanad tertentu, masih ada kemungkinan shahih pada sanadnya yang lain. Untuk itu melakukan konfirmasi dan memban- dingkan suatu matan hadits melalui berbagai sanad yang berbeda sangat bermakna, guna menghindari sikap gegabah dalam melemahkan suatu hadits. 4. Hadits priode Abad IV H priode Penyempurnaan Sistematika Pembukuan dan Sesudahnya Priode ini dimulai pada masa pemerintahan al Muqtadir dari Bani Abbasiyah dan disebut dengan istilah priode ulama muta’akhirin. Mulai priode ini disebut sebagai masa pemeliharaan, penertiban, penambahan, penggabungan, pensyarahan dan pentakhrijan.