Abd. Kadir 25 DIRASAT ISLAMIYAH.

26 Dirasat Islamiyah Pihak lain beranggapan bahwa Tuhan dapat dike- nal melalui atribut-atribut yang disandangnya. Pikiran manusia mencoba membedakan antara esensi dan eksistensi-Nya, walaupun dalam realitasnya adalah satu dan sama. 3 Melalui eksistensi-Nya itu manusia menge- nal-Nya sebagai wujud mutlak. Wujud mutlak mengung- kapkan dan memanifestasikan dirinya sendiri. Pengeta- huan tentang diri-Nya oleh diri-Nya memanifestasikan wujud yang diciptakan, sehingga pada dasarnya semua wujud berasal dari-Nya. Wujud yang lain bersumber pada yang satu yang hanya dapat dilihat dari kesa- tuannya dan bukan dari keragamannya. Maka eksistensi alam semesta adalah efek pengetahuan-Nya. Tuhan sebagai realitas sederhana dikenal melalui kebesaran-Nya yang memanifestasikan diri sebagai sumber wujud. Manifestasi diri-Nya pada wujud yang lain memungkinkan bisa dibayangkan oleh akal pikiran. Sifat dan dzat-Nya sesuai dengan kekekalan-Nya tanpa memerlukan individualitas-Nya mewujudkan diri-Nya melalui cahaya-Nya dalam bentuk objek fenomena. Hal ini merupakan entitas cerminan pengungkapan pengeta- huan-Nya yang dikaitkan dengan ciptaan fenomena. Rasionalisasi sebagaimana tersebut di atas justeru ingin mendekatkan dan memastikan bahwa Tuhan sebagai asal dan sumber segala sesuatu yang lain-Nya. 4 Suatu konsep ketuhanan yang dielaborasi dari sebuah 3 Mir Valiudin, Tasawuf dalam Qur an, penterj.: Pustaka Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, hlm. 58. 4 Hosen Nashr, An Introduction to Islamic Ontological Doctrines , New York: State University, 1993, hlm. 18.

H. Abd. Kadir 27

pengertian dan pemahaman rasional menjadi dasar keimanan seseorang sebelum ia menemukan dasar keimanan yang lebih valid dan lebih tinggi. Keimanan dan kepercayaan kepada Tuhan menjadi objek kepe- dulian dari orang yang mempercayai dan mengimani- Nya. Analisis singkat terhadap keimanan kepada-Nya dapat dimulai dari keberagamaannya. Asumsi dasar dari semua aktivitas dan sikap yang lahir dari seseorang dapat disebut sebagai prilaku dan sikap keberagamaan bilamana didasarkan pada keimanan karena keimanan menjadi indikator penting tentang keberagamaannya. 5 F. Dalil-Dalil Eksistensi ketuhanan Konsep ketuhanan yang beraneka ragam dapat dirujuk pada dalil-dalil sifat eksistensi-Nya: 1. Dalil logik, yaitu sesuatu yang tidak dapat diketahui secara empirik bukan berarti tiada, hal ini terjadi karena keterbatasan indera. Sesuatu yang disaksi- kan oleh indera validitasnya sangat rendah, seperti fatamorgana dilihat sebagai realitas bendawi, walaupun wujudnya secara fisik tidak ada. 2. Dalil kejahatan di Dunia. Kejahatan yang melanda dunia sebagian adalah ulah manusia. Kejahatan terjadi karena tiada kebaikan, dan agama datang dengan misi menghilangkan kejahatan dan melipat- gandakan kebaikan. Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas 5 Abd. Kadir, “Meningkatkan Keimanan kepada Tuhan Melalui Pengalaman Spiritual” , Jurnal Teosofi, vol. VII, 2015. 28 Dirasat Islamiyah melainkan sebanding dengan kejahatan itu dan sebaliknya orang yang berbuat baik akan dibalas dengan pahalanya. Dengan kata lain bahwa orang yang berbuat jahat atau berbuat baik akan menanggung resikonya. 3. Dalil kesempurnaan. Tuhan adalah sempurna dari segala kekurangan. Sifat kesempurnaan-Nya meng- inspirasi manusia mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Banyak orang melakukan pendekatan kepada-Nya dalam amalan maupun doa. 4. Dalil kosmologis. Wujud Tuhan sebagai sebab kemawjudan alam, maka adalah tidak masuk akal bilamana alam ini mewujud tanpa sebab. Sebagai- mana telah diketahui banyak orang bahwa kebe- radaan alam ini lahir dari sebab-sebab tertentu. Satu sebab disebabkan oleh sebab yang lain, sehingga terjadi rangkaian sebab akibat yang tidak berkesudahan; dan hal ini mustahil bagi akal. Untuk mengatasi masalah seperti itu, maka sebab ini harus diakhiri pada sebab berakhir, yaitu Dzat yang kemaujudannya tidak memerlukan sebab. Dari dzat ini lahir sebab-sebab lain sebagaimana terjadi di alam ini, sehingga semuanya tersusun teratur melalui sebab-musabab. 5. Dalil keragaman dan kesatuan alam. Sesuatu yang terdapat dalam alam tidak mungkin memiliki kera- gaman tanpa keseragaman; dan adanya keseraga- man karena keragaman. Hukum keseragaman dan keragaman ini bukan merupakan sebuah kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Penyebabnya ini mesti