Abd. Kadir 209 DIRASAT ISLAMIYAH.

210 Dirasat Islamiyah taqiah, yaitu merahasiakan jati diri dan tidak menyatakan keyakinan untuk keamanan diri seseorang. Menurut mereka berhijrah bukanlah suatu kewajiban akan tetapi hanyalah suatu bentuk kebajikan. Harta yang boleh dijadikan harta ghanimah adalah harta orang yang telah mati terbunuh, dan anak kecil mereka anggap tidaklah bersalah tidaklah musyrik menurut orang tuanya, tetapi dosa kecil bagi mereka akan menjadi dosa besar jika dikerjakan terus-menerus dan yang mengerjakannya menjadi musyrik. Mereka tidak pula mengakui surat Yusuf sebagai bagian dari al-Qur-an karena mengandung cerita cinta. e. Al Shufriyah Kelompok Shufriah di bawah kepemimpinan Ziad bin Ashfar menganggap bahwa orang yang tidak berhijrah tidak dianggap kafir. Mereka tidak berpendapat bahwa anak kaum musyrik boleh dibunuh. Sebagian dari mereka membagi dosa besar ke dalam dua golongan, yaitu dosa yang ada sangsinya di dunia dan dosa yang tidak ada sangsinya di dunia. Orang yang melakukan dosa besar golongan kedua mereka anggap kafir adalah. Mereka hanya memerangi ma’askar atau camp pemerintah, sedangkan anak-anak dan wanita tidak boleh dijadikan tawanan, karena mereka tidak bisa dihukumi sebagai orang musyrik maupun kafir dan mereka pun tidak kekal di neraka. Orang berbuat dosa tidak bisa

H. Abd. Kadir 211

disebut musyrik atau kafir, maksimal mereka bisa disebut sebagai pembuat dosa seperti dosa yang diperbuatnya, seperti: penzina, pencuri, perampok. Taqiah bagi mereka hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam bentuk perbuatan. Akan tetapi perempuan Islam boleh kawin dengan lelaki kafir di daerah yang bukan Islam untuk keamanan dirinya. c. Al-Ajaridah Sekte al-Ajaridah namanya dinisbatkan kepada pemimpinnya Abd al Karim al ‘Ajrad. Kelompok ini beranggapan bahwa surat Yusuf bukan termasuk al-Qur-an karena mengandung roman cerita cinta. Golongan pecahan dari mereka yaitu al-Maimunah dan al-Hamziah menganut paham qadariah. Sedang pecahan lain yaitu al-Syu’aibiah dan al-Hazimah menganut paham Jabariah. Kelompok ini dengan paham moderatnya meng- anggap bahwa hijrah bukanlah suatu kewajiban dan anak kecil tidak bisa dinisbatkan kepada orang tuanya, oleh karena itu anak kecil tidak bisa dibebani dengan identitas kafir. 2. Aliran Syi’ah Syiah ﺔﻌﯿﺸﻟا menurut bahasa berarti pengikut dan penolong, dan dinisbatkan untuk sekelompok orang yang bersatu menolong dan membantu khalifah Ali dan keluarganya. Syiah adalah kelom- pok yang mengikuti kepemimpinan Khalifah Ali bin 212 Dirasat Islamiyah Abi Thalib dan sebagaimana dinyatakan dalam nash ataupun wasiat secara jelas ataupun samar, dan mereka berkeyakinan bahwa kepemimpinan imamah tidak keluar dari keturunannya. Atau kelompok Syi’ah adalah kaum muslimin yang menganggap pengganti Nabi saw. merupakan hak istimewa keluarga Nabi. Kelompok ini lebih men- dorong pengarusutamaan Ali bin Abi Thalib dari shahabat lainnya, dan keluarga Ali ahl bait menu- rut kelompok ini lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan umat Islam setelah wafat- nya Nabi, atas dasar wasiat dari Nabi dan kehen- dak Tuhan. Menurut penuturan kaum Syiah bahwa Nabi per- nah menunjuk penggantinya, yaitu Ali bin Abi Tha- lib di suatu tempat bernama Ghadir Khumm ketika Nabi tengah melakukan perjalanan pulang dari haji wada. Oleh karena itu Syiah sebagai doktrin telah ada secara diam-diam sejak zaman Nabi. Ketika Nabi sedang sakit Abdullah bin Abbas pernah menyarankan kepada Ali agar menghadap Nabi dan menanyakan tentang penggantinya, namun Ali tidak menerima saran Abdullah itu. Tetapi Ali bin Abi Thalib tidak hadir pada saat pemilihan khalifah di Tsaqifah Bani Saidah dengan alasan mengurus pemakaman Nabi. Disamping itu Ali beserta isteri- nya tidak melakukan bai’at terhadap kepemimpi- nan Abu Bakar yang terpilih dalam pemilihan khalifah sampai enam bulan lamanya.