Abd. Kadir 151 DIRASAT ISLAMIYAH.

152 Dirasat Islamiyah D. Hukum Taklifi Hukum taklifi adalah ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya yang berhubungan langsung dengan perbuatan orang mukallaf, baik dalam bentuk perintah, anjuran, larangan, atau dalam bentuk memberi kebe- basan memilih untuk berbuat atau tidak berbuat. Atau sesuatu yang menuntut mukallaf melakukan atau me- ninggalkan suatu pekerjaan atau memberikan pilihan kepadanya antara melakukan dan meninggalkannya. 1. IjabWajib, yaitu sesuatu yang jika seseorang menger- jakannya, maka ia mendapat pahala dan jika mening- galkannyamaka mendapat siksa. Atau wajib itu adalah tuntutan hukum yang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan. َةﺎَﻛﱠﺰﻟا اﻮُﺗآَو َةﻼﱠﺼﻟا اﻮُﻤﻴِﻗَأَو Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. QS:Surat Al-Nur:24: 56. a. Wajib bila dipandang dari segi objek perbuatan yang dituntut: 1. Wajib mu’ayyan, yaitu yang telah ditentukan macam perbuatannya, misalnya; berdiri, ruku’, sujud dalam shalat. 2. Wajib mukhayyar, yaitu wajib yang boleh dipi- lih salah satu dari beberapa macam perbuatan yang telah ditentukan: misalnya, kifarat dhihar sumpah yang memberi tiga alternatif: memer- dekakan budak, atau berpuasa selama 60 hari berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin.

H. Abd. Kadir 153

b. Wajib bila dilihat dari segi waktu mengerjakannya: 1. Wajib mu’aqqat, yaitu: sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilakukan secara pasti dalam waktu tertentu, seperti shalat lima waktu atau puasa di bulan Ramadlan. Masing-masing shalat itu dibatasi waktu tertentu, artinya tidak wajib shalat sebelum waktunya. Begitu pula puasa di bulan Ramadlan ditentukan hanya di bulan Ramadlan dan bukan di bulan lainnya. 2. Wajib mutlaq, yaitu: sesuatu yang dituntut syar’i untuk dilakukan secara pasti, tetapi tidak ditentukan waktunya, seperti usia orang yang akan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu sesudah dia mukallaf. c. Wajib bila dilihat dari segi waktu yang tersedia untuk mengerjakan: 1. Wajib muwassa’, waktu yang tersedia untuk melaksanakannya lebih luas atau lebih banyak dari waktu yang tersedia untuk mengerjakan kewajiban itu, sehingga memungkinkan diker- jakan di awal, pertengahan atau di akhir waktunya. Misalnya shalat Dhuhur waktu yang tersedia untuk melaksanakan shalat Dhuhur jauh lebih lapang dibandingkan dengan waktu yang terpakai untuk melaksanakan shalat Dhuhur. 2. Wajib mudlayyiq, yakni waktu yang tersedia persis sama atau sama banyak dengan waktu mengerjakan kewajiban itu, seperti: puasa ramadhan itu menghabiskan seluruh hari bulan Ramadhan. Karena itulah wajib mudlayyiq 154 Dirasat Islamiyah tidak dapat ditunda dari waktu yang tersedia untuk mengerjakannya. d. Wajib dilihat dari segi orang dikenai tuntutan: 1. Wajib ‘aini, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang sudah baligh dan ber- akal mukallaf, tanpa kecuali. Kewajiban seperti ini tidak bisa gugur kecuali dilakukan sendiri. Misalnya, kewajiban shalat lima waktu sehari semalam, puasa di bulan Ramadlan. 2. Wajib kifayah, yaitu kewajiban yang dibeban- kan kepada seluruh mukallaf, namun bilamana telah dilaksanakan oleh sebagian umat Islam, maka kewajiban itu dianggap sudah terpenuhi sehingga orang yang tidak ikut melaksanakannya tidak lagi diwajibkan mengerjakannya. Misalnya kewajiban shalat jenazah. e. Dilihat dari segi kadar kuantitas dan bentuk tuntutan: 1. Wajib muhaddad, ialah kewajiban yang telah ditentukan bentuk, ukurannya, dan orang mukallaf dianggap belum melaksanakannya bilamana belum melaksanakan seperti yang telah ditentukan oleh syara’. Dengan kata lain adalah kewajiban yang telah ditentukan kadar atau jumlahnya. Contohnya shalat dan zakat. Shalat lima waktu telah ditetapkan waktunya, jumlah rakaatnya, rukun dan syaratnya. Zakat telah ditetapkan jenis benda yang wajib dizakati dan jumlah zakat yang wajib dikeluarkannisab dan haulnya kepemilikan minimal satu tahun.